Puisi: Jakarta, Menjelang 21 Mei 1998 (Karya Rayani Sriwidodo)

Puisi "Jakarta, Menjelang 21 Mei 1998" menggambarkan penderitaan dan keputusasaan, sekaligus memberikan penghargaan kepada pahlawan tak dikenal ....
Jakarta, Menjelang 21 Mei 1998


Bahwa perempuan objek seks
telah dipertontonkan di puncak kerusuhan
tiga belas Mei itu

Seorang ibu yang tadi pagi membuka pintu tokonya
tanpa curiga, menyambut fajar paling awal
sebagaimana telah diajarkan leluhur
pada tanggal yang terbukti memang sial itu
telah dicabik-cabik harga dirinya
di hadapan suami dan putra-putrinya

Akan tetapi, bahwa perempuan masih objek seks
telah ia protes seketika:
dengan setenggak racun serangga

Maka kuhaturkan sajak ini untuk mengenang
pahlawan yang mempertaruhkan segalanya dalam diam

Condet, Mei 1998

Sumber: Selendang Pelangi (2006)

Analisis Puisi:
Puisi "Jakarta, Menjelang 21 Mei 1998" karya Rayani Sriwidodo menggambarkan lanskap yang penuh dengan penderitaan dan ketidakadilan yang dialami oleh perempuan selama kerusuhan pada tanggal 13 Mei 1998 di Jakarta. Puisi ini menciptakan suara yang kuat untuk mengenang pahlawan tak dikenal yang berjuang melawan penindasan dan ketidakadilan.

Kritik terhadap Perlakuan Terhadap Perempuan: Puisi ini dibuka dengan penggambaran bahwa perempuan dijadikan objek seksual pada puncak kerusuhan pada tanggal 13 Mei. Dengan gambaran tragis seorang ibu yang mengalami pelecehan di hadapan keluarganya, penyair mengkritik perlakuan keji terhadap perempuan yang terjadi selama kerusuhan.

Cerminan Ketidakadilan dan Harga Diri yang Terluka: Ketidakadilan dan kerusakan moral masyarakat tercermin melalui cerita ibu yang membuka tokonya tanpa curiga, namun malah mendapat perlakuan keji. Puisi ini menyentuh aspek harga diri yang terluka, terutama di hadapan keluarga sendiri, seolah-olah melukiskan betapa dalamnya impak kerusuhan terhadap kehidupan perempuan.

Protes dan Perlawanan Melalui Racun Serangga: Penyair menunjukkan perlawanan perempuan terhadap perlakuan yang tidak adil melalui tindakan protes yang drastis, yaitu menggunakan racun serangga. Tindakan ini mungkin diartikan sebagai bentuk keputusasaan dan keinginan untuk menyampaikan pesan tentang ketidaksetujuan terhadap perlakuan buruk.

Penggunaan Bahasa yang Kuat dan Gambaran yang Menggugah: Bahasa yang digunakan dalam puisi ini sangat kuat dan langsung ke titik. Gambaran tragis tentang perempuan yang mengalami pelecehan dan protes dengan menggunakan racun serangga menciptakan kesan mendalam dan membangkitkan empati pembaca terhadap penderitaan yang dialami.

Mengenang Pahlawan yang Diam dan Tak Dikenal: Puisi ini menutup dengan ungkapan mengenang pahlawan tak dikenal yang mempertaruhkan segalanya dalam diam. Ini mungkin merujuk pada perempuan yang mencoba melawan ketidakadilan dengan cara yang tidak banyak dikenal atau diakui oleh masyarakat.

Tema Kesengsaraan dan Perlawanan Terhadap Ketidakadilan: Puisi ini menciptakan tema utama tentang kesengsaraan perempuan dan perlawanan terhadap ketidakadilan. Rayani Sriwidodo memberikan suara bagi mereka yang terpinggirkan dan tidak terdengar selama periode kerusuhan tersebut.

Puisi "Jakarta, Menjelang 21 Mei 1998" bukan hanya sekadar ungkapan puisi, melainkan juga bentuk protes dan kritik terhadap ketidakadilan dan pelecehan yang dialami oleh perempuan selama kerusuhan tersebut. Rayani Sriwidodo dengan tajam menggambarkan penderitaan dan keputusasaan, sekaligus memberikan penghargaan kepada pahlawan tak dikenal yang berjuang melawan ketidakadilan dalam keheningan.

Rayani Sriwidodo
Puisi: Jakarta, Menjelang 21 Mei 1998
Karya: Rayani Sriwidodo

Biodata Rayani Sriwidodo:
  • Rayani Lubis lahir di Kotanopan, Tapanuli Selatan, pada tanggal 6 November 1946.
  • Rayani Lubis meniadakan marga di belakang nama setelah menikah dengan pelukis Sriwidodo pada tahun 1969 dan menambahkan nama suaminya di belakang namanya sehingga menjadi Rayani Sriwidodo.
© Sepenuhnya. All rights reserved.