Puisi: Kaliurang, Rembang Kabut (Karya Mochtar Pabottingi)

Puisi "Kaliurang, Rembang Kabut" karya Mochtar Pabottingi menawarkan refleksi mendalam tentang waktu, kenangan, dan keindahan alam.
Kaliurang, Rembang Kabut

Hingga ketinggian ini kawanan kabut menyerbu
Membelah waktu. Sementara kandil-kandil pilu
    berayun di pucuk-pucuk cemara
    di dasar lembah. Yang mengabur
    ke masa lampau

Di bawah sana. Di lereng Merapi
Masihkah utuh dan padu
    kenanganmu padaku sebagai kenanganku padamu
    di jajaran pohon kelabu
Masihkah terekam desis-desis lahar. Saat birahi
    menindih ngarai
    seperti bisik tak berbatas hari. Dulu sekali
    Sebelum tersapu bisu lindu

Pada lengang
Terus saja guncang bergema dari tembang
Terus saja delirium bergaung dari igau
Terus saja lampias berdesah dari balik gumpalan-gumpalan
    kabut di sepanjang gugusan lembah
    Meluluh lava. Dan angin windu

2007

Sumber: Konsierto di Kyoto (2015)

Analisis Puisi:
Puisi "Kaliurang, Rembang Kabut" karya Mochtar Pabottingi mengeksplorasi tema alam, kenangan, dan keindahan yang terbungkus dalam kabut Kaliurang, Rembang.

Kabut sebagai Metafora Waktu dan Kenangan: Pada lapisan pertama, kabut dalam puisi ini dapat diinterpretasikan sebagai metafora waktu yang mengaburkan batas antara masa lalu dan kini. Kabut yang menyerbu melambangkan ketidakpastian dan keabadian waktu. Di sini, kabut juga mempertemukan kenangan masa lalu dengan realitas saat ini, menciptakan suasana misterius dan melankolis.

Gambaran Alam Kaliurang dan Merapi: Penyair secara indah menggambarkan alam Kaliurang dan Lereng Merapi. Pohon-pohon kelabu dan lereng Merapi menjadi latar belakang yang menghidupkan kenangan yang terpatri di dalamnya. Alam diposisikan sebagai saksi bisu dari perubahan dan kenangan yang terjadi di masa lalu.

Kenangan dan Desis Lahar: Penyair merenungkan tentang keutuhan kenangan dan pengalaman di lereng Merapi. Desis lahar, meskipun mungkin terabaikan, masih tercatat dalam ingatan. Mereka merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pengalaman hidup, meskipun terkadang terlupakan oleh waktu.

Suara Alam yang Abadi: Pada bagian akhir, penyair menyoroti suara alam yang abadi dan terus bergema meskipun kabut menyelimutinya. Suara ini mencerminkan keabadian alam dan kekuatan alam yang tidak terpengaruh oleh waktu dan perubahan manusia.

Puisi "Kaliurang, Rembang Kabut" karya Mochtar Pabottingi menawarkan refleksi mendalam tentang waktu, kenangan, dan keindahan alam. Melalui gambaran alam yang indah dan simbolisme yang kuat, penyair mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan antara manusia dan alam, serta kompleksitas perjalanan waktu dalam kehidupan manusia. Puisi ini menegaskan bahwa meskipun waktu terus berubah, kenangan dan keindahan alam tetap abadi.

Mochtar Pabottingi
Puisi: Kaliurang, Rembang Kabut
Karya: Mochtar Pabottingi

Biodata Mochtar Pabottingi:
  • Mochtar Pabottingi lahir pada tanggal 17 Juli 1945 di Bulukumba, Sulawesi Selatan.
© Sepenuhnya. All rights reserved.