Membaca Isyaratmu: Reyna Agustina
Kita masih di ranjang yang sama, namun kudengarcerita yang berbeda.Desir halus seperti pisau yang mengiris,dan kupanggil ia sebagai hati yang cemas
Mungkinkah: geraham waktu telah mengunyah seluruhkenangan, lantas ditelan sirna oleh kesibukan?Dan jalan panjang itu, seolah mulai ditumbuhi rumput liarTak terbaca lagi jejak kemarin, dulu, atau yang sangat laluKekasih, kita masih di ranjang yang sama, namun kurasakanada detak jantung yang lainMilik siapakah?
Sampai kini kau masih jujur, seperti air Niagara, hanya ingin terjundan tak hendak punya pilihan lainEngkaulah, sebuah alasan untukku tetap setia pada janji depan altarEngkaulah, sebuah alasan agar kupelihara bara cinta tetap menyalaEngkaulah, yang membuatku terbangun tiba-tiba, dan:menangkap kesunyian tengah malam, lalu suara langkah kaki asingmendekati mimpimuPernahkah terpikir olehmu, ingin kutangkap anak panah ituSebelum menghujam hatimu? Pernahkah?
Percayalah, kita masih di ranjang yang samaDan telah tiba waktu untuk menengok setapak yang pernah kita laluiMungkin panggilan kudus masa lalu membuat kita ingin pulangMenuju bahtera yang disusun dari setiap elemen cintaMenghayati (kembali) seluruh kisah yang kita miliki
1998
Puisi: Membaca Isyaratmu
Karya: Kurnia Effendi
Catatan:
- Kurnia Effendi lahir di Tegal, Jawa Tengah, pada tanggal 20 Oktober 1960.