Puisi: Perjalanan Embun (Karya Mochtar Pabottingi)

Puisi || Perjalanan Embun || Karya || Mochtar Pabottingi ||
Perjalanan Embun


Tak pernah aku luput
Dari gigil. Juga sebelum menjelma
Tetes. Di tengah bayu
Yang bersijingkat ke utara
Dini hari

Selalu saja adaku ibarat liang
Di tengah terowongan semesta. Tiada henti
Melayang. Dan terempas
Dalam hening dan sipongang

Adakah yang lebih rentan
Daripada sebutir air yang terguling
Oleh rindu dan sayup iris seruling
Kala ia tersangkut dan berayun
Di ujung daun. Gemetar. Di bawah sihir
Harum serumpun kemuning


2016

Analisis Puisi:
Puisi "Perjalanan Embun" karya Mochtar Pabottingi memiliki beberapa hal menarik, di antaranya:
  1. Gambaran embun sebagai simbol ketidakstabilan: Embun digambarkan sebagai entitas yang rapuh dan rentan, seperti tetes air yang terguling karena rindu dan irama seruling. Hal ini mencerminkan keadaan manusia yang sering kali merasakan ketidakstabilan dalam perjalanan hidupnya.
  2. Imaji alam yang kuat: Puisi ini menggunakan gambaran alam, seperti bayu yang bersijingkat ke utara dan harum serumpun kemuning, untuk menciptakan suasana dan memberikan kedalaman pada perjalanan embun. Alam menjadi bagian penting dalam menciptakan suasana puisi dan memberikan makna yang lebih dalam.
  3. Penggunaan bahasa yang bermakna simbolis: Puisi ini menggunakan bahasa yang bermakna simbolis untuk menggambarkan perasaan dan perjalanan embun. Kata-kata seperti "gigil," "terowongan semesta," dan "sipongang" memberikan nuansa yang kuat dan memperkaya makna puisi tersebut.
Puisi ini mengeksplorasi tema perjalanan, kelemahan manusia, dan ketidakstabilan dalam hidup. Penggunaan gambaran alam dan bahasa simbolis menciptakan suasana yang menggugah perasaan dan mengundang pembaca untuk merenungkan makna yang tersirat dalam puisi ini.

Mochtar Pabottingi
Puisi: Perjalanan Embun
Karya: Mochtar Pabottingi

Biodata Mochtar Pabottingi:
  • Mochtar Pabottingi lahir pada tanggal 17 Juli 1945 di Bulukumba, Sulawesi Selatan.
© Sepenuhnya. All rights reserved.