Puisi: Laut (Karya Kuntowijoyo)

Puisi "Laut" karya Kuntowijoyo mempersembahkan gambaran tentang keberanian, keberadaan, dan keterhubungan manusia dengan alam. Melalui bahasa yang ...
Laut

Siapa menghuni pulau ini kalau bukan pemberani?
Rimba menyembunyikan harimau dan ular berbisa.
Malam membunuhmu bila sekejap kau pejam mata.
Tidak. Di pagi hari kau temukan bahwa engkau
di sini. Segar bugar. Kita punya tangan
dari batu sungai. Karang laut menyulapmu jadi
pemenang. Dan engkau berjalan ke sana.
Menerjang ombak yang memukul dadamu.
Engkau bunuh naga raksasa. Jangan takut.
Sang kerdil yang berdiri di atas buih itu
adalah Dewa Ruci. Engkau menatapnya: menatap dirimu.
Matanya adalah matamu. Tubuhnya adalah tubuhmu.
Sukmanya adalah sukmamu. Laut adalah ruh kita
yang baru! Tenggelamkan rahasia ke rahimnya:
Bagai kristal kaca, nyaring bunyinya.
Sebentar kemudian, sebuah debur
gelombang yang jauh menghiburmu.
saksikanlah
Tidak ada batasnya bukan?

Sumber: Isyarat (1976)

Analisis Puisi:

Puisi "Laut" karya Kuntowijoyo adalah sebuah karya sastra yang menghadirkan gambaran tentang keberanian, keberadaan, dan keterhubungan manusia dengan alam, khususnya dengan lautan. Dalam analisis ini, kita akan menjelajahi berbagai aspek yang membuat puisi ini begitu mendalam dan menggugah pemikiran.

Gambaran Tentang Keberanian: Puisi ini dibuka dengan pertanyaan retoris, "Siapa yang menghuni pulau ini kalau bukan pemberani?" yang langsung menyoroti tema keberanian. Penyair mengeksplorasi hubungan antara keberanian dengan keberadaan manusia di tengah alam liar yang dipenuhi dengan bahaya dan misteri, seperti harimau, ular berbisa, dan gelombang laut yang mengancam.

Alam sebagai Cermin Diri: Di bait-bait berikutnya, penyair menggambarkan pengalaman manusia yang berhadapan dengan tantangan alam, seperti menghadapi malam yang membunuh dan menerjang ombak yang memukul dadanya. Namun, di dalam alam liar itu, manusia menemukan dirinya sendiri, menemukan kekuatan dan potensi yang terpendam.

Simbolisme dan Mitologi: Penyair memperkaya puisi dengan simbolisme dan referensi mitologi, seperti Dewa Ruci yang dianggap sebagai pemenang dalam perjuangan dengan naga raksasa. Kehadiran Dewa Ruci menggambarkan pembaharuan diri dan pencerahan, di mana manusia menatap dirinya sendiri dan menemukan hubungan yang dalam dengan alam.

Keterhubungan Manusia dan Alam: Puisi ini mengilustrasikan keterhubungan yang erat antara manusia dan alam, di mana lautan dianggap sebagai ruh kita yang baru. Penyair menekankan bahwa dalam keterhubungan ini, manusia dan alam saling memengaruhi dan melengkapi satu sama lain.

Tantangan dan Keajaiban Alam: Puisi ini menegaskan bahwa di alam, tidak ada batasan yang pasti. Alam menawarkan tantangan yang besar namun juga keajaiban yang tak terhingga, mengundang manusia untuk terus menjelajahi dan merenungkan keberadaannya di dalamnya.

Dengan demikian, puisi "Laut" karya Kuntowijoyo adalah sebuah puisi yang mempersembahkan gambaran tentang keberanian, keberadaan, dan keterhubungan manusia dengan alam. Melalui bahasa yang kuat dan gambaran yang mendalam, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan yang kompleks antara manusia dan alam serta menyelami keajaiban dan tantangan yang terkandung di dalamnya.

Puisi: Laut
Puisi: Laut
Karya: Kuntowijoyo

Catatan:
  • Prof. Dr. Kuntowijoyo, M.A.
  • Kuntowijoyo lahir pada tanggal 18 September 1943 di Sanden, Bantul, Yogyakarta.
  • Kuntowijoyo meninggal dunia pada tanggal 22 Februari 2005 (pada usia 61 tahun).
© Sepenuhnya. All rights reserved.