Puisi: Pada Suatu Hari (Karya Saini KM)

Puisi "Pada Suatu Hari" karya Saini KM menggambarkan atmosfer yang mencekam dan perasaan rakyat Indonesia saat peristiwa Tragedi 30 September 1965.
Pada Suatu Hari


Arif tertembak mati. Kata seorang mahasiswa kepada kawannya,
di Jakarta, Bandung, Jogja, Surabaya, pada suatu hari.
Udara tiba-tiba jadi panas mendidih, karena beribu mata menyorotkan api
Belati pun menggeliat-geliat, gelisah dalam sarungnya.

Arif tertembak mati, kata sejuta orang pada sejuta temannya,
kemudian mereka tundukkan kepala, menghadap ke arah ibukota
di mana seorang pahlawan belia dibaringkan di pangkuan Pertiwi
berdampingan dengan tirani, yang terkubur tanpa diketahui.

Arif tertembak mati, teriak seratus juta tenggorok lagi
di kantor-kantor, di sawah-sawah, di langit dan di tambang dalam bumi
Dengan khidmat seorang guru menandai angka 66 dengan pinsil: Merah
Murid-muridnya membuka halaman baru catatan sejarah: Putih


1966

Sumber: Nyanyian Tanah Air (2000)

Analisis Puisi:
Puisi "Pada Suatu Hari" karya Saini KM adalah sebuah karya yang merespons peristiwa penting dalam sejarah Indonesia, yaitu peristiwa Tragedi 30 September 1965. Puisi ini menggambarkan atmosfer yang mencekam dan perasaan rakyat Indonesia saat itu.

Latar Belakang Sejarah: Puisi ini terkait dengan peristiwa yang terjadi pada tanggal 30 September 1965, ketika sekelompok perwira militer yang tidak puas dengan pemerintahan Sukarno mencoba melakukan kudeta. Puisi ini mengingatkan kita pada peristiwa tragis ini dan dampaknya terhadap masyarakat Indonesia.

Atmosfer yang Mencekam: Puisi ini menciptakan atmosfer yang mencekam dengan penggunaan kata-kata seperti "udara tiba-tiba jadi panas mendidih" dan "belati pun menggeliat-geliat." Ini mencerminkan ketegangan dan ketakutan yang dirasakan oleh masyarakat saat peristiwa tersebut terjadi.

Reaksi Masyarakat: Puisi ini menggambarkan reaksi masyarakat terhadap peristiwa tersebut. Masyarakat bereaksi dengan terkejut dan kemudian mengadakan demonstrasi dan protes. Mereka merasa marah dan tidak puas dengan pemerintah pada saat itu.

Simbolisme Warna: Penggunaan warna dalam puisi ini memiliki makna simbolis. Penggunaan warna merah menggambarkan darah yang tertumpah selama peristiwa tersebut, sementara warna putih mewakili harapan baru dan perubahan dalam sejarah.

Kritik Terhadap Tirani: Puisi ini menyiratkan kritik terhadap tindakan pemerintah yang mendiamkan dan memakamkan pahlawan belia seperti Arif tanpa diketahui. Ini mencerminkan ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah yang tidak transparan.

Pesan Perubahan: Puisi ini juga mencerminkan semangat perubahan dan perlawanan terhadap tirani. Murid-murid yang membuka "halaman baru catatan sejarah" menunjukkan bahwa generasi muda Indonesia bersiap untuk mengubah nasib negara mereka.

Puisi "Pada Suatu Hari" adalah sebuah pengingat tentang peristiwa bersejarah yang memengaruhi Indonesia. Ini juga menyoroti perasaan masyarakat yang diwarnai oleh ketegangan, perubahan, dan semangat perjuangan untuk keadilan dan kebebasan.

Puisi Saini KM
Puisi: Pada Suatu Hari
Karya: Saini KM

Biodata Saini KM:
  • Nama lengkap Saini KM adalah Saini Karnamisastra.
  • Saini KM lahir pada tanggal 16 Juni 1938 di Kampung Gending, Desa Kota Kulon, Sumedang, Jawa Barat.
  • Saini KM dikelompokkan sebagai Sastrawan Angkatan 1970-an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.