Puisi: Membaca Isyaratmu (Karya Kurnia Effendi)

Puisi "Membaca Isyaratmu" menciptakan gambaran yang kompleks dan mendalam tentang hubungan yang berubah seiring waktu. Dengan penggunaan metafora ....
Membaca Isyaratmu
: Reyna Agustina

Kita masih di ranjang yang sama, namun kudengar
cerita yang berbeda.
Desir halus seperti pisau yang mengiris,
dan kupanggil ia sebagai hati yang cemas

Mungkinkah: geraham waktu telah mengunyah seluruh
kenangan, lantas ditelan sirna oleh kesibukan?
Dan jalan panjang itu, seolah mulai ditumbuhi rumput liar
Tak terbaca lagi jejak kemarin, dulu, atau yang sangat lalu
Kekasih, kita masih di ranjang yang sama, namun kurasakan
ada detak jantung yang lain
Milik siapakah?

Sampai kini kau masih jujur, seperti air Niagara, hanya ingin terjun
dan tak hendak punya pilihan lain
Engkaulah, sebuah alasan untukku tetap setia pada janji depan altar
Engkaulah, sebuah alasan agar kupelihara bara cinta tetap menyala
Engkaulah, yang membuatku terbangun tiba-tiba, dan:
menangkap kesunyian tengah malam, lalu suara langkah kaki asing
mendekati mimpimu
Pernahkah terpikir olehmu, ingin kutangkap anak panah itu
Sebelum menghujam hatimu? Pernahkah?

Percayalah, kita masih di ranjang yang sama
Dan telah tiba waktu untuk menengok setapak yang pernah kita lalui
Mungkin panggilan kudus masa lalu membuat kita ingin pulang
Menuju bahtera yang disusun dari setiap elemen cinta
Menghayati (kembali) seluruh kisah yang kita miliki

1998

Analisis Puisi:
Puisi "Membaca Isyaratmu" karya Kurnia Effendi menggambarkan dinamika hubungan dan perasaan di tengah-tengah kehidupan yang terus berjalan. Dengan menggunakan bahasa metafora dan simbolisme, puisi ini menyampaikan pemikiran dan perasaan yang kompleks.

Ruang Waktu dalam Hubungan: Puisi dibuka dengan gambaran tentang ranjang yang tetap sama, namun pengalaman yang berbeda. Ini menggambarkan perubahan dinamika hubungan, di mana meskipun fisiknya masih bersama, tapi pengalaman dan perasaan telah berubah seiring berjalannya waktu. Desir halus seperti pisau yang mengiris mengindikasikan adanya ketidaknyamanan atau kegelisahan dalam hubungan.

Geraham Waktu dan Kenangan yang Hilang: Penggunaan metafora geraham waktu yang mengunyah kenangan dan ditelan kesibukan menciptakan gambaran yang kuat tentang hilangnya kenangan dalam alur kehidupan yang sibuk. Jejak masa lalu yang tidak terbaca lagi menciptakan rasa kehilangan akan momen-momen yang telah terlewati.

Detak Jantung yang Berbeda: Penyair merasakan detak jantung yang berbeda, menimbulkan pertanyaan siapakah pemiliknya. Ini menciptakan kebingungan dan ketidakpastian dalam hubungan. Pertanyaan ini membangkitkan rasa ingin tahu tentang perubahan yang terjadi di dalam hati dan perasaan pasangan.

Kekasih sebagai Alasan Setia dan Peliharaan Cinta: Puisi menyoroti peran kekasih sebagai alasan untuk tetap setia pada janji dan memelihara bara cinta. Air Niagara disandingkan dengan kejujuran pasangan, yang selalu ingin terjun tanpa memiliki pilihan lain. Ini menciptakan citra kejujuran dan ketulusan dalam hubungan.

Ketidakpastian dan Pertanyaan dalam Hubungan: Pertanyaan retoris yang diajukan dalam puisi, seperti pernahkah terpikir untuk menangkap anak panah sebelum menghujam hati, menciptakan rasa ketidakpastian dalam hubungan. Ini mencerminkan pemikiran dan perasaan yang kompleks di dalam benak penyair terhadap masa depan hubungan.

Puisi "Membaca Isyaratmu" menciptakan gambaran yang kompleks dan mendalam tentang hubungan yang berubah seiring waktu. Dengan penggunaan metafora dan simbolisme yang kuat, penyair berhasil menyampaikan perasaan kebingungan, kehilangan, dan keinginan untuk menggali kembali kenangan masa lalu. Puisi ini mengundang pembaca untuk merenung tentang dinamika hubungan dan kompleksitas perasaan di dalamnya.

Puisi: Membaca Isyaratmu
Puisi: Membaca Isyaratmu
Karya: Kurnia Effendi

Catatan:
  • Kurnia Effendi lahir di Tegal, Jawa Tengah, pada tanggal 20 Oktober 1960.
© Sepenuhnya. All rights reserved.