Puisi: September di Syracuse (Karya Surachman R.M.)

Puisi "September di Syracuse" menciptakan suatu pemandangan musim gugur yang indah dan melankolis. Dengan menggabungkan elemen-elemen alam, warna ...
September di Syracuse


Tiada yang bersolek di sini selain
Pepohonan. Bagai akhir kalinya.
Lantaran salju yang getir terasa
Dibawa angin dinihari.

Lidah-lidah emas dan lidah-lidah tembaga
Lidah-lidah perak dan lidah-lidah perunggu
Demikianlah warna daunan itu
Mereguk usia yang masih tersisa.

Dan bila hampir luruh semua
Bukit-bukit bertambah sepi
Seekor gagak menjerit tinggi
Meninggalkan nisan tua.

Maka langit utara memberi tanda
Musim tak lagi mengandung harapan.

Musim Gugur, 1969

Sumber: Horison (Agustus, 1972)

Analisis Puisi:
Puisi "September di Syracuse" menciptakan gambaran melalui penggunaan bahasa yang kaya dan imaji yang kuat.

Waktu dan Lanskap: Puisi ini menghadirkan bulan September di kota Syracuse, dan membawa pembaca merasakan atmosfer musim gugur dengan pepohonan dan salju. Deskripsi lanskap, terutama dengan kata-kata seperti "salju yang getir" dan "angin dinihari," memberikan nuansa dingin dan ketenangan.

Kesederhanaan dan Kesejukan: Puisi ini menekankan kesederhanaan dan ketenangan yang dapat ditemui di tengah pepohonan dan musim gugur. Tidak ada yang bersolek, menggambarkan ketenangan alam yang terpapar dalam keindahan yang alami.

Personifikasi Warna Daunan: Dengan menggunakan personifikasi pada warna daunan sebagai "lidah-lidah emas dan tembaga," serta "perak dan perunggu," penyair memberikan kesan bahwa alam memiliki kemampuan berbicara melalui keindahan warna yang berubah di musim gugur. Warna-warna ini dijelaskan sebagai cara daunan "mereguh usia yang masih tersisa," memberikan konsep usia dan kehidupan yang menyatu dengan alam.

Simbolisme Gagak dan Nisan Tua: Gagak yang meninggalkan "nisan tua" membawa simbolisme kematian dan perubahan musim. Jeritan tinggi gagak memberikan kesan melankolis dan meramalkan musim gugur sebagai penanda akhir dan kematian.

Penuh Warna Meskipun Gelap: Meskipun deskripsi musim gugur cenderung berkaitan dengan kegelapan dan kematian, puisi ini memberikan citra kecantikan melalui warna-warna yang kuat. Hal ini dapat diartikan sebagai perpaduan antara kegelapan dan keindahan dalam siklus alam.

Nada Melankolis dan Pemisahan: Puisi ini memancarkan nada melankolis, terutama melalui kata-kata "musim tak lagi mengandung harapan." Ini menciptakan perasaan pemisahan dan akhir, menyoroti sifat melankolis dari perubahan musim.

Penggunaan Bahasa yang Simbolis: Puisi ini menggunakan bahasa simbolis untuk mengekspresikan perasaan dan makna yang mendalam. Metafora dan personifikasi menggambarkan kompleksitas perasaan dan pemikiran penyair tentang alam dan kehidupan.

Puisi "September di Syracuse" menciptakan suatu pemandangan musim gugur yang indah dan melankolis. Dengan menggabungkan elemen-elemen alam, warna-warna, dan simbolisme, Surachman R.M. berhasil menggambarkan perubahan musim sebagai bagian dari siklus kehidupan yang penuh makna. Puisi ini memberikan kesan yang mendalam tentang keterkaitan manusia dengan alam dan keabadian dalam keindahan yang lembut dan sejuk.

Surachman R.M.
Puisi: September di Syracuse
Karya: Surachman R.M.

Biodata Surachman R.M.:
  • Surachman R.M. lahir pada tanggal 13 September 1936 di Garut, Jawa Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.