Puisi: Tahlil (Karya Gunoto Saparie)

Puisi "Tahlil" karya Gunoto Saparie adalah sebuah karya sastra yang penuh dengan perasaan nostalgia, kehampaan, dan rasa duka.
Tahlil

semua pun lengkap
di larut senja ini
suara daun gemetaran
tahlil dan doa rawan

semua pun lengkap
di ruang ini
jam berkeloneng sunyi
kau telah pergi

semua pun lengkap
semua pun lengkap, Tuhanku
namun tak ada
alamatmu yang baru

2021

Analisis Puisi:
Puisi "Tahlil" karya Gunoto Saparie adalah sebuah karya sastra yang penuh dengan perasaan nostalgia, kehampaan, dan rasa duka. Dalam puisi ini, penyair menggambarkan momen-momen penting yang berlangsung di tengah-tengah suatu ruang, tetapi dengan perasaan kehilangan dan kekosongan yang dirasakan.

Gambaran Senja dan Daun Gemetaran: Puisi ini dibuka dengan gambaran senja, yang sering kali melambangkan transisi dan perubahan dalam kehidupan. Suara daun gemetaran menciptakan atmosfer yang tegang dan merujuk pada ketidakpastian atau rasa ketidaknyamanan.

Suara Tahlil dan Doa: "tahlil dan doa rawan" menggambarkan momen spiritual di mana suara tahlil (membaca kalimat tauhid) dan doa terdengar. Ini mungkin mencerminkan momen yang penuh ketakutan atau kerentanan, di mana keberadaan Tuhan menjadi pelindung dan harapan dalam menghadapi situasi yang sulit.

Ruang dan Kehilangan: Puisi ini memasuki gambaran ruang, di mana "semua pun lengkap." Namun, di tengah kesempurnaan ini, ada perasaan kehilangan yang kuat. Penyair menggambarkan kehampaan dan kekosongan dengan ungkapan "kau telah pergi." Ini mungkin merujuk pada kepergian seseorang yang penting dalam hidup penyair.

Kekosongan dan Kehampaan: Pada bagian ketiga puisi, penyair mengulang ungkapan "semua pun lengkap," tetapi dengan penambahan "namun tak ada alamatmu yang baru." Ungkapan ini menunjukkan kekosongan yang mendalam, di mana keberadaan orang yang pergi tidak dapat diisi atau digantikan oleh apapun.

Simbolisme dan Makna Mendalam: Puisi ini menggunakan gambaran senja, daun gemetaran, tahlil, doa, dan ruang sebagai simbol-simbol untuk menggambarkan perasaan dan pengalaman emosional. Simbol-simbol ini memberikan dimensi mendalam pada puisi dan mengundang pembaca untuk merenung tentang arti yang lebih dalam di balik kata-kata.

Kesepian dan Kerinduan: Puisi ini menciptakan suasana kesepian dan kerinduan yang kuat. Penggunaan bahasa yang sederhana dan lugas membantu meresapkan perasaan tersebut ke dalam pikiran pembaca.

Puisi "Tahlil" karya Gunoto Saparie adalah sebuah karya sastra yang penuh dengan perasaan nostalgia, kehampaan, dan kekosongan. Melalui gambaran senja, tahlil, doa, dan ruang, puisi ini menggambarkan momen-momen penting dalam kehidupan dengan perasaan kehilangan yang mendalam. Pesan tentang kerinduan, kesepian, dan ketidakmampuan untuk menggantikan keberadaan seseorang yang pergi menginspirasi pembaca untuk merenung tentang pentingnya hubungan dan kehadiran orang-orang tercinta dalam hidup kita.

Foto Gunoto Saparie
Puisi: Tahlil
Karya: Gunoto Saparie


BIODATA GUNOTO SAPARIE

Lahir di Kendal, Jawa Tengah, 22 Desember 1955. Pendidikan formal yang ditempuh adalah Sekolah Dasar Kadilangu, Cepiring, Kendal, Sekolah Menengah Pertama Cepiring, Kendal, Sekolah Menengah Ekonomi Atas Kendal, Akademi Uang dan Bank Yogyakarta, dan Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Semarang. Sedangkan pendidikan nonformal Madrasah Ibtidaiyyah Islamiyyah Tlahab, Gemuh, Kendal dan Pondok Pesantren KH Abdul Hamid Tlahab, Gemuh, Kendal.

Selain menulis puisi, ia juga mencipta cerita pendek, kritik sastra, esai, dan kolom, yang dimuat di sejumlah media cetak terbitan Semarang, Solo, Yogyakarta, Surabaya, Jakarta, Brunei Darussalam, Malaysia, Australia, dan Prancis. Kumpulan puisi tunggalnya yang telah terbit adalah Melancholia (Damad, Semarang, 1979), Solitaire (Indragiri, Semarang, 1981),  Malam Pertama (Mimbar, Semarang, 1996),  Penyair Kamar (Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah, Semarang, 2018), dan Mendung, Kabut, dan Lain-lain (Cerah Budaya Indonesia, Jakarta, 2019). Kumpulan esai tunggalnya Islam dalam Kesusastraan Indonesia (Yayasan Arus, Jakarta, 1986). Kumpulan cerita rakyatnya Ki Ageng Pandanaran: Dongeng Terpilih Jawa Tengah (Pusat Bahasa, Jakarta, 2004).  Novelnya Selamat Siang, Kekasih dimuat secara bersambung di Mingguan Bahari, Semarang (1978) dan Bau (Pelataran Sastra Kaliwungu, Kendal, 2019) yang menjadi nomine Penghargaan Prasidatama 2020 dari Balai Bahasa Jawa Tengah.

Ia juga pernah menerbitkan antologi puisi bersama Korrie Layun Rampan berjudul Putih! Putih! Putih! (Yogyakarta, 1976) dan Suara Sendawar Kendal (Karawang, 2015). Sejumlah puisi, cerita pendek, dan esainya termuat dalam antologi bersama para penulis lain.  Puisinya juga masuk dalam buku Manuel D'Indonesien Volume I terbitan L'asiatheque, Paris, Prancis, Januari 2012. Ia juga menulis puisi berbahasa Jawa (geguritan) di Panjebar Semangat dan Jaya Baya. Ia menjabat Pemimpin Redaksi Kampus Indonesia (Jakarta), Tanahku (Semarang), Delik Hukum Jateng (Semarang) setelah sebelumnya menjabat Redaktur Pelaksana dan Staf Ahli Pemimpin Umum Koran Wawasan (Semarang), Pemimpin Redaksi Radio Gaya FM (Semarang), Redaktur Pelaksana Tabloid Faktual (Semarang), Redaktur Pelaksana Tabloid Otobursa Plus (Semarang), dan Redaktur Legislatif  (Jakarta).

Saat ini ia menjabat Ketua Umum Dewan Kesenian Jawa Tengah (DKJT), Fungsionaris Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Wilayah Jawa Tengah, Ketua III Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) Jawa Tengah, dan Ketua Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah. Sebelumnya ia pernah menjabat Ketua Kelompok Studi Seni Remaja (KSSR) Kendal, Ketua Pelaksana Dewan Teater Kendal, Sekretaris Forum Komunikasi Studi Mahasiswa Kekaryaan (Fokusmaker) Jawa Tengah, Wakil Ketua Ormas MKGR Jawa Tengah, Fungsionaris DPD Partai Golkar Jawa Tengah, Sekretaris DPD Badan Informasi dan Kehumasan Partai Golkar Jawa Tengah, dan Sekretaris Bidang Kehumasan DPW Partai Nasdem Jawa Tengah. 

Sejumlah penghargaan di bidang sastra, kebudayaan, dan jurnalistik telah diterimanya, antara lain dari Kepala Perwakilan PBB di Indonesia, Menteri Perumahan Rakyat, Menteri Penerangan, Menteri Luar Negeri, Pangdam IV/ Diponegoro, dan Kepala Balai Bahasa Jawa Tengah.

Beliau bisa dihubungi melalui email gunotosaparie@ymail.com.
© Sepenuhnya. All rights reserved.