Pada Suatu Bulan yang Cerah
pada suatu bulan yang cerah
kutemui sepasang mata
kujumpai sebuah hati baja
mendenyut kejantanan di buluh-buluh nadinya
menggunung kasih sayang di hatinya;
ia datang padaku
mengulurkan tangan padaku
berkata ia sebuah rumah yang teduh
aku seorang penghuni yang setia
datanglah padanya
pada suatu bulan yang cerah
kupasrahkan hatiku atasnya
dan ia menyambutku
dan dunia ketawa gelak
kami gelak
ia rumah yang teduh
dan aku penghuni yang setia
kami bersatu
demikian berbulan lewat
tangan kami bekerja sigap
menanam benih bakal hari datang kami
dan pada suatu bulan yang cerah
kami lahir kembali
mataku diambilnya
kulitnya ditirunya
"anak kami!"
kami bawa ia ke gereja
kami serahkan pada Jesus gembala
ketika tangan pendeta melekat di kepalanya
matanya bercahaya
tangannya bergerak dan kakinya menyepak-menyepak
ia amat manis dan sehat
tapi pada suatu bulan yang cerah
ia hilang dari pandangan kami
matanya terpejam dan hati kami tertikam
kami bawa ia ke rumahnya yang baru
rumah yang sunyi
jauh dari kehidupan
jauh dari caya terang
pada suatu bulan yang cerah
kami duduk di beranda depan
di tanganku buaian dan di tangannya boneka
kami berdiaman
tapi kami yakin kami akan lahir kembali
kami akan ke gereja kembali mendukungnya
dan kami akan beri ia nama matahari kehidupan
demikian pada suatu bulan yang cerah
hati kami kembali bertautan.
Juli, 1961
Sumber: Angkatan 66 (1968)
Analisis Puisi:
Puisi yang berjudul "Pada Suatu Bulan yang Cerah" karya M. Poppy Hutagalung, membawa pembaca dalam perjalanan emosional yang menggambarkan berbagai tahapan kehidupan, dari pertemuan bahagia hingga kehilangan dan harapan yang tak terpadamkan.
Pertemuan Bahagia: Puisi dimulai dengan deskripsi suasana cerah pada suatu bulan yang memberikan gambaran kebahagiaan. Kemudian, pelukisan sepasang mata dan hati baja menggambarkan pertemuan romantis yang penuh kasih sayang.
Simbolisme Rumah Teduh: "Ia sebuah rumah yang teduh" mewakili tempat yang aman dan nyaman dalam hubungan. Rumah menjadi simbol kestabilan dan dukungan emosional, menyiratkan kehadiran yang memberikan rasa aman.
Pengorbanan dan Persatuan: Hubungan dijelaskan sebagai pengorbanan dan persatuan antara penghuni dan rumah yang teduh. Puisi mengeksplorasi ide kerja sama dan dedikasi dalam membangun kehidupan bersama.
Pergulatan Hidup: Puisi menciptakan perjalanan hidup yang penuh dengan kerja keras dan dedikasi, tergambar dari baris "tangan kami bekerja sigap." Ini mencerminkan upaya bersama untuk menciptakan kehidupan yang baik.
Keputusasaan dan Kehilangan: Perubahan suasana terjadi ketika anak yang lahir kembali mengalami kehilangan. Matahari kehidupan yang diharapkan malah membawa duka. Puisi menyentuh tema kehilangan dan keputusasaan yang tiba-tiba.
Simbolisme Gereja dan Harapan: Penggambaran membawa anak ke gereja menciptakan simbolisme religius dan harapan atas kesembuhan dan pemulihan. Puisi menciptakan perasaan bahwa melalui keyakinan dan harapan, kehidupan dapat kembali berseri.
Rasa Tak Berdaya dan Ketenangan: Terakhir, puisi menggambarkan suasana ketenangan di beranda depan setelah kehilangan. Penggunaan buaian dan boneka menciptakan gambaran tentang ketenangan dan rasa tak berdaya dalam menghadapi kenyataan.
Harapan Kembali Bertautan: Puisi menutup dengan harapan bahwa hati mereka akan kembali bertautan. Ini menciptakan kesan bahwa meskipun ada kehilangan, kehidupan dan harapan akan terus berkembang dan mengikat mereka bersama.
Puisi "Pada Suatu Bulan yang Cerah" menciptakan perjalanan yang memotret kehidupan, cinta, kehilangan, dan harapan. Dengan menggunakan gambaran alam dan simbolisme, M. Poppy Hutagalung berhasil menyampaikan pesan yang mendalam dan menggugah perasaan pembaca.
Puisi: Pada Suatu Bulan yang Cerah
Karya: M. Poppy Hutagalung
Biodata M. Poppy Hutagalung:
- M. Poppy Hutagalung lahir di Jakarta pada tanggal 10 Oktober 1941.
- M. Poppy Hutagalung, setelah menikah dengan penyair A.D. Donggo (pada tahun 1967), namanya menjadi M. Poppy Donggo.
- M. Poppy Hutagalung merupakan salah satu penyair Angkatan 66.