Puisi: Hujan dan Kemarau (Karya Aspar Paturusi)

Puisi "Hujan dan Kemarau" karya Aspar Paturusi menggambarkan hubungan antara manusia dan alam, menyoroti siklus alam, perubahan dalam hidup, dan ...
Hujan dan Kemarau


nah, jakarta, aku datang
kubasahi rumah, taman dan jalananmu
kudengar gerutu dan keluhanmu
basah kuyup, flu, macet dan banjir
padahal kau merindukanku

hujan dan kemarau
adalah hukum alam
terimalah berkah-Nya

hujan dan kemarau
hitam putih kehidupan

ada butuh hujan
ada butuh kemarau

hujan suburkan tanah
kemarau keringkan sumur

hujan dan kemarau
pilih yang mana

jatuh cinta
antar dua insan
tak peduli hujan atau kemarau


Jakarta, 11 November 2012

Analisis Puisi:
Puisi "Hujan dan Kemarau" karya Aspar Paturusi adalah karya yang memadukan unsur-unsur alam dengan perasaan manusia. Puisi ini mengungkapkan pemahaman yang mendalam tentang siklus alam dan bagaimana hal itu berhubungan dengan perasaan dan hubungan manusia.

Alam sebagai Latar Belakang: Puisi ini memulai dengan menghadirkan kota Jakarta yang digambarkan sebagai tempat yang merindukan hujan. Penulis menyatakan bahwa kota ini rindu akan hujan dan keringatnya yang panas. Dalam latar belakang kota, alam ditempatkan sebagai elemen yang hidup dan berperasaan. Ini menggarisbawahi hubungan manusia dengan alam dan bagaimana perasaan manusia dapat tercermin dalam keadaan alam.

Hujan dan Kemarau sebagai Hukum Alam: Puisi ini menyatakan bahwa hujan dan kemarau adalah bagian dari hukum alam. Ini mencerminkan pemahaman tentang siklus alam dan bagaimana perubahan cuaca adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari. Penggambaran ini mengingatkan pembaca untuk menerima kenyataan dan berdamai dengan perubahan alam.

Kontras Hujan dan Kemarau: Penulis menggambarkan kontras antara hujan dan kemarau sebagai "hitam putih kehidupan." Ini mengindikasikan bahwa dalam kehidupan, ada masa-masa subur dan berlimpah (hujan) serta masa-masa sulit dan kering (kemarau). Kontras ini menggambarkan keragaman pengalaman manusia dan perubahan yang alamiah dalam hidup.

Perlunya Hujan dan Kemarau: Puisi ini menyatakan bahwa baik hujan maupun kemarau memiliki peran penting dalam siklus alam dan kehidupan manusia. Hujan menyuburkan tanah sementara kemarau mengeringkan sumur. Ini mengilustrasikan bahwa dalam hidup, ada saat-saat ketika kita membutuhkan kesuburan dan berlimpah (hujan), dan ada saat-saat ketika kita perlu menghadapi tantangan dan keterbatasan (kemarau). Puisi ini memotivasi pembaca untuk menerima keduanya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan.

Pilihan Hujan dan Kemarau: Penulis menutup puisi dengan pertanyaan retoris: "hujan dan kemarau, pilih yang mana?" Ini menunjukkan bahwa dalam cinta dan hubungan antara dua manusia, perubahan dan tantangan adalah bagian yang alami. Terlepas dari cuaca, baik hujan atau kemarau, perasaan cinta antar dua insan tetap kuat. Pertanyaan ini memotivasi pembaca untuk melihat hubungan manusia sebagai sesuatu yang kuat dan abadi meskipun menghadapi berbagai perubahan dalam kehidupan.

Puisi "Hujan dan Kemarau" karya Aspar Paturusi adalah sebuah karya yang memadukan alam dan perasaan manusia. Puisi ini menggambarkan hubungan antara manusia dan alam, menyoroti siklus alam, perubahan dalam hidup, dan ketebalan perasaan cinta. Dengan memasukkan unsur alam sebagai latar belakang, puisi ini mengilustrasikan bagaimana manusia berinteraksi dengan alam dan merasakan perubahan alam dalam kehidupan mereka. Penutup puisi ini menyoroti kekuatan perasaan cinta yang tidak tergoyahkan bahkan dalam menghadapi perubahan alam.

Aspar Paturusi
Puisi: Hujan dan Kemarau
Karya: Aspar Paturusi

Biodata Aspar Paturusi:
  • Nama asli Aspar Paturusi adalah Andi Sopyan Paturusi.
  • Aspar Paturusi lahir pada tanggal 10 April 1943 di Bulukumba, Sulawesi Selatan.
© Sepenuhnya. All rights reserved.