Ada yang Kucinta pada Jakarta
Ada yang kucinta pada Jakartayakni, kali dan kolamnya aneka warnacoklat susu Ciliwung(mengingatkanku pada tiap gelas yang kuminum)putih sabun Krukut(susu dari sapi tetangga yang bau pesing tapi lucu itu)hitam kental Sunter(sketsa cina, berapa juta kertas jejak torehannya)hijau enceng gondok kolam TMII(tari surealis pentas di situ, pasti spektakuler) sebening sendang kolam air mancur (pernah jadi sasaran kebutuhan para pedagang jajanan untuk pencuci piring, cuci muka, air minum para pelanggan asal pintar petak umpet pada dinihari atau tengah malam) sebening kaca Kali Pasir oh tidak, bahkan permukaannya benar-benar kaca dengan debit tiga senti rata-rata dari endapannya tembus pandang suatu kehidupan luar biasa kaya di seantero rumbai lidah endapan cacing air yang dinamis itu menari-nari, menari tiada henti seakan terobsesi menandingi kecepatan rotasi bumi agaknya sebagai ungkapan protes atas kemapanan ujudnya tak kunjung mengalami evolusi sebagai mahluk paling purba atau bilyunan kuman dalam endapan hitam gemerlapan berpesta melahap anugerah limbah metropolitan atau bangkai kucing tersangkut di segulung ranting bougenvile bertengkar bisu dengan tikus got yang membusuk di kakinya
Dari deretan rumah ceria di kiri-kanan kali santun itu seorang gadis keluar mengapit bakul bambu di ketiaknya celana pendek Hawai, kaus oblong bertuliskan 'Millenium, ni ye' dengan sandal jepit tak bermerek, anggun melangkah kaki mulusnya menuju bibir kali yang tulus menyambutnya dengan senyum lebar termanisnya dengan gemulai, ia sibak segala yang meragukan di permukaan air hati-hati bakul itu ia tunggingkan beras tiga liter di situ berderau-derau dalam kurasan
Kali Pasir, kali multi guna anugerah khas kota bagi warga tercinta
Lihatlah di hilir seseorang bersuit ria ke arah gadis itu "Sialan," sergah si gadis "Lagi ngeden sempat-sempatnya naksir gue"
Seekor anjing mampir terik kota terpadat ke tiga di dunia menusuk pori oase dermawan ini sungguh membasahi tenggorokan (setelah letih melacak majikan yang kemarin sore saat mengajak jalan-jalan disambar truk yang langsung menghilang terbirit-birit lalu tubuh sang majikan yang sudah membiru dilarikan ambulance tua tanpa pamit)
Lihat pula di hulu tiga anak mandi sedang main sembur-semburan membuat jengkel seorang ibu yang baru saja usai membilas cucian maklum, di kemeja putih satu-satunya milik suami mendarat seuntai lendir hitam yang tak petak lagi juga membuat berang para penghuni endapan namun, tentu cuma sejenak amarah siapa pun segera lenyap hanyut di Kali Pasir malas merayap
Sungguh, ada saja yang kucinta pada Jakarta di samping air kali dan kolamnya aneka warna tak sedikit kuragukan air tanah yang kuminum meski aku bermukim dekat pemakaman umum
Condet, Januari 1997
Puisi: Ada yang Kucinta pada Jakarta
Karya: Rayani Sriwidodo
Catatan:
- Rayani Lubis lahir di Kotanopan, Tapanuli Selatan, pada tanggal 6 November 1946.
- Rayani Lubis meniadakan marga di belakang nama setelah menikah dengan pelukis Sriwidodo pada tahun 1969 dan menambahkan nama suaminya di belakang namanya sehingga menjadi Rayani Sriwidodo.