Puisi: Mulai dengan Lapar (Karya Sides Sudyarto D. S.)

Puisi "Mulai dengan Lapar" karya Sides Sudyarto D. S. menyampaikan pesan tentang pentingnya transformasi, pencarian makna, dan kesadaran spiritual ...
Mulai dengan Lapar


Mulai dengan lapar kita berjalan.
Mulai dengan lapar kita mengemis.
Mulai dengan lapar kita meminta-minta.
Mulai dengan lapar kita meminjam.
Mulai dengan lapar kita berhutang.
Mulai dengan lapar kita membohong.
Mulai dengan lapar kita menipu.
Mulai dengan lapar kita bercerai.
Mulai dengan lapar kita berpisah.
Mulai dengan lapar kita menghardik.
Mulai dengan lapar kita memaki.
Mulai dengan lapar kita memfitnah.
Mulai dengan lapar kita mencuri.
Mulai dengan lapar kita menodong.
Mulai dengan lapar kita menggarong.
Mulai dengan lapar kita terinjak.
Mulai dengan lapar kita memberontak.
Mulai dengan lapar kita ditembak.
Mulai dengan lapar kita dibunuh.
Mulai dengan lapar kita digantung.

Mulai dengan lapar kita murung.
Mulai dengan lapar kita sedih.
Mulai dengan lapar kita dikecam.
Mulai dengan lapar kita ditekan.
Mulai dengan lapar kita ditahan.
Mulai dengan lapar kita berpikir.
Mulai dengan lapar kita takut.
Mulai dengan lapar kita gemetar.
Mulai dengan lapar kita ngeri.
Mulai dengan lapar kita lumpuh.
Mulai dengan lapar kita berpeluh.
Mulai dengan lapar kita mengaduh.
Mulai dengan lapar kita mulai sadar.
Mulai dengan lapar kita berpikir.
Mulai dengan lapar kita berotak.
Mulai dengan lapar kita membentuk.
Mulai dengan lapar kita berbisik.

Mulai dengan lapar kita berkumpul.
Mulai dengan lapar kita berdialog.
Mulai dengan lapar kita bertemu.
Mulai dengan lapar kita solider.
Mulai dengan lapar kita sepakat.
Mulai dengan lapar kita bersatu.
Mulai dengan lapar kita berbuat.

Mulai dengan lapar kita kuat.
Mulai dengan lapar kita menang.
Mulai dengan lapar kita niat belajar.
Mulai dengan lapar hiduplah hidup.
Mulai dengan lapar memahami dunia.
Mulai dengan lapar merobah dunia.

Mulai dengan lapar melanjutkan evolusi.
Mulai dengan lapar menanjakkan revolusi.
Mulai dengan lapar membenahi diri.
Mulai dengan lapar melembaga.
Mulai dengan lapar melawan dahaga.

Mulai dengan lapar kita kita takut langgar.
Mulai dengan lapar kita takut mesjid.
Mulai dengan lapar kita takut gereja.
Mulai dengan lapar kita takut kelenteng.
Mulai dengan lapar kita takut kuil,
Mulai dengan lapar kita takut pagoda.
Mulai dengan lapar kita takut candi.
Mulai dengan lapar kita takut rumah.

Mulai dengan lapar kita takut desa!
Mulai dengan lapar kita takut masyarakat.
Mulai dengan lapar kita takut manusia.
Mulai dengan lapar kita takut diri sendiri.

Mulai dengan lapar kita ber sabar.
Mulai dengan lapar kita tawakal.
Mulai dengan lapar kita sebut diri.
Mulai dengan lapar kita sebut nama ibu.
Mulai dengan lapar kita sebut nama bapak.
Mulai dengan lapar kita sebut nama Allah.
Mulai dengan lapar kita cium kaki ibu.
Mulai dengan lapar kita cium bapak.
Mulai dengan lapar kita cium kaki Tuhan.

Mulai dengan lapar kita cium tanah air.
Mulai dengan lapar kita cium kaki masyarakat.
Mulai dengan lapar kita cium kaki masyarakat.!
Mulai dengan lapar kita cium kaki bangsa.
Mulai dengan lapar kita cium kaki manusia.
Mulai dengan lapar kita cium kemerdekaan.
Mulai dengan lapar kita cium kebebasan.
Mulai dengan lapar kita cium kehidupan.

Mulai dengan lapar kita sa-dari eksistensi.
Mulai dengan lapar kita mulai diri.
Mulai dengan lapar kita menemukan diri.

O, lapar bathin.
O, lapar lahir.
O, lapar, bawalah kami ke jalan di mana tidak ada lagi kelaparan.

Lapar rohku!
Lapar Tuhankul
Lapar tubuhku!
Lapar desaku!
Lapar bangsaku!
Lapar duniaku.’
Laparnya laparku!
Lapar yang segalanya lapar segala lapar, laparku lapar segala,
Lapar tiada tara, lapar tiada batas, lapar tiada henti. Lapar
yang abadi! Lapar di bumi, lapar pula aku di akhirat
Lapar!


Sumber: Kebatinan (1975)

Analisis Puisi:
Puisi "Mulai dengan Lapar" karya Sides Sudyarto D. S. adalah karya yang penuh dengan perjalanan dan transformasi emosi, mulai dari keadaan lapar fisik hingga lapar spiritual. Dalam puisi ini, lapar digambarkan sebagai pendorong kehidupan, dari keadaan dasar hingga pencarian makna dan keberlanjutan.

Struktur dan Gaya Bahasa

  1. Pengulangan Kata "Mulai dengan Lapar": Pengulangan kata "Mulai dengan Lapar" memberikan ritme yang kuat dan menggambarkan perjalanan dari keadaan dasar atau kebutuhan primer hingga pencarian makna yang lebih dalam. Hal ini menciptakan efek yang memukau dan menggugah perhatian pembaca.
  2. Ketegangan Emosional yang Berkembang: Puisi ini membangun ketegangan emosional yang berkembang seiring berjalannya waktu. Dari keadaan fisik lapar yang sederhana, penyair membawa pembaca melalui berbagai fase emosi, dari kesulitan hingga perjuangan spiritual.
  3. Penggunaan Irama dan Ritme yang Kuat: Ritme puisi ini memberikan pengalaman membaca yang dinamis, mencerminkan perubahan dan perjalanan emosional. Irama yang kuat membantu menyampaikan pesan dengan gaya yang berkesan.

Tema

  1. Perjalanan Keadaan Fisik Menuju Spiritualitas: Puisi ini menggambarkan perjalanan dari keadaan lapar fisik menuju pencarian spiritualitas dan makna kehidupan. Lapar fisik menjadi metafora bagi kekurangan dan kebutuhan dasar manusia, yang kemudian berkembang menjadi kehausan spiritual dan keinginan untuk mencari makna lebih dalam.
  2. Transformasi Emosional: Puisi ini mengeksplorasi transformasi emosional sepanjang perjalanan hidup. Dari lapar fisik hingga lapar spiritual, penyair menunjukkan perubahan sikap dan pandangan terhadap kehidupan.
  3. Pesan Keberlanjutan dan Pencarian Makna: Melalui penggunaan kata "Bawalah kami ke jalan di mana tidak ada lagi kelaparan," puisi ini menggambarkan keinginan untuk mencapai keberlanjutan dan pencarian makna yang lebih tinggi dalam kehidupan.

Makna

  1. Lapar sebagai Pendorong Hidup: Lapar di sini dianggap sebagai pendorong awal kehidupan, baik secara fisik maupun spiritual. Puisi ini menyoroti kebutuhan manusia untuk terus berkembang dan mencari makna dalam setiap fase kehidupan.
  2. Kesadaran Spiritual: Puisi ini membawa pembaca melalui perjalanan kesadaran spiritual, di mana lapar bukan hanya keadaan fisik, tetapi juga kehausan akan makna dan hubungan dengan yang Maha Kuasa.
  3. Pencarian Harmoni dan Kesatuan: Dengan menyebutkan "Lapar yang abadi" dan "Lapar di bumi, lapar pula aku di akhirat," puisi ini menggambarkan pencarian harmoni dan kesatuan antara kebutuhan materi dan spiritualitas.
Puisi "Mulai dengan Lapar" adalah sebuah perjalanan emosional dan spiritual yang memikat. Dengan penggunaan kata-kata yang kuat dan ritme yang menggugah, penyair berhasil menyampaikan pesan tentang pentingnya transformasi, pencarian makna, dan kesadaran spiritual dalam perjalanan hidup manusia.

Puisi: Mulai dengan Lapar
Puisi: Mulai dengan Lapar
Karya: Sides Sudyarto D. S.

Biodata Sides Sudyarto D. S.:
  • Sudiharto lahir di Tegal, Jawa Tengah, pada tanggal 14 Juli 1942.
  • Sudiharto meninggal dunia di Jakarta, pada tanggal 14 Oktober 2012.
  • Sudiharto menggunakan nama pena Sides Sudyarto D. S. (Sides = Seniman Desa. huruf D = nama ibu, yaitu Djaiyah. huruf S = nama ayah, yaitu Soedarno).
© Sepenuhnya. All rights reserved.