Puisi: Penyucian (Karya Kuntowijoyo)

Puisi "Penyucian" mengajak pembaca untuk merenungkan tentang arti transformasi, pembaharuan diri, dan hakikat eksistensi manusia dalam konteks ....
Penyucian

Sebelum dihinakan
kalungkan daun bodi
dalam benang emas di pagi hari
tuliskan huruf-huruf Abadi
menandakan engkau lahir kembali

Di tengah yang serba empat
tersembunyi pusat
di mana hidup mengendap
ambil air dari dasarnya
satu teguk untuk ragamu
satu teguk untuk ruhmu.

Sempurnalah wujudmu
Pergi ke utara
mereka siapkan puji-pujian
untukmu.

Ada pun Kalimat
ialah hakikatmu yang pertama.
Ada pun Laku
ialah hakikatmu yang kedua.

Sumber: Isyarat (1976)

Analisis Puisi:

Puisi "Penyucian" karya Kuntowijoyo adalah sebuah karya yang sarat dengan simbolisme dan makna filosofis.

Proses Penyucian: Puisi ini menggambarkan sebuah proses penyucian atau pembaharuan diri yang dilakukan oleh subjek puisi. Proses ini dimulai dengan penggunaan metafora kalung daun bodi yang dilakukan pada pagi hari. Kalung ini, yang terbuat dari daun bodi dan benang emas, menjadi lambang transformasi dan pemurnian diri.

Simbolisme Air dan Tegukannya: Air dalam puisi ini melambangkan kehidupan dan kekuatan spiritual. Tegukan air yang diambil dari pusat kehidupan menggambarkan proses penyembuhan dan penguatan baik secara fisik maupun spiritual. Ada kesan ritualistik dalam tindakan ini, yang menuntut kesadaran dan kehadiran sepenuhnya dari individu yang menjalankannya.

Kebangkitan dan Pujian: Dengan proses penyucian ini, subjek puisi diharapkan akan bangkit kembali dengan wujud yang lebih suci dan sempurna. Penggunaan kata "Pergi ke utara" menciptakan gambaran akan arah spiritual yang diharapkan oleh subjek, di mana pujian dan penghormatan telah disiapkan untuk menyambutnya.

Kalimat dan Laku sebagai Hakikat: Bait terakhir puisi menekankan pentingnya "Kalimat" (kata atau ucapan) dan "Laku" (perbuatan atau tindakan) sebagai hakikat atau esensi dari diri seseorang. Hal ini menegaskan bahwa bukan hanya kata-kata atau tindakan yang merupakan identitas diri, tetapi juga bagaimana kedua hal tersebut disatukan dan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan penggunaan simbolisme yang kuat dan bahasa yang mendalam, puisi "Penyucian" mengajak pembaca untuk merenungkan tentang arti transformasi, pembaharuan diri, dan hakikat eksistensi manusia dalam konteks spiritual dan filosofis.

Puisi: Penyucian
Puisi: Penyucian
Karya: Kuntowijoyo

Catatan:
  • Prof. Dr. Kuntowijoyo, M.A.
  • Kuntowijoyo lahir pada tanggal 18 September 1943 di Sanden, Bantul, Yogyakarta.
  • Kuntowijoyo meninggal dunia pada tanggal 22 Februari 2005 (pada usia 61 tahun).
© Sepenuhnya. All rights reserved.