Puisi: Syair Puncak (Karya Suminto A. Sayuti)

Puisi "Syair Puncak" karya Suminto A. Sayuti mengajak pembaca untuk merenungkan makna kehidupan, pencarian tujuan, dan kebahagiaan dalam hal-hal ...
Syair Puncak


Jangan tanyakan puncak. Mendakilah terus ke Utara
Karna puncak tak pernah ada. Ialah kerendahhatian yang
                diam tanpa suara
Maka kita pun dataran rendah. Sepetak sawah bagi petani
                kecil
Sejengkal kolam bagi ikan-ikan mungil. Rimbun daun bagi
                birahi sepasang burung. Secercah cahaya bagi pejalan
                larut. Sebaris fatwa bermakna
Sebait puisi abadi. Tak ada puncak ketika di ketinggian
Tak ada puncak ketika kemah hunian kita dirikan dalam
                diri


Yogyakarta, 2012

Sumber: Bangsal Sri Manganti (2013)

Analisis Puisi:
Puisi "Syair Puncak" karya Suminto A. Sayuti adalah karya sastra yang memiliki makna mendalam dan berisi pesan filosofis.

Pencarian Puncak: Puisi ini membuka dengan perintah "Jangan tanyakan puncak. Mendakilah terus ke Utara." Hal ini menggambarkan perjalanan pencarian atau usaha untuk mencapai sesuatu yang lebih tinggi atau lebih baik dalam hidup. Pencarian puncak adalah metafora untuk mencapai tujuan atau pencapaian yang paling tinggi.

Puncak yang Tak Pernah Ada: Penulis menegaskan bahwa "puncak tak pernah ada," mengisyaratkan bahwa pencapaian tertinggi atau tujuan yang paling tinggi adalah sesuatu yang abstrak dan selalu berubah. Dalam hidup, tidak ada akhir yang pasti atau titik puncak yang tetap.

Kerendahhatian dan Ketenangan: Kata-kata "kerendahhatian yang diam tanpa suara" mengisyaratkan kepada pembaca untuk menemukan kepuasan dalam kesederhanaan dan ketenangan. Penekanan pada keheningan menggambarkan makna mendalam yang bisa ditemukan dalam kehidupan yang sederhana.

Dataran Rendah: Penulis menyatakan bahwa "Maka kita pun dataran rendah." Ini adalah pengingat bahwa kebahagiaan dan pemenuhan diri dapat ditemukan dalam hal-hal sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Dataran rendah adalah tempat di mana kehidupan sebenarnya terjadi, di mana makna ditemukan dalam pengalaman sehari-hari.

Simbol Alam: Penulis menggunakan simbol alam, seperti sawah, kolam, dan daun, untuk menggambarkan keindahan dan keberlimpahan dalam kehidupan. Ini adalah pengingat bahwa kebahagiaan dapat ditemukan dalam hal-hal yang alami dan sederhana.

Pencarian Makna: Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan arti kehidupan dan pencarian tujuan. Pesan filosofis dalam puisi ini adalah bahwa kebahagiaan sejati bukanlah sesuatu yang terletak di puncak yang sulit dicapai, tetapi dalam makna sederhana yang dapat ditemukan dalam pengalaman sehari-hari.

Puncak dalam Diri: Puisi ini berakhir dengan kata-kata "Tak ada puncak ketika kemah hunian kita dirikan dalam diri." Ini adalah pengingat bahwa puncak yang sejati adalah pencapaian dalam diri kita sendiri, dalam pemahaman dan kesadaran pribadi. Kita dapat mencapai puncak dalam kebahagiaan dan pemenuhan diri dengan merenungkan makna kehidupan dan menemukannya dalam diri sendiri.

Secara keseluruhan, "Syair Puncak" adalah puisi yang mengajak pembaca untuk merenungkan makna kehidupan, pencarian tujuan, dan kebahagiaan dalam hal-hal sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Puisi ini mengajak kita untuk mencari puncak dalam diri kita sendiri, bukan di tempat-tempat yang jauh atau sulit dicapai.

Suminto A. Sayuti
Puisi: Syair Puncak
Karya: Suminto A. Sayuti

Biodata Suminto A. Sayuti:
  • Prof. Dr. Suminto A. Sayuti lahir pada tanggal 26 Oktober 1956 di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.