Dari Sebuah Jendela
Jendela yang mengetuk-ketuk deras hujan
Adalah bayangmu yang tiba-tiba bersalam
Lalu kau buka mantel dan memeras
Gerai rambut yang bercucuran
Adakah yang lebih puitik
Ketimbang senyummu yang gemetar
Lalu binar mata dan bening suaramu
Menghaluskan ini jiwa dalam dingin yang nanar
Duduklah, nikmati kopi
Dan jangan dulu berkata-kata
Biarkan sejarah yang barusan berputar
Mengheningkan resah sembari
Memijit-mijit kalbu yang kepegalan
Oleh daun-daun yang menempelkan tangan di kaca
Jendela itu kembali terbuka
Mempersilakan tangismu menerobos
Bersama luruh angin yang luka.