Puisi: Serda KKO Anumerta Janatin alias Usman bin H. Moh. Ali (Karya Sides Sudyarto D. S.)

Puisi ini menggambarkan kisah pahlawan Serda KKO Anumerta Janatin, yang juga dikenal sebagai Usman bin H. Moh. Ali, beserta rekannya Harun.
Serda KKO Anumerta Janatin alias Usman bin H. Moh. Ali, dan Kopral KKO Anumerta Harun bin Said alias Tohir
- 1968


Usman dan Harun perajurit berdarah kesatria
Tiada takut menentang badai samudera raya
Tiada gentar menghadapi musuh di seberang sana
Dengan semangat baja menantang mara bahaya

Saat itu Oktober 1968, di Penjara Changi, Singapura
Usman dan Harun berdua naik ke tiang gantungan
Tiada mereka menangis. Tiada keluh kesah
Diterimanya nasib sebagai pahlawan Indonesia

Usman dan Harun, pembela keutuhan Tanah Air dan Bangsa
Telah pergi kau atas nama revolusi  suci Indonesia
Berkorban engkau jasad dan sukmamu melayang tiada kembali
Karena panggilan Ibu Pertiwi

Usman dan Harun, seluruh rakyatmu mengerti
Kebesaran jiwamu, keharuman namamu
Selamat jalan para pahlawan bangsa
Semoga Illahi menerima amal baktimu.


Sumber: Pahlawan dalam Puisi (1979)

Analisis Puisi:
Puisi ini menggambarkan kisah pahlawan Serda KKO Anumerta Janatin, yang juga dikenal sebagai Usman bin H. Moh. Ali, beserta rekannya Harun. Puisi ini mencoba untuk mengabadikan pengorbanan mereka dalam menjaga keutuhan Tanah Air dan Bangsa.

Kesatria Berdarah dan Semangat Baja: Puisi dibuka dengan menggambarkan Usman dan Harun sebagai "perajurit berdarah kesatria" yang tak kenal takut. Elemen ini menyoroti semangat dan keberanian mereka dalam menghadapi tantangan, bahkan di tengah badai samudera raya dan ketika berhadapan dengan musuh di luar negeri. Semangat baja mereka tercermin melalui sikap tanpa gentar yang mereka tunjukkan.

Pengorbanan di Penjara Changi, Singapura: Pada Oktober 1968, kisah pahlawan ini mencapai puncaknya di Penjara Changi, Singapura. Usman dan Harun menghadapi nasib tragis dengan naik ke tiang gantungan. Meskipun dihadapkan pada kematian, puisi menggambarkan bahwa mereka menerima nasib ini dengan kepahlawanan yang tinggi, tanpa menangis atau keluh kesah.

Pahlawan Indonesia yang Berkorban: Usman dan Harun dipandang sebagai pembela keutuhan Tanah Air dan Bangsa. Penggunaan kata "revolusi suci Indonesia" mencerminkan bahwa pengorbanan mereka terjadi dalam konteks perjuangan kemerdekaan dan integritas negara. Mereka berkurban atas panggilan Ibu Pertiwi, menyiratkan cinta dan kesetiaan kepada tanah air.

Kepergian Tanpa Kembali dan Panggilan Ibu Pertiwi: Puisi menggambarkan bahwa Usman dan Harun pergi tanpa kembali, menyerahkan jasad dan sukma mereka sebagai tanda pengabdian kepada Indonesia. Panggilan Ibu Pertiwi di sini menyoroti rasa kewajiban dan cinta tanah air yang mendalam.

Selamat Jalan dan Doa Terakhir: Puisi diakhiri dengan ungkapan "Selamat jalan para pahlawan bangsa, Semoga Illahi menerima amal baktimu." Ungkapan ini menciptakan nuansa perpisahan yang sarat dengan doa dan harapan, menghormati pengorbanan besar yang telah diberikan oleh Usman dan Harun.

Puisi "Serda KKO Anumerta Janatin alias Usman bin H. Moh. Ali" adalah sebuah penghormatan kepada keberanian dan pengorbanan Serda KKO Anumerta Janatin alias Usman bin H. Moh. Ali dan rekannya Harun. Dengan menggunakan kata-kata yang sederhana, puisi ini berhasil menyampaikan nilai-nilai kepahlawanan, keberanian, dan pengabdian mereka terhadap Indonesia. Puisi ini menciptakan atmosfer penghargaan dan harapan bahwa pengorbanan para pahlawan tersebut diterima oleh Illahi.

Puisi: Serda KKO Anumerta Janatin alias Usman bin H. Moh. Ali
Puisi: Serda KKO Anumerta Janatin alias Usman bin H. Moh. Ali
Karya: Sides Sudyarto D. S.

Biodata Sides Sudyarto D. S.:
  • Sudiharto lahir di Tegal, Jawa Tengah, pada tanggal 14 Juli 1942.
  • Sudiharto meninggal dunia di Jakarta, pada tanggal 14 Oktober 2012.
  • Sudiharto menggunakan nama pena Sides Sudyarto D. S. (Sides = Seniman Desa. huruf D = nama ibu, yaitu Djaiyah. huruf S = nama ayah, yaitu Soedarno).
© Sepenuhnya. All rights reserved.