Puisi: Kepada Tanah Air (Karya Djawastin Hasugian)

Puisi "Kepada Tanah Air" karya Djawastin Hasugian mencerminkan semangat nasionalisme, cinta kepada tanah air, dan semangat toleransi yang ...
Kepada Tanah Air


Karena kaulah cinta yang membuahkan bunda
dan bapak-bapak kami, menghidupi moyang yang melahirkan
ibu bapak kami yang melahirkan kami
maka cintalah kami padamu
anak dari kesekian anak-anakmu
cucu dari kesekian cucu-cucumu
berkulit sawo matang bermata hitam.

Karena tanahmulah yang menumbuhkan pohon-pohonan
yang buahnya kami petik dan kami makan
di dahan mana burung-burung berayun
di hutan mana kijang dan rusa kekayaan alam
tanahmu jugalah yang memancurkan air
yang kami reguk ketika kehausan.

Karena sungaimulah air tempat mandi dan mencuci
air kehidupan yang menggenangi sawah-sawah kami
air yang mengisi periuk di gubuk ladang dan nelayan
air lautmu jugalah yang kami layari
di mana bapak pemukat kami tidur semalaman
di mana tersimpan kekayaan ikan dan intan
Bagaimanakah kami tidak akan cinta padamu?
Bagaimanakah kami akan berkhianat padamu?

Kami adalah ummat yang percaya pada Tuhan
Tuhan Pemurah yang mendamparkan moyang kami kesini
yang menyediakan bagi kami segala kekayaanmu
kami punya masjid besar gereja berpalang tinggi
kami mulaikan Muhammad dan Isa bahkan Buddha
kami mulaikan Qur’an dan injil yang ditinggalkan mereka
petunjuk bagi manusia yang kehilangan jalan.

Kami adalah ummat pecinta manusia
kami cintai perdamaian karena Tuhan kami
adalah Tuhan yang damai
Dengan kesejukan airmu kelembutan kasihmu
kami ajak segala manusia dari segala penjuru dunia
yang berkulit hitam, putih, kuning dan coklat
menyintai manusia dan kemanusiaan
mencintai manusia dan perdamaian
Karena Muhammad dan Isa kami
adalah pecinta manusia dan perdamaian
kami serukan dari gunung dan lembahmu
damailah sayang,
demi Tuhan damailah sayang.

Tapi kami juga adalah penegak keadilan
untuk kemerdekaan telah kami tumbangkan ragam kematian
Ke neraka pun kami pergi demi sorga di ribu pulaumu
dan segala bangsa yang menderita
kami cintai dan kami bela
Karena Pancasila kami adalah nurani kemanusiaan.

Karena kaulah cinta yang membuahkan kasih
ranumkanlah buah di dahanmu
jernihkanlah air di sungaimu
anakkanlah kijang dan rusa di hutanmu
bagi kami anak dari kesekian anak-anakmu
cucu dari kesekian cucu-cucumu
yang lapar dan dahaga di pangkuanmu
berkulit sawomatang bermata hitam.


Rawamangun, Februari 1964

Analisis Puisi:
Puisi "Kepada Tanah Air" karya Djawastin Hasugian adalah ungkapan cinta dan kesetiaan kepada tanah air Indonesia. Puisi ini mencerminkan rasa kebangsaan, rasa syukur, dan tekad untuk menjaga keutuhan dan keharmonisan Indonesia.

Cinta yang Memiliki Akar Dalam: Puisi ini dimulai dengan menyatakan bahwa cinta kepada tanah air bermula dari cinta orang tua (bunda dan bapak-bapak). Hal ini menciptakan dasar untuk ekspresi cinta kepada tanah air yang mendalam.

Kaitan dengan Alam: Penyair menggambarkan bagaimana tanah air memberikan kehidupan melalui pertumbuhan pohon-pohon, sumber air, dan kekayaan alam lainnya. Ini menggarisbawahi pentingnya alam dan bagaimana rakyat Indonesia bergantung padanya.

Air sebagai Kehidupan: Puisi ini menggambarkan sungai dan air laut sebagai simbol kehidupan. Air merupakan elemen penting dalam kehidupan sehari-hari, seperti mandi, mencuci, dan menyediakan sumber kehidupan bagi berbagai profesi seperti nelayan.

Kesetiaan dan Keberagaman: Puisi ini menggarisbawahi bahwa Indonesia adalah rumah bagi berbagai suku, agama, dan keyakinan. Meskipun keragaman ini ada, orang Indonesia tetap setia pada tanah air mereka dan bersatu dalam keanekaragaman.

Agama dan Toleransi: Puisi ini merayakan toleransi antara berbagai agama yang dianut oleh penduduk Indonesia. Penyair mencatat bahwa berbagai agama seperti Islam, Kristen, dan Buddha dihormati dan dihayati bersama.

Perdamaian dan Kemanusiaan: Puisi ini menekankan cinta untuk perdamaian dan kemanusiaan. Penyair mengaitkan ajaran Muhammad dan Isa serta mengajak semua orang, terlepas dari warna kulit, untuk mencintai manusia dan mencari perdamaian.

Penegakan Keadilan: Penyair juga menegaskan bahwa rakyat Indonesia adalah penegak keadilan. Mereka telah berjuang untuk kemerdekaan dan menentang penindasan serta berdiri bersama mereka yang menderita.

Pancasila Sebagai Pedoman: Penyair menyebut Pancasila sebagai "nurani kemanusiaan." Ini menunjukkan bahwa ideologi nasional Indonesia adalah pedoman bagi nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh rakyatnya.

Panggilan Damai: Puisi ini mengakhiri dengan panggilan damai untuk seluruh dunia, menyerukan cinta, perdamaian, dan kemanusiaan. Ini menciptakan perasaan kesatuan antara semua orang, tidak hanya orang Indonesia.

Puisi "Kepada Tanah Air" mencerminkan semangat nasionalisme, cinta kepada tanah air, dan semangat toleransi yang berakar dalam budaya Indonesia. Puisi ini juga menegaskan pentingnya menjaga persatuan, keadilan, dan perdamaian dalam beragam masyarakat yang ada di Indonesia.

Puisi: Kepada Tanah Air
Puisi: Kepada Tanah Air
Karya: Djawastin Hasugian

Biodata Djawastin Hasugian:
  • Djawastin Hasugian lahir di Sigalapang-Pakkat, Tapanuli Utara, Sumatera Utara, pada tahun 1943.
© Sepenuhnya. All rights reserved.