Puisi: Ketika Bulan Lahir (Karya M. Poppy Hutagalung)

Puisi "Ketika Bulan Lahir" menggambarkan perjalanan waktu, kenangan indah, dan kehilangan. Melalui bahasa yang kaya dan citra yang kuat, Poppy ....
Ketika Bulan Lahir


ketika bulan lahir ketika langitnya terang
bersijajar bapa dan aku di depan rumah
ku bertanya apakah bapa punya dongeng indah
dan bapa di sisiku menjawab riah

ketika bulan lahir ketika langitnya terang
bersicengkrama kami memintal kasih di bawahnya

usia yang meningkat diayun aku di sinarnya lembut
bapa terlewat tanganmu membelaiku teramat lembut

dulu ketika bulan lahir ketika langitnya terang
bapa suka bercerita
di bulan ada nenek
di bulan ada gunung

bapa ya bapa kukenang mesra ceritamu
kenapa tak lama kecilku kau dukung aku di punggungmu
kini bertahun sudah merindu aku di bulan lahir
di bulan lahir bapa kutunggu tak kunjung hadir.


Sumber: Mimbar Indonesia (12 April 1958)

Analisis Puisi:
Puisi "Ketika Bulan Lahir" karya M. Poppy Hutagalung menggambarkan momen kebersamaan antara seorang anak dan ayahnya, serta menyelipkan refleksi tentang kenangan masa kecil dan kehidupan.

Sentuhan Nostalgia: Puisi ini dimulai dengan merangkai momen indah ketika bulan muncul dan langit bersinar terang. Nostalgia mengalir melalui kata-kata, mengajak pembaca untuk merenung tentang masa lalu yang penuh warna dan kehangatan.

Kebersamaan Antara Ayah dan Anak: Momen kebersamaan antara bapa dan anak menjadi fokus utama puisi ini. Ketika bulan lahir, mereka bersama-sama di depan rumah, memintal kasih di bawah sinar bulan. Ini menciptakan citra kehangatan dan ikatan batin yang kuat.

Cerita dan Dongeng Indah: Aku bertanya kepada bapa apakah beliau punya dongeng indah, dan jawabannya adalah "riah." Kata ini membawa nuansa kegembiraan dan ceria, menunjukkan bahwa ayahnya memiliki kisah-kisah yang menyenangkan untuk dibagikan.

Refleksi Usia dan Kehangatan Ayah: Puisi mencerminkan tentang pertambahan usia dan perubahan hubungan antara bapa dan anak. Meskipun usia terus berlalu, sinar bulan masih lembut, dan bapa masih terlewatkan sebagai figur pelindung yang lembut dan penyayang.

Duka Anak yang Menanti: Di bait terakhir, terungkap bahwa sekarang, meski bulan lahir, bapa tidak lagi muncul. Ketidakhadiran tersebut menciptakan rasa duka dan kehilangan pada anak yang kini merindukannya.

Keindahan Bahasa: Penggunaan bahasa yang lembut, metafora yang cerdas, dan gambaran yang indah memberikan warna dan nuansa emosional pada puisi ini. Kata-kata seperti "bersicengkrama" dan "memintal kasih" menciptakan suasana yang penuh kehangatan.

Puisi "Ketika Bulan Lahir" menggambarkan perjalanan waktu, kenangan indah, dan kehilangan. Melalui bahasa yang kaya dan citra yang kuat, M. Poppy Hutagalung berhasil menyampaikan kehangatan hubungan keluarga dan kesedihan yang melingkupi ketiadaan sosok ayah. Puisi ini merangkai nuansa kehidupan, kebersamaan, dan kerinduan dengan indah.

Puisi: Ketika Bulan Lahir
Puisi: Ketika Bulan Lahir
Karya: M. Poppy Hutagalung

Biodata M. Poppy Hutagalung:
  • M. Poppy Hutagalung lahir di Jakarta pada tanggal 10 Oktober 1941.
  • Setelah menikah dengan penyair A.D. Donggo (pada tahun 1967), namanya menjadi M. Poppy Donggo.
  • M. Poppy Hutagalung merupakan salah satu penyair Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.