Puisi: Ibarat (Karya Wiji Thukul)

Puisi "Ibarat" karya Wiji Thukul menyiratkan pesan tentang singkatnya kehidupan manusia, kekecewaan yang mungkin dihadapinya, dan ...
Ibarat


kita tambang
dipuntir-puntir kering
pernah ingin lolos dari semua ini
kita tambang
dibuntuti api
bintang nyala berapa detik ibaratnya
pendek sekali
harapan hidup tinggi sekali
- "abu
engkau rindu kematianku
lewat?" -

abad-abad lalu pun
tak kurang pula yang mati kecewa

kita terbang
lintas jarak sendiri
menuju padam
ibarat bintang dihapus pergi

Sumber: Aku Ingin Jadi Peluru (2000)

Analisis Puisi:
Puisi "Ibarat" karya Wiji Thukul adalah sebuah penggambaran metaforis tentang kehidupan dan kematian. Dalam puisi ini, penyair menggunakan beragam gambaran dan metafora untuk menyampaikan pemikiran mendalamnya tentang eksistensi manusia.

Pertambangan Kehidupan: Dalam dua baris pertama, penyair menggambarkan kehidupan manusia sebagai sebuah pertambangan. Kata-kata "kita tambang" menciptakan citra tentang usaha keras manusia untuk menggali makna dan tujuan dalam hidupnya. Namun, penggunaan kata "kering" menunjukkan bahwa kehidupan sering kali terasa penuh dengan kesulitan dan kekeringan emosi.

Kematian yang Menanti: Penyair menyatakan bahwa kehidupan manusia adalah seperti bintang yang bersinar hanya dalam sekejap. Ini adalah metafora untuk mortalitas manusia. Kehidupan yang singkat dibandingkan dengan bintang yang bersinar hanya beberapa detik menggambarkan betapa sementara dan rapuhnya eksistensi manusia. Kata-kata "harapan hidup tinggi sekali" menunjukkan betapa manusia seringkali berharap untuk hidup lama, namun realitasnya adalah kehidupan yang singkat.

Kematian dan Kecewa: Penyair merujuk pada orang-orang yang mati dalam kekecewaan, menunjukkan bahwa banyak yang pergi dari dunia ini dengan perasaan tidak puas terhadap hidup mereka. Ini mungkin mengacu pada orang-orang yang gagal mencapai impian atau tujuan mereka dalam hidup.

Terbang Menuju Kematian: Dalam dua baris terakhir, penyair menggunakan metafora penerbangan untuk menggambarkan perjalanan menuju kematian. "Kita terbang lintas jarak sendiri" menggambarkan perjalanan akhir manusia menuju kematian, yang sering kali ditempuh sendirian. "Ibarat bintang dihapus pergi" menekankan pada keterbatasan waktu dalam hidup, yang pada akhirnya akan berakhir dengan kematian.

Kesimpulan Metaforis: Puisi ini menyajikan gambaran kuat tentang kehidupan dan kematian sebagai dua entitas yang saling berhubungan. Penyair menggunakan metafora untuk menyampaikan bahwa kehidupan adalah perjalanan singkat yang penuh dengan tantangan, harapan, dan kekecewaan, dan akhirnya, semua akan menuju kepada kematian.

Puisi "Ibarat" karya Wiji Thukul adalah sebuah karya yang memakai metafora untuk menggambarkan kehidupan dan kematian manusia. Puisi ini menyiratkan pesan tentang singkatnya kehidupan manusia, kekecewaan yang mungkin dihadapinya, dan akhirnya, perjalanan menuju kematian. Ini adalah sebuah refleksi tentang eksistensi manusia yang mencerahkan pembaca tentang pentingnya menghargai setiap momen dalam hidup.

Puisi: Ibarat
Puisi: Ibarat
Karya: Wiji Thukul

Biodata Wiji Thukul:
  • Wiji Thukul lahir di Solo, Jawa Tengah, pada tanggal 26 Agustus 1963.
  • Nama asli Wiji Thukul adalah Wiji Widodo.
  • Wiji Thukul menghilang sejak tahun 1998 dan sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya (dinyatakan hilang dengan dugaan diculik oleh militer).
© Sepenuhnya. All rights reserved.