Puisi: Barong dan Rangda (Karya Ngurah Parsua)

Puisi "Barong dan Rangda" karya Ngurah Parsua menciptakan gambaran tentang konsep dualitas dan pertikaian dalam budaya Bali, yang ....
Barong dan Rangda


di bumi
di alam semesta
di setiap tubuh
di setiap impian
di setiap pertikaian
kebenaran dan “kebenaran”
Barong dan rangda
sesuatu menjadi abadi
tak pernah berhenti
menanti dan menanti
mengalir
abadi
sebelum tiba dinanti


Denpasar, 2003

Analisis Puisi:
Puisi "Barong dan Rangda" karya Ngurah Parsua adalah sebuah karya yang menciptakan gambaran tentang konsep dualitas dan pertikaian dalam budaya Bali, yang sering kali diwakili oleh Barong dan Rangda, dua karakter dalam tarian tradisional Bali yang terkenal.

Konflik Kehidupan: Puisi ini menggambarkan bahwa konflik, dualitas, dan pertentangan adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan, seperti yang digambarkan oleh pertarungan abadi antara Barong dan Rangda. Barong mewakili kebaikan dan keadilan, sementara Rangda mewakili kejahatan dan kegelapan.

Pertarungan Abadi: Penekanan pada kata "abadi" menunjukkan bahwa pertarungan antara kebaikan dan kejahatan adalah sesuatu yang berlangsung selamanya. Ini mencerminkan pandangan dalam budaya Bali bahwa kehidupan adalah perjuangan antara kekuatan-kekuatan yang berlawanan.

Simbolisme Barong dan Rangda: Barong dan Rangda adalah simbol dalam budaya Bali. Barong, dengan kepala binatang yang baik, adalah pelindung dan pembawa keberuntungan, sementara Rangda adalah sosok mengerikan yang mewakili kekuatan jahat. Dalam tarian Barong-Rangda, pertarungan antara keduanya adalah simbol dari pertarungan antara kebaikan dan kejahatan dalam kehidupan manusia.

Universalitas Konflik: Puisi ini mengatakan bahwa pertikaian antara Barong dan Rangda ada di mana-mana, dari bumi hingga alam semesta, dan bahkan dalam impian. Hal ini menunjukkan bahwa konflik ini bukan hanya terbatas pada panggung tarian, tetapi juga mencerminkan realitas kehidupan manusia.

Siklus Keberlanjutan: Penggunaan kata "abadi" dan penggambaran Barong dan Rangda yang selalu "menanti dan menanti" mengindikasikan bahwa siklus pertentangan ini tidak akan pernah berakhir. Ini mencerminkan pandangan bahwa pertentangan adalah bagian yang tak terelakkan dari eksistensi manusia.

Bahasa yang Singkat dan Padat: Penulis menggunakan bahasa yang sederhana dan padat untuk menggambarkan konsep ini. Hal ini memberikan kesan kejelasan dan kekuatan pada pesan yang ingin disampaikan.

Puisi "Barong dan Rangda" oleh Ngurah Parsua menggambarkan konsep dualitas, konflik, dan pertentangan yang ada dalam budaya Bali. Ini menggambarkan pertarungan abadi antara kebaikan dan kejahatan serta menekankan bahwa pertikaian adalah bagian alam semesta dan kehidupan manusia yang tak terhindarkan.

Puisi: Barong dan Rangda
Puisi: Barong dan Rangda
Karya: Ngurah Parsua


Catatan:
  • Ngurah Parsua memiliki nama lengkap I Gusti Ngurah Parsua.
  • Ngurah Parsua lahir di Bondalem, Singaraja, Buleleng.
© Sepenuhnya. All rights reserved.