Puisi: Bawang Merah Bawang Putih Menangis (Karya Aspar Paturusi)

Puisi "Bawang Merah Bawang Putih Menangis" menghadirkan gambaran yang kuat tentang kondisi ekonomi, politik, dan sosial di Indonesia.
Bawang Merah Bawang Putih Menangis

bawang merah bawang putih negeri ini mencapai puncak popularitas. mereka menjadi sorotan mulai

dari presiden, menteri, ibu-ibu rumahtangga, hingga pedagang di pasar-pasar tradisional. tak lain karena bawang merah dan bawang putih menjadi juara dunia: termahal harganya.

bawang merah bawang putih berpelukan. mereka sedih. mata mereka perih. maka kini airmata mereka yang mengalir.

aroma harum berkurang di hotel, restoran, warung tenda, dan gerobak di jalan-jalan.  serempak terdengar: mahal!

bawang merah bawah putih semakin kompak.  sebenarnya  sebagian besarnya adalah pendatang

asing dari luar. bawang dalam negeri sangat kecil jumlahnya. bawang luar menguasai bawang lokal.

bawang luar segera merebut pasar. menjadi penghuni asli dan memiliki surat-surat resmi, walau ada yang diam-diam dan bersembunyi di gudang-gudang gelap.

apapun yang terjadi, mereka tak peduli, sekalipun dibicarakan dan diperdebatkan di ruang rapat atau siaran tivi. yang penting mereka jadi pusat perhatian. derajat  berubah tinggi dan berharga.

bawang merah bawah putih menjadi penting, lantaran mereka juga berada di negeri yang berbendera merah putih. dua warna menyatu di tubuh dan jiwa suatu bangsa yang merebut kemerdekaan dengan berdarah-darah. kini pun, tanahnya masih dialiri darah puteranya sendiri.

tidak hanya disibukkan gempa bawang, tapi juga genta politik terus bergemuruh di seluruh nusantara.

itulah sebabnya, bukan hanya rakyat berairmata karena bawang, tetapi bawang merah dan bawang putih perih sendiri sehingga mengalirkan airmata.

Jakarta, 19 maret 2013

Analisis Puisi:

Puisi "Bawang Merah Bawang Putih Menangis" karya Aspar Paturusi merupakan sebuah kritik sosial yang mengangkat tema tentang ekonomi, politik, dan identitas nasional. Melalui metafora bawang merah dan bawang putih, Aspar Paturusi menggambarkan kondisi sosial-politik di Indonesia.

Metafora Bawang Merah dan Bawang Putih: Bawang merah dan bawang putih digambarkan sebagai elemen-elemen utama dalam kehidupan sehari-hari yang merepresentasikan masyarakat Indonesia. Mereka menjadi sorotan dan perhatian banyak orang karena harga mereka yang mahal, mencerminkan popularitas dan relevansi ekonomi.

Persoalan Ekonomi: Puisi ini menggambarkan ketidakstabilan ekonomi yang mengakibatkan kenaikan harga bawang merah dan bawang putih. Penyebab kenaikan harga tersebut disebabkan oleh dominasi pasar oleh bawang luar yang mempengaruhi produksi dan harga bawang lokal.

Persaingan dan Pengaruh Asing: Persaingan antara bawang luar dan bawang lokal mencerminkan dinamika persaingan ekonomi di Indonesia. Dominasi bawang luar yang memiliki akses lebih besar terhadap pasar lokal menimbulkan ketidakadilan bagi petani dan produsen lokal.

Identitas Nasional dan Perjuangan Kemerdekaan: Aspar Paturusi menyoroti pentingnya bawang merah dan bawang putih sebagai simbol kebangsaan Indonesia yang berbendera merah putih. Dia mengaitkan keberadaan bawang tersebut dengan perjuangan kemerdekaan dan pengorbanan yang telah dilakukan oleh para pahlawan.

Kritik terhadap Politik dan Pusat Perhatian: Puisi ini juga mengkritik situasi politik yang seringkali memprioritaskan kepentingan pemerintah dan elit politik daripada kepentingan rakyat. Pusat perhatian politik lebih tertuju pada isu-isu populer daripada masalah-masalah mendasar yang dihadapi oleh masyarakat.

Kesedihan dan Ketidakpedulian: Ketika bawang merah dan bawang putih "menangis," itu mencerminkan kesedihan dan keputusasaan atas kondisi yang sulit. Namun, kepedulian terhadap masalah tersebut nampaknya minim, karena mereka tetap menjadi pusat perhatian tanpa mengubah kondisi yang sebenarnya.

Puisi "Bawang Merah Bawang Putih Menangis" menghadirkan gambaran yang kuat tentang kondisi ekonomi, politik, dan sosial di Indonesia. Melalui penggunaan metafora yang kuat, Aspar Paturusi berhasil menyampaikan pesan-pesan yang dalam tentang ketidakadilan, identitas nasional, dan tantangan yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia.

Aspar Paturusi
Puisi: Bawang Merah Bawang Putih Menangis
Karya: Aspar Paturusi

Biodata Aspar Paturusi:
  • Nama asli Aspar Paturusi adalah Andi Sopyan Paturusi.
  • Aspar Paturusi lahir pada tanggal 10 April 1943 di Bulukumba, Sulawesi Selatan.
© Sepenuhnya. All rights reserved.