Puisi: Ini Hari, Ulang Tahun Sebuah Tiang Gantungan (Karya Sides Sudyarto D. S.)

Puisi "Ini Hari, Ulang Tahun Sebuah Tiang Gantungan" karya Sides Sudyarto D. S. menggambarkan sebuah refleksi yang penuh dengan kesedihan dan ...
Ini Hari, Ulang Tahun Sebuah Tiang Gantungan

Inilah, barangkali saat paling duka bagiku
Di hari ulang tahunmu ini tak bisa kukalungkan
Sebuah karangan bunga pun, pada lehermu.

Dengan anggunnya, kau berdiri tegak
Bagaikan sebuah tiang listrik yang melengkung
Terkena tembakan mortir kaum gerilyawan
Ketika mereka bertempur memburu kemerdekaan
Ketika mereka masih tahu, tentu saja
Arti sebuah kemerdekaan.

Di punggungmu yang tua itu, telah bertumbuh karat
Memborok parah dengan warna cokelat
Tiada lagi cat tersisa
Hanya debu, ada pada tubuhmu.

Di hari ulang tahunmu ini, barangkali akulah yang paling duka
Aku tak tahu, apakah kau yang paling berdosa
Atau yang paling berjasa.

Aku tak tahu berapa musuh telah tergantung pada talimu
Berapa pula pemimpin yang kau jerat
Atau pan pengkhianat yang menyeberang?

Selamat berulang tahun
Selamat sunyi, kehilangan arti
Abadilah kematianmu...

Sumber: Sajak-Sajak Tiang Gantungan (2002)

Analisis Puisi:
Puisi "Ini Hari, Ulang Tahun Sebuah Tiang Gantungan" karya Sides Sudyarto D. S. menggambarkan sebuah refleksi yang penuh dengan kesedihan dan ironi terhadap nasib sebuah tiang gantungan yang menjadi simbol dari masa lalu yang kelam. Dengan menggunakan bahasa yang kaya akan imaji dan metafora, penyair menyampaikan perasaan yang mendalam terhadap nasib tiang gantungan tersebut.

Simbolisme Tiang Gantungan: Tiang gantungan dalam puisi ini menjadi simbol dari masa lalu yang kelam dan perjuangan yang berat. Tiang yang "berdiri tegak" seperti sebuah monumen yang menyimpan banyak cerita di baliknya. Sebagai simbol perjuangan, tiang ini telah melalui banyak hal, termasuk pertempuran dan penderitaan.

Ironi Ulang Tahun: Penggunaan hari ulang tahun tiang gantungan sebagai latar belakang puisi menambahkan lapisan ironi yang dalam. Biasanya, hari ulang tahun adalah momen untuk merayakan kehidupan dan kebahagiaan, tetapi dalam konteks puisi ini, hari ulang tahun menjadi peringatan akan kehilangan dan kesedihan.

Perasaan Kesedihan dan Keputusasaan: Penyair dengan sangat kuat menggambarkan perasaan kesedihan dan keputusasaan terhadap nasib tiang gantungan. Tiang tersebut telah menjadi saksi bisu dari berbagai tragedi dan konflik yang terjadi di masa lalu, namun tak pernah bisa menyampaikan cerita-cerita itu.

Penuh dengan Refleksi dan Tanya: Puisi ini juga penuh dengan refleksi dan pertanyaan-pertanyaan yang dalam. Penyair merenungkan apakah tiang gantungan itu lebih berdosa atau berjasa, mengingat berapa banyak musuh dan pemimpin yang telah "tergantung pada talinya". Pertanyaan-pertanyaan ini mengundang pembaca untuk merenungkan lebih dalam tentang arti dari kehidupan dan perjuangan.

Kesimpulan yang Menyayat Hati: Dengan menutup puisi dengan kalimat "Selamat sunyi, kehilangan arti, Abadilah kematianmu...", penyair menegaskan bahwa tiang gantungan tersebut hanya bisa merayakan hari ulang tahunnya dengan kesunyian dan kehilangan. Kesimpulan ini memberikan kesan pahit tentang akhir dari sebuah simbol perjuangan yang tak terdengar.

Dengan demikian, puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang nilai-nilai sejarah, kehilangan, dan ironi kehidupan yang seringkali terlupakan dalam sorotan sehari-hari.

Puisi: Ini Hari, Ulang Tahun Sebuah Tiang Gantungan
Puisi: Ini Hari, Ulang Tahun Sebuah Tiang Gantungan
Karya: Sides Sudyarto D. S.

Biodata Sides Sudyarto D. S.:
  • Sudiharto lahir di Tegal, Jawa Tengah, pada tanggal 14 Juli 1942.
  • Sudiharto meninggal dunia di Jakarta, pada tanggal 14 Oktober 2012.
  • Sudiharto menggunakan nama pena Sides Sudyarto D. S. (Sides = Seniman Desa. huruf D = nama ibu, yaitu Djaiyah. huruf S = nama ayah, yaitu Soedarno).
© Sepenuhnya. All rights reserved.