Analisis Puisi:
Puisi "Puasa, Gembalakan Aku" karya Aspar Paturusi adalah refleksi yang dalam tentang pengalaman menjalani ibadah puasa dalam Islam.
Makna Sahur dan Puasa: Puisi ini dimulai dengan gambaran sahur yang mengetuk lelap tidur. Sahur merupakan waktu sebelum fajar yang digunakan umat Muslim untuk makan dan minum sebelum memulai puasa. Ini adalah momen penting dalam persiapan untuk menjalani ibadah puasa dengan penuh kesadaran.
Perjumpaan Khusyuk dengan Puasa: Penyair menekankan bahwa puasa adalah saat perjumpaan khusyuk dengan diri sendiri dan dengan Tuhan. Meskipun puasa dilakukan setiap tahun, setiap kali puasa datang, ia tetap disambut dengan kegembiraan dan kesadaran spiritual yang baru.
Pengujian Selama Puasa: Penyair menggambarkan bagaimana selama bulan puasa, iman diuji dan nafsu duniawi harus ditahan. Iblis digambarkan sebagai musuh yang terus-menerus menggoda manusia dengan dosa-dosa yang menggoda, seperti korupsi, dan menggoda mereka untuk melanggar aturan puasa.
Ketekunan dan Ketaatan Puasa: Meskipun puasa berlalu, matahari, bulan, siang, dan malam tetap taat pada siklusnya. Hal ini menggambarkan ketekunan dan ketaatan alam semesta pada perintah Allah. Namun, penyair menyoroti bahwa puasa tidak suka bersama orang-orang yang rapuh imannya, yang mungkin tidak melaksanakan puasa dengan penuh kesadaran dan ketulusan.
Permohonan Penyair kepada Puasa: Puisi ini diakhiri dengan permohonan penyair kepada puasa untuk menggembalakan hawa nafsunya. Ini merupakan ungkapan keinginan untuk mendapatkan kekuatan dan kebijaksanaan dari puasa, serta untuk bisa mengendalikan hawa nafsu dan dosa-dosa yang mengganggu.
Dengan demikian, puisi "Puasa, Gembalakan Aku" adalah sebuah puisi yang mengajak pembaca untuk merenungkan makna dan tantangan dalam menjalani ibadah puasa, serta pentingnya untuk memperkuat iman dan menahan diri dari godaan dunia selama bulan suci Ramadan.
Puisi "Puasa, Gembalakan Aku" karya Aspar Paturusi adalah refleksi yang dalam tentang pengalaman menjalani ibadah puasa dalam Islam.
Makna Sahur dan Puasa: Puisi ini dimulai dengan gambaran sahur yang mengetuk lelap tidur. Sahur merupakan waktu sebelum fajar yang digunakan umat Muslim untuk makan dan minum sebelum memulai puasa. Ini adalah momen penting dalam persiapan untuk menjalani ibadah puasa dengan penuh kesadaran.
Perjumpaan Khusyuk dengan Puasa: Penyair menekankan bahwa puasa adalah saat perjumpaan khusyuk dengan diri sendiri dan dengan Tuhan. Meskipun puasa dilakukan setiap tahun, setiap kali puasa datang, ia tetap disambut dengan kegembiraan dan kesadaran spiritual yang baru.
Pengujian Selama Puasa: Penyair menggambarkan bagaimana selama bulan puasa, iman diuji dan nafsu duniawi harus ditahan. Iblis digambarkan sebagai musuh yang terus-menerus menggoda manusia dengan dosa-dosa yang menggoda, seperti korupsi, dan menggoda mereka untuk melanggar aturan puasa.
Ketekunan dan Ketaatan Puasa: Meskipun puasa berlalu, matahari, bulan, siang, dan malam tetap taat pada siklusnya. Hal ini menggambarkan ketekunan dan ketaatan alam semesta pada perintah Allah. Namun, penyair menyoroti bahwa puasa tidak suka bersama orang-orang yang rapuh imannya, yang mungkin tidak melaksanakan puasa dengan penuh kesadaran dan ketulusan.
Permohonan Penyair kepada Puasa: Puisi ini diakhiri dengan permohonan penyair kepada puasa untuk menggembalakan hawa nafsunya. Ini merupakan ungkapan keinginan untuk mendapatkan kekuatan dan kebijaksanaan dari puasa, serta untuk bisa mengendalikan hawa nafsu dan dosa-dosa yang mengganggu.
Dengan demikian, puisi "Puasa, Gembalakan Aku" adalah sebuah puisi yang mengajak pembaca untuk merenungkan makna dan tantangan dalam menjalani ibadah puasa, serta pentingnya untuk memperkuat iman dan menahan diri dari godaan dunia selama bulan suci Ramadan.
Karya: Aspar Paturusi
Biodata Aspar Paturusi:
- Nama asli Aspar Paturusi adalah Andi Sopyan Paturusi.
- Aspar Paturusi lahir pada tanggal 10 April 1943 di Bulukumba, Sulawesi Selatan.