Puisi: Gas Air Mata (Karya Mochtar Lubis)

Puisi "Gas Air Mata" karya Mochtar Lubis menggambarkan momen di mana anak sang penyair, Ade, yang masih duduk di kelas dua SMP, ikut serta dalam ...
Gas Air Mata


Anakku, Ade, kelas dua SMP
Ikut dengan Kappi ke Deplu
mereka diserang dengan gas air mata
tapi lalu mengamuk menghantam
Dan kemudian pulang, mata merah
tapi hati bangga, membawa
secabik kain pintu Deplu
perlihatkan pada adiknya, Ira,
nah, ini tanda mata dari Bandrio,
katanya bangga


28 Maret 1966

Sumber: Catatan Subversif (1980)

Analisis Puisi:
Puisi "Gas Air Mata" karya Mochtar Lubis memberikan gambaran yang kuat tentang pengalaman dari sudut pandang seorang anak yang terlibat dalam peristiwa protes atau demonstrasi. Karya ini menggambarkan momen di mana anak sang penyair, Ade, yang masih duduk di kelas dua SMP, ikut serta dalam sebuah demonstrasi yang diakhiri dengan penggunaan gas air mata.

Penggambaran Peristiwa Protes: Penyair menggunakan pengalaman anaknya, Ade, untuk menggambarkan suatu peristiwa protes atau demonstrasi di mana mereka diserang dengan gas air mata. Hal ini memberikan pandangan langsung tentang penggunaan kekerasan dan tindakan represif terhadap para demonstran, termasuk anak-anak.

Kesetiaan terhadap Perjuangan: Meskipun terkena efek gas air mata dan mengalami konsekuensi fisik dari peristiwa tersebut, anak penyair tetap merasa bangga dan bahkan membawa pulang sepotong kain pintu Deplu sebagai tanda mata atau kenang-kenangan. Tindakan ini menunjukkan kesetiaan dan rasa identitas terhadap perjuangan atau gerakan yang mereka ikuti.

Pengaruh Terhadap Generasi Muda: Puisi ini mencerminkan dampak peristiwa politik pada generasi muda. Anak-anak seperti Ade terlibat dan terpengaruh oleh peristiwa-peristiwa ini, yang memengaruhi pemahaman mereka tentang politik dan perjuangan serta membentuk sikap dan pandangan mereka tentang perubahan sosial.

Pesan dan Identitas: Penyair menggunakan pengalaman pribadi untuk menyoroti rasa bangga, pengorbanan, dan kesetiaan terhadap perjuangan politik atau gerakan sosial tertentu. Penggunaan kata "tanda mata dari Bandrio" menunjukkan kebanggaan dan identitas yang dipegang teguh oleh mereka yang terlibat dalam gerakan tersebut.

Puisi "Gas Air Mata" membawa kita pada pandangan yang pribadi dan emosional tentang peristiwa politik, protes, dan dampaknya pada generasi muda. Melalui pengalaman anaknya, penyair menyampaikan pesan tentang kesetiaan, pengorbanan, dan rasa identitas terhadap perjuangan sosial yang dihadapi, menunjukkan bahwa perjuangan politik juga memiliki dampak yang signifikan pada generasi mendatang.

Mochtar Lubis
Puisi: Gas Air Mata
Karya: Mochtar Lubis

Biodata Mochtar Lubis:
  • Mochtar Lubis adalah salah satu penulis puisi, novel, cerpen, penerjemah, pelukis, dan sekaligus jurnalis ternama.
  • Mochtar Lubis lahir pada tanggal 7 Maret 1922 di Padang, Sumatera Barat.
  • Mochtar Lubis meninggal dunia pada tanggal 2 Juli 2004 di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.