Puisi: Ada yang Kucinta pada Jakarta (Karya Rayani Sriwidodo)

Puisi "Ada yang Kucinta pada Jakarta" karya Rayani Sriwidodo menggambarkan alam dan kehidupan sehari-hari di Jakarta dengan detail yang tajam.
Ada yang Kucinta pada Jakarta


Ada yang kucinta pada Jakarta
yakni, kali dan kolamnya aneka warna
coklat susu Ciliwung
(mengingatkanku pada tiap gelas yang kuminum)
putih sabun Krukut
(susu dari sapi tetangga yang bau pesing tapi lucu itu)
hitam kental Sunter
(sketsa cina, berapa juta kertas jejak torehannya)
hijau enceng gondok kolam TMII
(tari surealis pentas di situ, pasti spektakuler)
    sebening sendang kolam air mancur
    (pernah jadi sasaran kebutuhan para pedagang jajanan
    untuk pencuci piring, cuci muka, air minum para pelanggan
    asal pintar petak umpet pada dinihari atau tengah malam)
    sebening kaca Kali Pasir
        oh tidak, bahkan permukaannya benar-benar kaca
        dengan debit tiga senti rata-rata dari endapannya
        tembus pandang suatu kehidupan luar biasa kaya
        di seantero rumbai lidah endapan
    cacing air yang dinamis itu
    menari-nari, menari tiada henti
    seakan terobsesi menandingi kecepatan rotasi bumi
    agaknya sebagai ungkapan protes atas kemapanan ujudnya
    tak kunjung mengalami evolusi sebagai mahluk paling purba
    atau bilyunan kuman dalam endapan hitam gemerlapan
    berpesta melahap anugerah limbah metropolitan
    atau bangkai kucing tersangkut di segulung ranting bougenvile
    bertengkar bisu dengan tikus got yang membusuk di kakinya

    Dari deretan rumah ceria di kiri-kanan kali santun itu
    seorang gadis keluar mengapit bakul bambu di ketiaknya
    celana pendek Hawai, kaus oblong bertuliskan 'Millenium, ni ye'
    dengan sandal jepit tak bermerek, anggun melangkah kaki mulusnya
    menuju bibir kali yang tulus menyambutnya
    dengan senyum lebar termanisnya
    dengan gemulai, ia sibak segala yang meragukan di permukaan air
    hati-hati bakul itu ia tunggingkan
    beras tiga liter di situ berderau-derau dalam kurasan

    Kali Pasir, kali multi guna
    anugerah khas kota bagi warga tercinta

    Lihatlah di hilir
    seseorang bersuit ria ke arah gadis itu
    "Sialan," sergah si gadis
    "Lagi ngeden sempat-sempatnya naksir gue"

    Seekor anjing mampir
    terik kota terpadat ke tiga di dunia menusuk pori
    oase dermawan ini sungguh membasahi tenggorokan
    (setelah letih melacak majikan
    yang kemarin sore saat mengajak jalan-jalan
    disambar truk yang langsung menghilang terbirit-birit
    lalu tubuh sang majikan yang sudah membiru
        dilarikan ambulance tua tanpa pamit)

    Lihat pula di hulu
    tiga anak mandi sedang main sembur-semburan
    membuat jengkel seorang ibu
        yang baru saja usai membilas cucian
    maklum, di kemeja putih satu-satunya milik suami
    mendarat seuntai lendir hitam
    yang tak petak lagi
    juga membuat berang para penghuni endapan
        namun, tentu cuma sejenak
        amarah siapa pun segera lenyap
        hanyut di Kali Pasir malas merayap

    Sungguh, ada saja yang kucinta pada Jakarta
    di samping air kali dan kolamnya aneka warna
    tak sedikit kuragukan air tanah yang kuminum
    meski aku bermukim dekat pemakaman umum


Condet, Januari 1997

Sumber: Selendang Pelangi (2006)

Analisis Puisi:
Puisi "Ada yang Kucinta pada Jakarta" karya Rayani Sriwidodo adalah ekspresi perasaan penyair terhadap Jakarta, ibu kota Indonesia, yang unik dan kompleks. Dalam puisi ini, penyair menggambarkan elemen-elemen alam dan kehidupan sehari-hari di Jakarta dengan detail yang tajam.

Kali dan Kolam: Puisi ini dibuka dengan penjelasan tentang beragam warna dan karakteristik kali dan kolam di Jakarta, seperti Kali Ciliwung yang berwarna coklat susu dan Kali Sunter yang berwarna hitam kental. Ini adalah penggambaran visual tentang betapa beragamnya kehidupan alam di tengah kota yang padat penduduk ini.

Satelit dan Bintang: Puisi juga menggambarkan kemajuan teknologi manusia dengan menyebut "sekian satelit menyapa bintang-bintang." Ini menggambarkan perkembangan kota yang modern dan berurbanisasi, yang seringkali kontras dengan alam alami yang masih ada di sekitarnya.

Gambaran Anak Perempuan: Penyair menampilkan gambaran seorang anak perempuan yang anggun dan sederhana, menciptakan perbandingan antara kemegahan kota dan kesederhanaan kehidupan sehari-hari. Gadis ini mewakili keindahan dalam hal-hal sederhana dan menjadi kontras dengan keramaian urban.

Anjing Pemulung: Anjing yang haus dan menderita mencari air dari kali menciptakan gambaran tentang ketidaksetaraan dalam kota. Puisi ini mencerminkan kenyataan sosial di mana ada ketidaksetaraan dan kesulitan yang dialami oleh beberapa warga kota.

Pemandangan Sungai: Puisi ini juga menggambarkan bagian lain dari kali, dengan tiga anak mandi dan seorang ibu yang memerhatikan mereka. Ini menciptakan gambaran tentang kehidupan sehari-hari dan kebersamaan di tengah kota yang sibuk.

Penghuni Endapan: Penggunaan kata "penghuni endapan" mengacu pada makhluk-makhluk mikroskopis yang hidup di dalam air kali. Hal ini menggambarkan keberagaman dan kehidupan yang ada di alam meskipun tersembunyi.

Akhir yang Puitis: Puisi ini berakhir dengan pernyataan bahwa "ada saja yang kucinta pada Jakarta." Meskipun kota ini memiliki masalah dan kompleksitasnya, penyair tetap menemukan keindahan dan nilai-nilai yang berharga dalam kehidupan sehari-hari dan alamnya.

Puisi ini adalah ekspresi penyair tentang Jakarta yang berkilauan dengan kontras dan kompleksitasnya. Ini adalah pengamatan puitis tentang kota metropolitan yang hidup dan penuh warna.

Rayani Sriwidodo
Puisi: Ada yang Kucinta pada Jakarta
Karya: Rayani Sriwidodo

Biodata Rayani Sriwidodo:
  • Rayani Lubis lahir di Kotanopan, Tapanuli Selatan, pada tanggal 6 November 1946.
  • Rayani Lubis meniadakan marga di belakang nama setelah menikah dengan pelukis Sriwidodo pada tahun 1969 dan menambahkan nama suaminya di belakang namanya sehingga menjadi Rayani Sriwidodo.
© Sepenuhnya. All rights reserved.