Puisi: Rumah Kata (Karya Suminto A. Sayuti)

Puisi "Rumah Kata" karya Suminto A. Sayuti mengeksplorasi perjalanan jiwa seseorang dan bagaimana pengalaman cinta dan keintiman dapat membawa ...
Rumah Kata

Kembali ke rumah kata. Kembali ke rumah cinta
Siapa menunggumu. Putik kembang bertaburan
                di pembaringan
Harum pun menyisir rambut. Semua yang teraba berbatas
                ceruk
Tak terbaca. Kembalilah jiwa demi dahaga
Bersama matahari. Bias jingga. Sebelum berpaling muka.


Yogyakarta, 2012

Sumber: Bangsal Sri Manganti (2013)

Analisis Puisi:
Puisi "Rumah Kata" karya Suminto A. Sayuti menggambarkan pengalaman kembali ke "rumah kata" dan bagaimana hal itu terkait dengan rasa cinta.

Rumah Kata sebagai Metafora: Puisi ini menggunakan "rumah kata" sebagai metafora untuk kedalaman perasaan, ekspresi, dan pengalaman emosional. Rumah kata adalah tempat di mana perasaan dan kata-kata yang mendalam ditemukan dan diungkapkan.

Kembali dan Nostalgia: Kata "kembali" menunjukkan tindakan kembali ke sesuatu yang dulu dikenal atau dirindukan. Ini bisa merujuk pada nostalgia atau keinginan untuk mengalami kembali perasaan dan momen yang berarti.

Keintiman dan Cinta: Puisi ini juga merujuk pada tema cinta dan keintiman. Kata "siapa menunggumu" menggambarkan kehadiran seseorang yang sangat diharapkan dalam kehidupan penutur puisi. Harumnya "putik kembang bertaburan" menciptakan gambaran keindahan dan kesuburan hubungan ini.

Rasa Dahaga dan Kepuasan: Puisi ini menciptakan perasaan dahaga yang dipuaskan oleh kehadiran seseorang atau perasaan mencari makna dalam kata-kata dan pengalaman. Penggambaran matahari adalah gambaran positif yang dapat diartikan sebagai simbol pencerahan dan kepuasan.

Keterbatasan Bahasa: Penggunaan "Semua yang teraba berbatas ceruk / Tak terbaca" menunjukkan bahwa bahasa sering kali tidak dapat sepenuhnya mengungkapkan perasaan dan pengalaman yang mendalam. Ini mungkin juga mengacu pada kebingungan dalam menyampaikan perasaan.

Perjalanan Jiwa: Puisi ini mengeksplorasi perjalanan jiwa seseorang dan bagaimana pengalaman cinta dan keintiman dapat membawa jiwa itu pulang ke tempat yang lebih dalam dan bermakna.

Penyelesaian: Puisi ini berakhir dengan baris "Sebelum berpaling muka," yang menunjukkan tekad untuk tetap berada dalam momen yang ada, sebelum perhatian beralih ke hal lain. Ini menciptakan perasaan ketenangan dan penyelesaian.

Secara keseluruhan, puisi "Rumah Kata" adalah sebuah refleksi tentang pengalaman kembali ke tempat di mana kata-kata dan perasaan mendalam ditemukan, serta bagaimana cinta dan keintiman dapat menghidupkan kembali rasa dahaga jiwa dan memperdalam makna kehidupan.

Suminto A. Sayuti
Puisi: Rumah Kata
Karya: Suminto A. Sayuti

Biodata Suminto A. Sayuti:
  • Prof. Dr. Suminto A. Sayuti lahir pada tanggal 26 Oktober 1956 di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.