Puisi: Salju (Karya Bakdi Soemanto)

Puisi "Salju" karya Bakdi Soemanto mengeksplorasi tema kesendirian, kerinduan, dan kehilangan melalui gambaran salju sebagai metafora.
Salju

Salju mengingatkan dirimu
Di kamar sendiri
Menanti

Salju meratakan bumi dalam putih
Dan desah kehidupan
Terdengar
Di antara hampar
Salju
Tersandung sepatu

Matahari menyala
Di langit biru
Dingin menggigit
Sampai di kalbu

Dalam salju aku mengenangmu
Sendiri di kamar
Menunggu
Berita
Apa yang terjadi denganmu…

Beritanya:
Aku mengenangmu
Dalam salju

Cambridge, 1995

Analisis Puisi:

Puisi "Salju" karya Bakdi Soemanto mengeksplorasi tema kesendirian, kerinduan, dan kehilangan melalui gambaran salju sebagai metafora.

Salju sebagai Metafora Kesendirian: Salju dalam puisi ini tidak hanya merupakan fenomena alam, tetapi juga menjadi simbol kesendirian dan kehampaan. Ketika salju turun, tokoh dalam puisi merasakan kesendirian yang mendalam di dalam kamar sendirinya. Salju yang meratakan bumi menjadi putih menciptakan gambaran kekosongan dan kesunyian yang menggambarkan perasaan tokoh.

Rasa Kerinduan dan Menunggu: Tokoh dalam puisi ini merindukan seseorang yang tampaknya tidak hadir. Dia menunggu dengan cemas, mencari berita tentang keadaan orang yang dia rindukan. Salju menjadi saksi bisu dari kerinduan dan kekhawatiran tokoh yang sedang menunggu di dalam kamar.

Desah Kehidupan di Antara Hamparan Salju: Kontras antara kehampaan salju dan desah kehidupan yang terdengar di antara hamparan salju menciptakan ketegangan emosional. Meskipun alam mengalami keheningan, kehidupan tetap berlangsung di luar sana, menyiratkan bahwa meskipun tokoh merasa sendirian, dunia terus berputar.

Kesedihan dan Kenangan: Matahari yang menyala di langit biru menyampaikan kontras dengan dinginnya salju, mencerminkan perasaan dingin dan kesedihan yang melanda tokoh. Dalam kehampaan salju, tokoh membiarkan kenangan tentang orang yang dia rindukan mengisi pikirannya.

Kesimpulan yang Mengharukan: Berita yang diterima oleh tokoh hanyalah kenangan yang menyentuh tentang orang yang dia rindukan. Meskipun tidak ada kabar nyata, tokoh tetap terus mengenang orang tersebut dalam salju.

Dengan menggunakan salju sebagai metafora yang kuat, Bakdi Soemanto berhasil menggambarkan perasaan kesendirian, kerinduan, dan kehilangan yang universal. Puisi ini menawarkan refleksi mendalam tentang hubungan manusia dengan alam dan dengan satu sama lain dalam situasi kesunyian dan kehampaan.

Bakdi Soemanto
Puisi: Salju
Karya: Bakdi Soemanto

Biodata Bakdi Soemanto:
  • Prof. Dr. Christophorus Soebakdi Soemanto, S.U lahir pada tanggal 29 Oktober 1941 di Solo, Jawa Tengah.
  • Prof. Dr. Christophorus Soebakdi Soemanto, S.U meninggal dunia pada tanggal 11 Oktober 2014 (pada umur 72 tahun) di Yogyakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.