Puisi: Saat Aku Harus Pergi (Karya Leon Agusta)

Puisi "Saat Aku Harus Pergi" karya Leon Agusta menggambarkan perpisahan yang datang dengan keindahan alam dan harapan di masa depan.
Saat Aku Harus Pergi
: buat Maggie


Selagi mimpi melambungkan bulan ke langit purnama
Mentari masih mengisahkan indahnya rahasia
Lengkaplah segala nyanyian bagi mereka yang bercinta
Bunga-bunga benua, bunga-bunga gelombang di lautan
Membersihkan udara bagi bayi yang akan datang

Di tamanku tak berpagar, rindang teduh menanti Bianglala berkunjung menjelang senja
Rimbun pepohonan mengayunkan bayang dalam warna
Gugur daunnya menarikan angin turun mengalun

Bagi engkau yang menangis di saat aku harus pergi
Airmatamu jadi bintang menyinari pengembaraanku
Menguakkan rembang dari jarak yang memisah
Dari itu tidurkan dukamu dalam hari yang tenggelam
Di kota-kota dunia beribu negeri jelita
Jendelanya selalu terbuka. Lihatlah ke sana
Di atas hamparan peta
Taman-taman sembunyi merangkai warna gemilang
Menantikan kita, engkau dan aku

West Burlington, 1980

Sumber: Gendang Pengembara (2012)

Analisis Puisi:
Puisi "Saat Aku Harus Pergi" karya Leon Agusta adalah karya sastra yang indah, penuh dengan gambaran alam dan perasaan. Melalui kata-kata yang lembut dan penuh warna, penyair menggambarkan perpisahan yang datang dengan keindahan alam dan harapan di masa depan.

Keindahan Alam sebagai Latar Belakang: Puisi dimulai dengan gambaran keindahan alam, dengan mimpi yang melambungkan bulan ke langit purnama dan mentari yang mengisahkan rahasia indahnya. Ini menciptakan latar belakang yang damai dan memukau, menggambarkan keajaiban alam sebagai bagian dari perjalanan hidup.

Nyanyian dan Bunga sebagai Simbol Cinta: Penyair menyebutkan bahwa segala nyanyian lengkap bagi mereka yang bercinta dan bunga-bunga benua serta gelombang laut membersihkan udara untuk bayi yang akan datang. Ini membawa simbol cinta dan kehidupan baru, menciptakan gambaran tentang keabadian dan keberlanjutan.

Gambaran Alam dan Perubahan: Deskripsi tamanku yang tak berpagar dan rindang teduh yang menanti Bianglala menjelang senja menciptakan gambaran perubahan. Pepohonan yang rimbun dan daun yang gugur memberikan nuansa waktu yang berjalan dan siklus kehidupan yang terus berubah.

Perpisahan yang Penuh Harapan: Meskipun ada perpisahan, penyair menyampaikan pesan bahwa perjalanan itu penuh harapan. Airmata yang menjadi bintang bagi yang ditinggalkan menciptakan gambaran keabadian dan cinta yang menyinari perjalanan sang pengembara.

Penggambaran Kota-Kota Dunia dan Taman yang Menantikan: Di bagian terakhir, puisi mengarah pada penggambaran kota-kota dunia dengan jendelanya yang selalu terbuka. Taman-taman yang merangkai warna gemilang menciptakan citra keindahan yang menantikan kedatangan kembali. Ini menciptakan harapan dan keinginan untuk bersatu kembali di masa depan.

Harapan akan Kembali Bersatu: Puisi diakhiri dengan harapan bahwa taman-taman sembunyi sedang merangkai warna gemilang, menantikan pertemuan kembali. Ini mengisyaratkan bahwa meskipun harus pergi, kehidupan akan terus berlanjut dan harapan akan bersatu kembali tetap hidup.

Puisi "Saat Aku Harus Pergi" karya Leon Agusta adalah pengalaman mendalam tentang perpisahan, keindahan alam, dan harapan di masa depan. Dengan penggunaan gambaran alam yang kaya dan simbol-simbol cinta, penyair menciptakan karya yang menggugah perasaan pembaca dan menyampaikan pesan bahwa meskipun harus berpisah, kehidupan akan terus berlanjut dan harapan akan kembali bersatu akan selalu hadir.

Leon Agusta
Puisi: Saat Aku Harus Pergi
Karya: Leon Agusta

Biodata Leon Agusta:
  • Leon Agusta (Ridwan Ilyas Sutan Badaro) lahir pada tanggal 5 Agustus 1938 di Sigiran, Maninjau, Sumatra Barat.
  • Leon Agusta meninggal dunia pada tanggal 10 Desember 2015 (pada umur 77) di Padang, Sumatra Barat.
  • Leon Agusta adalah salah satu Sastrawan Angkatan 70-an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.