Puisi: Sajak Hari Demi Hari (Karya Wiji Thukul)

Puisi "Sajak Hari Demi Hari" karya Wiji Thukul mencerminkan gelisah, penyesalan, dan harapan individu terhadap perjalanan hidupnya.
Sajak Hari Demi Hari


hari demi hari tanggal, gelisahku
kisah demi kisah tunggal, gelisahku
dosa demi dosa mengental, Tuhanku
tak cukup aku hanya dengan rasa malu
(di dalam kamar sekap diri)
tapi beri aku keberanian
merenggut topeng busana
telanjang menari berborok sekujur badan
di hadapan hadirin sahabat-sahabatku tercinta


Sumber: Aku Ingin Jadi Peluru (2000)

Analisis Puisi:
Puisi "Sajak Hari Demi Hari" karya Wiji Thukul adalah ekspresi puitis yang mencerminkan gelisah, penyesalan, dan harapan individu terhadap perjalanan hidupnya. Puisi ini menyoroti aspek-aspek tertentu dari pengalaman manusia, seperti rasa bersalah, pengejawantahan diri, dan harapan untuk transformasi.

Gelisah dan Kesalahan: Puisi ini dimulai dengan menggambarkan rasa gelisah yang dirasakan oleh subjek puisi. Hari demi hari yang berlalu meninggalkan kesan gelisah yang semakin menguat. Penggunaan repetisi "gelisahku" dan "kisahku" menegaskan perasaan yang tak henti-henti. Selanjutnya, disebutkan bahwa dosa-dosa mengental, menciptakan beban moral yang semakin berat. Ini mencerminkan rasa penyesalan dan tanggung jawab terhadap tindakan-tindakan masa lalu.

Transformasi dan Keberanian: Meskipun ada rasa malu dan dosa, subjek puisi memohon kepada Tuhannya untuk memberinya keberanian. Permohonan ini muncul sebagai tindakan perubahan dan transformasi diri. Pemohonan ini juga menunjukkan keyakinan bahwa keberanian adalah kunci untuk meraih suatu bentuk kebenaran atau pembebasan dari penyesalan.

Pengejawantahan Diri dan Transformasi: Pada bagian terakhir puisi, pengejawantahan diri digambarkan melalui gambaran seorang individu yang telanjang menari dengan keberanian di hadapan sahabat-sahabat tercinta. Ini bisa diartikan sebagai tindakan transparansi dan penerimaan diri seutuhnya, tanpa topeng atau kedok. Tarian yang "berborok" menggambarkan tindakan yang terbebas dari pembatasan sosial, menunjukkan transformasi dan pembebasan.

Puisi "Sajak Hari Demi Hari" karya Wiji Thukul menggambarkan perjalanan emosional dan spiritual seorang individu melalui gelisah, penyesalan, dan harapan untuk transformasi. Puisi ini mengeksplorasi aspek-aspek kompleks dari pengalaman manusia, termasuk perasaan bersalah, ketakutan, dan keberanian untuk menghadapi ketidaksempurnaan kita. Dengan menggunakan gambaran tarian yang berani dan terbuka, puisi ini mengajak untuk menerima diri sendiri dengan segala kekurangan dan untuk melangkah menuju transformasi pribadi.

Puisi: Sajak Hari Demi Hari
Puisi: Sajak Hari Demi Hari
Karya: Wiji Thukul

Biodata Wiji Thukul:
  • Wiji Thukul lahir di Solo, Jawa Tengah, pada tanggal 26 Agustus 1963.
  • Nama asli Wiji Thukul adalah Wiji Widodo.
  • Wiji Thukul menghilang sejak tahun 1998 dan sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya (dinyatakan hilang dengan dugaan diculik oleh militer).
© Sepenuhnya. All rights reserved.