- Deskripsi Alam yang Indah: Puisi ini menghadirkan gambaran alam yang indah, seperti villa dengan cahaya yang berkilauan, perbukitan, pantai, dan laut yang berkisah melalui gelombang. Deskripsi ini menciptakan suasana yang menarik dan memberikan latar belakang yang kuat untuk perasaan perpisahan yang diungkapkan dalam puisi.
- Kontras Antara Kehidupan dan Ancaman Kematian: Puisi ini mencerminkan keberadaan ancaman kematian yang melingkupi kehidupan. Penyair mengungkapkan rasa bimbang dan keberanian dalam menghadapi maut yang mengintai. Kontras antara keindahan alam dan kehadiran kematian menambahkan dimensi emosional yang kuat pada puisi ini.
- Kepekaan terhadap Perpisahan dan Kehilangan: Puisi ini menyoroti perasaan perpisahan dan kehilangan yang dialami oleh penyair. Kata-kata seperti "rebah bagai bangkai laba-laba" dan "desah tumpah di pasir" menggambarkan kehampaan dan kegagalan dalam menjaga hubungan. Puisi ini mengekspresikan kesedihan dan kehilangan dengan gaya yang kuat.
- Simbolisme Bulan dan Bintang: Bulan dan bintang digunakan sebagai simbol dalam puisi ini. Laut bulan yang berhenti berkaca mencerminkan ketidakstabilan dan ketidakpastian perpisahan, sedangkan bintang-bintang yang ditelan oleh kehampaan menggambarkan hilangnya harapan dan kehilangan yang mendalam.
- Permintaan Terakhir pada Eliza: Puisi ini mengakhiri dengan permintaan terakhir pada Eliza, yang mungkin merupakan sosok yang dicintai atau yang diinginkan oleh penyair. Permintaan untuk memberikan senyum pada "gurun-gurun kehilangan" menggambarkan harapan terakhir untuk menemukan kebahagiaan dan kehangatan dalam situasi perpisahan dan kehilangan.
Puisi: Soneta Perpisahan
Karya: Leon Agusta
Biodata Leon Agusta:
- Leon Agusta (Ridwan Ilyas Sutan Badaro) lahir pada tanggal 5 Agustus 1938 di Sigiran, Maninjau, Sumatra Barat.
- Leon Agusta meninggal dunia pada tanggal 10 Desember 2015 (pada umur 77) di Padang, Sumatra Barat.
- Leon Agusta adalah salah satu Sastrawan Angkatan 70-an.