Puisi: Yogyakarta (Karya Rita Oetoro)

Puisi "Yogyakarta" karya Rita Oetoro menghadirkan gambaran keindahan alam dan kegelisahan batin melalui elemen-elemen yang penuh dengan makna.
Yogyakarta


Sepokok beringin tua yang
kesepian
merenungi silsilah
berkepanjangan

mengapa tergesa-gesa - senja hari
belum tiba


1975

Sumber: Horison (Juni, 1976)

Analisis Puisi:
Puisi "Yogyakarta" karya Rita Oetoro menghadirkan gambaran keindahan alam dan kegelisahan batin melalui elemen-elemen yang penuh dengan makna. Dalam analisis ini, kita akan menjelajahi nuansa puisi dan menggali makna-makna yang tersirat di dalamnya.

Lokasi dan Sentimen Nostalgia: Judul puisi, "Yogyakarta", merujuk pada sebuah kota yang kaya akan sejarah dan budaya di Indonesia. Sebagai pembaca, kita dapat merasakan sentimen nostalgia yang mungkin terhubung dengan kota tersebut. Pilihan Rita Oetoro untuk merangkai puisi ini di sekitar sepokok beringin tua menunjukkan adanya ikatan emosional dengan elemen-elemen khas Yogyakarta.

Metafora Beringin Tua: Beringin tua dalam puisi ini muncul sebagai metafora yang kuat. Kesepian beringin tua tersebut dapat diartikan sebagai representasi dari sejarah dan perjalanan panjang kota Yogyakarta. Pohon yang merenungi silsilah berkepanjangan menciptakan citra kemegahan dan ketenangan dalam menghadapi perubahan zaman.

Gelisah Senja dan Kehidupan yang Tergesa-gesa: Puisi ini menciptakan gambaran senja yang terkesan tergesa-gesa. Pertanyaan "mengapa tergesa-gesa - senja hari belum tiba?" menghadirkan suatu kegelisahan yang mungkin dirasakan oleh beringin tua. Pilihan kata-kata ini dapat juga diartikan sebagai refleksi kehidupan manusia yang sering kali terburu-buru tanpa menyadari keindahan yang ada di sekitarnya.

Pertanyaan Filosofis: Pertanyaan yang diajukan dalam puisi ini mengundang pembaca untuk merenungkan arti kehidupan, waktu, dan perubahan. Mengapa senja hari terasa tergesa-gesa, dan apa maknanya? Pertanyaan tersebut membuka ruang untuk penafsiran yang mendalam dan memicu refleksi terhadap pengalaman manusia secara lebih luas.

Kontemplasi Sejarah dan Alam: Puisi ini dapat dianggap sebagai sebuah bentuk kontemplasi terhadap sejarah dan alam. Pohon beringin tua yang merenungi silsilah berkepanjangan menciptakan gambaran akan keterhubungan manusia dengan alam dan warisan budayanya.

Gaya Bahasa yang Simpel dan Padat: Rita Oetoro menggunakan gaya bahasa yang simpel namun padat. Pemilihan kata yang sederhana namun bermakna memperkuat nuansa kesederhanaan dan keaslian dalam menyampaikan pesan puisi.

Penyampaian Sentimen Melalui Alam: Seperti kebanyakan karya sastra, puisi ini menggambarkan keadaan batin manusia melalui gambaran alam. Alam, dalam hal ini beringin tua dan senja, menjadi cermin dari perasaan, pertanyaan, dan ketidakpastian yang dialami oleh subjek puisi.

Dengan demikian, "Yogyakarta" karya Rita Oetoro bukan hanya sekadar gambaran visual tentang keindahan alam dan objek-objek sejarah, melainkan juga undangan untuk merenungkan hakikat waktu, sejarah, dan kehidupan manusia dalam konteks keberadaannya.

Puisi: Yogyakarta
Puisi: Yogyakarta
Karya: Rita Oetoro

Biodata Rita Oetoro:
Rita Oetoro (Rita Cascia Saraswati atau Rita Oey) lahir di Purwokerto, Jawa Tengah, pada tanggal 6 Desember 1943.
© Sepenuhnya. All rights reserved.