Puisi: Fajar pun telah Menyingsing (Karya Djawastin Hasugian)

Puisi "Fajar pun telah Menyingsing" mengingatkan kita untuk menghargai kehidupan dan menatap masa depan dengan optimisme meskipun di tengah ...
Fajar pun telah Menyingsing

Ciumlah bumi kekasih
ciumlah pantai, dengar indah syair di pasir putihnya
Hiruplah udara, rasa nikmat suling angin di rumput hijaunya
Ialah bumi tempat kita menggenangkan air mata
Ialah bumi tempat kita menangiskan segala tangis
Tempat aliran segala duka dan sengsara.

Sinar matahari kan tiba
Bersama pagi cerah yang gembira
Datanglah ia harapan lama
Datanglah ia idaman lama
Lihat, langit telah memerah
Dan kita bukakan fajarnya.

Nelayan-nelayan pada berdendang turun ke lautan
Bapak-bapak tani setia pada turun ke ladang

Ternak-ternak merumput di luas hijau rumputan
Buruh-buruh angkat barang sibuk di pelabuhan
Ibu-ibu berdendang sayang, tidurlah anak tidurlah intan
Tidurlah sayang tidurlah biji mata, pagi cerah kan tiba
(Kehidupan yang sibuk
Kehidupan yang hidup)

Pagi cerah, pagi yang indah hidup menggelora
Semua kita bekerja, bekerja! Untuk kedamaian keluarga-keluarga

Tetaplah cium bumi kekasih
Tetaplah hirup cinta hidup di udaranya
Pagi cerah, pagi yang manis kan tiba
Pagi yang untuknya segala tangis
Pagi yang untuknya kita tahankan kegelapan panjang.

Akan datang juga pasti ia tiba
Pagi di mana hidup benar-benar sibuk
Pagi di mana hidup benar-benar hidup.


Analisis Puisi:

Puisi "Fajar pun telah Menyingsing" karya Djawastin Hasugian menggambarkan keindahan dan kesibukan kehidupan sehari-hari, serta harapan akan kedamaian dan kebahagiaan di masa depan.

Kedamaian Alam: Penyair menekankan pentingnya menyadari keindahan alam dan menikmati keberadaannya. Dia mengajak untuk mencium bumi, mendengarkan suara pantai, dan merasakan udara segar. Ini mencerminkan rasa syukur atas keindahan alam yang telah diberikan kepada manusia.

Simbolisme Fajar: Fajar dalam puisi ini melambangkan awal dari harapan dan kebaikan. Kedatangan fajar diikuti oleh pagi cerah yang membawa harapan dan kegembiraan. Ini menggambarkan kesempatan baru dan kemungkinan perubahan positif di masa depan.

Gambaran Kehidupan Sehari-hari: Puisi ini menggambarkan berbagai aktivitas kehidupan sehari-hari seperti nelayan, petani, ternak, dan buruh. Hal ini menunjukkan kesibukan dan kerja keras masyarakat dalam mencari nafkah dan membangun kehidupan yang lebih baik.

Kesibukan yang Bermakna: Meskipun hidup penuh dengan kesibukan, puisi ini menekankan bahwa setiap aktivitas memiliki tujuan yang bermakna. Setiap individu bekerja untuk mendukung keluarga dan menciptakan kedamaian dalam kehidupan sehari-hari.

Penghormatan terhadap Alam dan Kehidupan: Penyair menekankan pentingnya menghormati alam dan menghargai kehidupan. Dengan mencium bumi dan merasakan udara segar, dia mengajak untuk menghargai keberadaan alam yang memberikan kehidupan kepada semua makhluk.

Optimisme dan Harapan di Masa Depan: Meskipun menghadapi kegelapan dan tantangan, puisi ini menyiratkan optimisme akan masa depan yang cerah. Melalui perpaduan antara keindahan alam dan kesibukan kehidupan sehari-hari, penyair menegaskan bahwa pagi cerah akan tiba, membawa kedamaian dan kehidupan yang lebih baik bagi semua.

Dengan demikian, puisi "Fajar pun telah Menyingsing" adalah sebuah puisi yang merayakan keindahan alam, kesibukan kehidupan, dan harapan akan masa depan yang lebih baik. Ini mengingatkan kita untuk menghargai kehidupan dan menatap masa depan dengan optimisme meskipun di tengah kesibukan dan tantangan.

Puisi: Fajar pun telah Menyingsing
Puisi: Fajar pun telah Menyingsing
Karya: Djawastin Hasugian

Biodata Djawastin Hasugian:
  • Djawastin Hasugian lahir di Sigalapang-Pakkat, Tapanuli Utara, Sumatera Utara, pada tahun 1943.
© Sepenuhnya. All rights reserved.