Puisi: Isyarat (Karya Kuntowijoyo)

Puisi "Isyarat" karya Kuntowijoyo mengundang pembaca untuk merenungkan hubungan manusia dengan alam, perjalanan hidup, dan keabadian.
Isyarat

Angin gemuruh di hutan
Memukul ranting
Yang lama juga.
Tak terhitung jumlahnya
Mobil di jalan
Dari ujung ke ujung
Aku ingin menekan tombol
Hingga lampu merah itu
Abadi.
Angin, mobil dan para pejalan
Pikirkanlah, ke mana engkau pergi.

Sumber: Isyarat (1976)

Analisis Puisi:

Puisi "Isyarat" karya Kuntowijoyo adalah sebuah karya sastra yang mempersembahkan refleksi mendalam tentang hubungan manusia dengan alam, perjalanan hidup, dan keabadian.

Keterhubungan dengan Alam: Puisi ini dibuka dengan gambaran angin gemuruh di hutan yang memukul ranting-ranting yang sudah lama ada. Ini menciptakan citra kekuatan alam yang kuat dan abadi. Angin, sebagai elemen alam, menjadi simbol keberadaan yang melampaui manusia dan memberikan pengaruhnya pada lingkungan sekitarnya.

Perjalanan Hidup: Penyair kemudian beralih ke gambaran mobil-mobil di jalan yang tak terhitung jumlahnya, melambangkan perjalanan hidup manusia dalam keriuhan dan kesibukan dunia modern. Gambaran ini menggambarkan kecepatan dan terusnya gerak menuju suatu tujuan, tanpa henti dan tanpa berhenti untuk merenung.

Keinginan akan Keabadian: Penyair menyampaikan keinginannya untuk menekan tombol hingga lampu merah menjadi abadi. Ini mencerminkan keinginan manusia untuk menangkap dan mempertahankan momen keabadian, meskipun realitasnya adalah segala sesuatu di dunia ini sementara dan berubah.

Refleksi dan Pertanyaan Eksistensial: Puisi ini mempersembahkan serangkaian pertanyaan eksistensial kepada angin, mobil, dan para pejalan. Penyair mengajak mereka untuk merenungkan arah dan tujuan perjalanan mereka. Pertanyaan ini juga mencerminkan refleksi manusia terhadap arti dan tujuan hidupnya sendiri, serta perenungan akan perjalanan dan tujuan akhir.

Kesederhanaan: Meskipun sederhana dalam penyampaian, puisi ini mengandung kedalaman makna yang mengundang pembaca untuk merenung. Penggunaan imaji yang kuat dan bahasa yang sederhana memperkuat pesan yang ingin disampaikan oleh penyair.

Dengan demikian, puisi "Isyarat" karya Kuntowijoyo adalah sebuah puisi yang mengundang pembaca untuk merenungkan hubungan manusia dengan alam, perjalanan hidup, dan keabadian. Melalui gambaran-gambaran yang kuat dan pertanyaan eksistensial, puisi ini mengajak kita untuk menelusuri makna dan tujuan hidup di tengah keriuhan dan kehampaan dunia modern.

Puisi: Isyarat
Puisi: Isyarat
Karya: Kuntowijoyo

Catatan:
  • Prof. Dr. Kuntowijoyo, M.A.
  • Kuntowijoyo lahir pada tanggal 18 September 1943 di Sanden, Bantul, Yogyakarta.
  • Kuntowijoyo meninggal dunia pada tanggal 22 Februari 2005 (pada usia 61 tahun).
© Sepenuhnya. All rights reserved.