Puisi: Ode Bumi (Karya Nenden Lilis Aisyah)

Puisi "Ode Bumi" menghadirkan kombinasi yang kuat antara keindahan alam, harapan idealis, dan realitas yang menyakitkan. Dengan cara ini, ...
Ode Bumi

jika dia padi
semestinya tumbuh dalam sawah yang gembur
jika dia jagung
semestinya bertunas dalam ladang-ladang subur

semestinya, pucuk-pucuk daun di kebun
basah dan berseri
bening air kolam memantulkan bayangan
matahari yang cemerlang

semestinya, pada matanya
kejernihan gemericik seperti selokan
mengalirkan gairah para petani

(begitulah semestinya
sayang, dia terlanjur mati
dalam tanah yang memendam api)

1998

Analisis Puisi:
Puisi "Ode Bumi" karya Nenden Lilis Aisyah menghadirkan gambaran yang mendalam dan penuh makna tentang hubungan manusia dengan bumi. Puisi ini mencerminkan keindahan, keharmonisan, dan keselarasan yang seharusnya ada antara manusia dan alam.

Personifikasi Bumi: Puisi ini menggunakan personifikasi dengan menggambarkan bumi sebagai entitas hidup yang memiliki "matanya" dan "pucuk-pucuk daun" yang bisa basah dan berseri. Hal ini memberikan dimensi kehidupan dan keceriaan pada bumi sebagai subjek puisi.

Harapan yang Tidak Tercapai: Penyair mengekspresikan harapan dan idealisme terhadap hubungan manusia dengan bumi. Namun, disela-sela penggambaran yang indah, terdapat kekecewaan karena "dia terlanjur mati dalam tanah yang memendam api." Ini menciptakan rasa kesedihan dan kontras yang kuat di antara apa yang seharusnya dan kenyataan yang pahit.

Imaji Alam yang Indah: Puisi ini membangun imaji alam yang memikat dengan menggambarkan sawah gembur, ladang subur, kolam yang bersih, dan matahari yang cemerlang. Imaji ini tidak hanya menciptakan keindahan visual tetapi juga mengekspresikan kekayaan dan kelimpahan alam.

Kontras Antara Harapan dan Kenyataan: Penggunaan kata "semestinya" menggambarkan idealisme penyair terhadap hubungan manusia dengan bumi. Namun, kata-kata ini juga menyoroti kontras antara harapan yang indah dan kenyataan yang tragis, yaitu kematian bumi yang terlanjur terjadi.

Pesan Lingkungan: Puisi ini dapat dianggap sebagai suatu bentuk pesan lingkungan yang menyuarakan perlunya keberlanjutan dan penghormatan terhadap alam. Kematian bumi sebagai akibat kebakaran (api) menekankan dampak destruktif perilaku manusia terhadap lingkungan.

Gaya Bahasa: Gaya bahasa yang digunakan, seperti metafora "matanya" dan "kejernihan gemericik seperti selokan," menambah kedalaman dan kekuatan ekspresi puisi. Gaya bahasa ini menghidupkan gambaran dan memperkaya pengalaman pembaca.

Puisi "Ode Bumi" menghadirkan kombinasi yang kuat antara keindahan alam, harapan idealis, dan realitas yang menyakitkan. Dengan cara ini, puisi ini menjadi seruan untuk lebih menghargai dan merawat bumi, serta refleksi atas konsekuensi dari perilaku manusia yang merusak alam.

Puisi: Ode Bumi
Puisi: Ode Bumi
Karya: Nenden Lilis Aisyah

Biodata Nenden Lilis Aisyah:
  • Nenden Lilis Aisyah lahir di Malangbong, Garut, Jawa Barat, pada tanggal 26 September 1971.
© Sepenuhnya. All rights reserved.