Sumber: Konsierto di Kyoto (2015)
Analisis Puisi:
Puisi "Untukmu Bunda" karya Mochtar Pabottingi menggambarkan kehangatan, keabadian, dan penghormatan terhadap seorang ibu.
Kehangatan Rumah dan Hubungan Ibu-Anak: Penyair menggambarkan kehangatan rumah yang dibangun oleh ibu dan ayah selama bertahun-tahun. Rumah menjadi tempat perlindungan dan ketenangan bagi penyair, di mana ia merasa aman dan tenang.
Perubahan dan Ketenangan: Meskipun segala sesuatu di sekitarnya berubah, rumah yang dibangun oleh ibu dan ayah tetap menjadi tempat yang nyaman dan stabil bagi penyair. Ketenangan dalam hati penyair terletak pada keabadian rumah yang mereka ciptakan.
Kontras antara Waktu dan Ketenangan: Penyair menyoroti kontras antara derasnya waktu yang berlalu dan ketenangan yang ia rasakan di rumah. Meskipun waktu terus berubah, kehangatan dan perlindungan yang diberikan oleh ibu tetap tidak berubah.
Penghormatan dan Nostalgia: Puisi ini dipenuhi dengan penghormatan dan rasa nostalgia terhadap ibu. Penyair menggambarkan ibu sebagai sosok yang terus menyelimutinya dengan wangi kesturi, mengingatkan akan kehangatan dan kasih sayang yang telah diberikan sejak kecil.
Hubungan Anak dan Ibu yang Abadi: Meskipun penyair telah tumbuh dewasa, ia tetap merasa seperti anak balita di hadapan ibunya. Hubungan antara ibu dan anak dianggap abadi, tanpa batas waktu dan usia.
Puisi "Untukmu Bunda" menciptakan gambaran tentang kehangatan dan penghormatan terhadap ibu. Melalui bahasa yang indah dan sentimentil, penyair menggambarkan rumah sebagai tempat perlindungan dan kehangatan, di mana hubungan antara ibu dan anak dianggap abadi. Puisi ini menunjukkan betapa pentingnya peran ibu dalam kehidupan seorang anak, bahkan ketika waktu terus berlalu.
Karya: Mochtar Pabottingi
Biodata Mochtar Pabottingi:
- Mochtar Pabottingi lahir pada tanggal 17 Juli 1945 di Bulukumba, Sulawesi Selatan.