Puisi: Impromptu (Karya Rita Oetoro)

Puisi "Impromptu" karya Rita Oetoro menciptakan keseimbangan yang indah antara gambaran alam yang sederhana dan refleksi spiritual. Melalui ...
Impromptu

burung-burung di dahan — senyap
dalam bias kemerahan
matahari yang hampir tenggelam

'ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian,
hingga kami memperoleh hati yang bijaksana.'
mazmur 90 : 12


1984

Sumber: Sangkakala (1996)

Analisis Puisi:
Puisi "Impromptu" karya Rita Oetoro membawa pembaca ke dalam suasana alam yang hening dan memperkenalkan elemen rohaniah melalui kutipan Mazmur 90:12. Puisi ini memberikan ruang untuk merenungkan makna waktu dan kebijaksanaan dalam kehidupan manusia.

Deskripsi Alam yang Hening: Puisi dimulai dengan gambaran burung-burung di dahan yang senyap, memberikan suasana hening dan tenang. Visualisasi dahan dengan warna kemerahan saat matahari hampir tenggelam menciptakan gambaran pemandangan yang indah dan memikat.

Penggunaan Bahasa yang Simpel dan Padat: Rita Oetoro menggunakan bahasa yang sederhana namun padat untuk menyampaikan makna yang mendalam. Pemilihan kata-kata yang ringkas tetapi efektif memberikan kesan singkat dan langsung pada inti pesan puisi.

Pemakaian Kutipan Alkitab: Dengan menyisipkan kutipan Mazmur 90:12, "ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami memperoleh hati yang bijaksana," puisi mengajak pembaca untuk merenungkan nilai pentingnya waktu dan kebijaksanaan. Kutipan Alkitab memberikan dimensi rohaniah dan spiritual pada karya ini.

Panggilan untuk Belajar dari Waktu: Melalui kutipan tersebut, puisi menjadi sebuah doa atau permohonan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam terkait nilai waktu. Permohonan untuk diajarkan "menghitung hari-hari kami sedemikian" mencerminkan keinginan untuk memahami dan menghargai setiap momen yang dijalani.

Refleksi tentang Kehidupan dan Kematian: Menggambarkan matahari yang hampir tenggelam, puisi menciptakan gambaran senja, yang sering kali dianggap sebagai simbolik dari akhir siklus atau kehidupan. Ini mengeksplorasi tema keberadaan manusia dan siklus hidup dari kelahiran hingga kematian.

Keterhubungan dengan Alam: Puisi ini menjembatani hubungan antara manusia dengan alam. Dalam keheningan burung-burung dan warna kemerahan matahari, pembaca dapat merasakan kedamaian alam dan memahami keharmonisan antara manusia dan lingkungannya.

Puisi Sebagai Doa atau Permohonan Spiritual: Penggunaan kutipan Alkitab dan gaya bahasa yang reflektif memberikan kesan bahwa puisi ini dapat dianggap sebagai doa atau permohonan spiritual. Penyair tampaknya mencari arahan dan kebijaksanaan yang lebih besar dari yang ada di sekitarnya.

Simbolisme Waktu dan Kebijaksanaan: Puisi ini menghadirkan simbolisme yang kuat terkait dengan waktu dan kebijaksanaan. Waktu diukur oleh matahari yang hampir tenggelam, sementara kebijaksanaan dihubungkan dengan penghitungan hari-hari. Ini menciptakan hubungan erat antara waktu yang terus berjalan dan kebijaksanaan yang diperoleh melalui pengalaman hidup.

Keheningan sebagai Filsafat dan Refleksi Diri: Keheningan burung-burung di dahan memberikan kesan filsafat dan undangan untuk merenung. Momen keheningan ini dapat diartikan sebagai tempat di mana manusia dapat menyatukan diri dengan alam, merenungkan makna hidup, dan mencari kebijaksanaan.

Puisi "Impromptu" karya Rita Oetoro menciptakan keseimbangan yang indah antara gambaran alam yang sederhana dan refleksi spiritual. Melalui penggunaan bahasa yang ringkas dan simbolisme yang kuat, puisi ini membangkitkan perenungan tentang waktu, kebijaksanaan, dan keterhubungan manusia dengan alam dan rohaniah.

Puisi: Impromptu
Puisi: Impromptu
Karya: Rita Oetoro

Biodata Rita Oetoro:
Rita Oetoro (Rita Cascia Saraswati atau Rita Oey) lahir di Purwokerto, Jawa Tengah, pada tanggal 6 Desember 1943.
© Sepenuhnya. All rights reserved.