Puisi: My People (Karya Kurnia Effendi)

Puisi "My People" karya Kurnia Effendi menggambarkan dengan kuat kondisi penuh penderitaan dan keputusasaan yang dihadapi oleh rakyat. Dengan ....
My People

''Happy new day, my people.''

Kukecup kening dingin, hampir berair Ada keluarga cacing berencana datang menghampiri Setelah lalat-lalat itu Cahaya pun menyempit menjadi garis Sebelum akhirnya jatuh kelam Hitam seperti gedung yang hangus terbakar Lengkap dengan bau sampah yang menyengat. Dan buih deterjen tak mengalir (Buntu di ujung pintu, seperti politik negeri ini, beberapa waktu lalu) ''Happy new day, my people.'' Bukankah seharusnya kunyalakan lilin kemenangan?

Dan menyantap hidangan pesta dengan menu rezim baru Tapi, sudahlah: ini kesedihan 'kecil' Yang lain telah bertimbun, tak tertulis namanya, berbaris ke nirwana, beberapa waktu lalu Lapar penghabisan telah menjadi kendaraan bagi mereka Bisa saja berangkat dari Irian Jaya, Palembang, Sukabumi Atau sudut-sudut sunyi sebuah kota raya Atau lewat jalan api:

terpanggang karena ingin menghindar dari lapar struktural Airmata telah menghayutkan bekas kehidupannya.

''Happy new day, my people.''

1998

Analisis Puisi:
Puisi "My People" karya Kurnia Effendi menyoroti keadaan hidup yang keras dan penuh dengan kesedihan yang dialami oleh rakyat.

Pengantar "Happy new day, my people": Pengantar puisi dengan kalimat "Happy new day, my people" menunjukkan ironi antara kegembiraan yang diproyeksikan oleh kalimat tersebut dengan gambaran yang gelap dan penuh kesedihan yang akan diungkapkan dalam puisi.

Gambaran Kehidupan yang Penuh Penderitaan: Puisi ini menciptakan gambaran yang penuh dengan penderitaan dan keputusasaan. Dengan menggambarkan kening yang hampir berair dan bau sampah yang menyengat, penyair menyampaikan keadaan yang tidak menguntungkan dan memilukan.

Kelaparan dan Kekurangan: Penyair menyoroti lapar dan kekurangan yang menjadi kenyataan bagi sebagian besar rakyat. Bahkan dalam perayaan atau harapan akan perubahan ("Happy new day"), keadaan sebenarnya tetap dipenuhi dengan kesulitan dan penderitaan.

Kritik terhadap Politik Negeri: Puisi ini menggambarkan kekecewaan terhadap politik negeri yang tidak mampu mengatasi masalah lapar dan kekurangan yang dihadapi oleh rakyat. Bahkan, "politik negeri ini" digambarkan sebagai buntu, tidak mampu mengatasi masalah.

Ironi dan Ketidakadilan: Ironi terletak dalam perbandingan antara harapan untuk "menyalakan lilin kemenangan" dengan kenyataan yang keras yang dihadapi rakyat. Meskipun ada harapan untuk perubahan yang lebih baik, kenyataannya adalah keputusasaan dan penderitaan yang terus berlanjut.

Penutup dengan "Happy new day, my people": Penutup puisi dengan kalimat yang sama sekali tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya menyoroti ironi dan ketidakadilan dalam hidup rakyat.

Puisi "My People" karya Kurnia Effendi menggambarkan dengan kuat kondisi penuh penderitaan dan keputusasaan yang dihadapi oleh rakyat. Dengan menggunakan gambaran visual yang kuat dan bahasa yang memilukan, penyair berhasil menggambarkan ketidakadilan dalam kehidupan sehari-hari dan kekecewaan terhadap sistem politik yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar rakyat.

Puisi: My People
Puisi: My People
Karya: Kurnia Effendi

Biodata Kurnia Effendi:
  • Kurnia Effendi lahir di Tegal, Jawa Tengah, pada tanggal 20 Oktober 1960.
© Sepenuhnya. All rights reserved.