Analisis Puisi:
Puisi ini adalah penghormatan terhadap salah satu penyair terkenal Indonesia, Amir Hamzah, yang dikenal sebagai pujangga besar zaman Pujangga Baru.
Pujian dan Penghormatan: Puisi ini dimulai dengan serangkaian pujian kepada Amir Hamzah. Ia disebut sebagai "Raja Penyair Pujangga Baru" yang merupakan penghormatan atas kontribusinya dalam dunia sastra Indonesia. Puisi ini mencatat prestasinya dalam memperjuangkan bahasa Indonesia dan pergerakan nasional.
Pengabdian kepada Bahasa Indonesia: Penyair memuji Amir Hamzah sebagai pengabdi bahasa Indonesia. Amir Hamzah adalah salah satu tokoh utama dalam perjuangan untuk menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa sastra nasional, menggantikan bahasa Belanda yang dominan pada saat itu.
Perjuangan Nasional: Puisi ini mengingatkan pembaca tentang peran Amir Hamzah dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Ia tidak hanya seorang penyair, tetapi juga seorang pejuang kemerdekaan yang berbakti pada tanah airnya.
Warisan Budaya: Amir Hamzah dianggap sebagai salah satu pujangga besar Indonesia yang memiliki pengaruh yang kuat pada budaya bangsa. Wangi namanya tersebar di seluruh persada, mencerminkan pentingnya karya-karyanya dalam budaya Indonesia.
Patriotisme: Puisi ini menyoroti patriotisme Amir Hamzah. Ia dicatat sebagai pecinta nusa dan bangsa, yang telah memberikan pengabdian seumur hidupnya kepada negara.
Kesan Terakhir: Puisi ini mengingatkan pembaca bahwa amanat Amir Hamzah akan selalu berharga sepanjang masa, yang menunjukkan bahwa pengaruhnya dalam sejarah Indonesia tidak akan pernah pudar.
Puisi "Tengku Amir Hamzah" adalah penghormatan dan pengakuan terhadap kontribusi besar Amir Hamzah dalam bidang sastra, bahasa, dan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Puisi ini menggambarkan ia sebagai tokoh penting dalam sejarah budaya Indonesia yang berjuang keras untuk mempromosikan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan mencintai tanah airnya.
Puisi: Tengku Amir Hamzah
Karya: Sides Sudyarto D. S.
Biodata Sides Sudyarto D. S.:
- Sudiharto lahir di Tegal, Jawa Tengah, pada tanggal 14 Juli 1942.
- Sudiharto meninggal dunia di Jakarta, pada tanggal 14 Oktober 2012.
- Sudiharto menggunakan nama pena Sides Sudyarto D. S. (Sides = Seniman Desa. huruf D = nama ibu, yaitu Djaiyah. huruf S = nama ayah, yaitu Soedarno).