Puisi: Gerimis Sehabis Kemarau Panjang (Karya Faisal Baraas)

Puisi "Gerimis Sehabis Kemarau Panjang" karya Faisal Baraas menggambarkan perubahan dalam hidup dan perasaan kesedihan yang mungkin datang ...
Gerimis Sehabis Kemarau Panjang


ada muram
mengedip-ngedipkan bulu matanya
ada langit akhir tahun
menangis perlahan-lahan
ada pula angin telanjang
masuk kampung
sementara sisa tontonan
kulit jeruk, sesajen-sesajen
tertinggal
kenduri, tuak, mabuk-mabukan
kesedihan yang tunggal


1969

Sumber: Horison (Agustus, 1970)

Analisis Puisi:
Puisi "Gerimis Sehabis Kemarau Panjang" karya Faisal Baraas adalah sebuah karya sastra yang merangkum banyak makna dalam sedikit kata. Puisi ini menyampaikan perasaan kesedihan dan nostalgia.

Gerimis Setelah Kemarau Panjang: Puisi ini menggunakan metafora gerimis sebagai perubahan yang datang setelah periode kemarau panjang. Ini mewakili periode kering yang diikuti oleh rasa lega yang datang bersama hujan ringan. Ini juga dapat diartikan sebagai perubahan dalam hidup setelah periode sulit.

Kondisi Alam: Puisi ini menciptakan gambaran tentang kondisi alam yang secara metaforis menggambarkan perasaan dan situasi emosional. Bulu mata yang mengedip mewakili kepekaan terhadap perubahan dalam hidup.

Langit Akhir Tahun: Ada nuansa akhir tahun yang tersirat dalam puisi ini. Ini mungkin mencerminkan refleksi dan penilaian atas tahun yang telah berlalu dan antisipasi akan yang akan datang.

Angin Telanjang Masuk Kampung: Metafora ini mungkin menggambarkan perasaan "segar" atau kehadiran yang baru setelah periode kemarau panjang. Angin adalah simbol kebebasan dan perubahan.

Sisa Tontonan: Puisi ini menyebutkan sisa-sisa tontonan seperti kulit jeruk, sesajen, dan lain-lain. Ini mungkin mengacu pada sisa-sisa ritual atau perayaan yang telah berlalu. Hal ini dapat menggambarkan perasaan nostalgia dan penutupan setelah peristiwa khusus.

Kenduri, Tuak, Mabuk-mabukan: Ini adalah elemen-elemen budaya yang menciptakan gambaran hidup di sebuah komunitas atau kampung. Kenduri mungkin mengacu pada perayaan, dan tuak mewakili minuman tradisional. Ini dapat merujuk pada momen kegembiraan dan perayaan yang telah berlalu.

Kesedihan yang Tunggal: Puisi ini berakhir dengan sentimen kesedihan yang ditekankan sebagai perasaan utama dalam puisi. Kesedihan mungkin mewakili perasaan nostalgia, penyesalan, atau bahkan kehilangan.

Puisi ini singkat namun kuat dalam mengekspresikan perasaan dan makna yang mendalam. Ia menggambarkan perubahan dalam hidup dan perasaan kesedihan yang mungkin datang bersama dengan refleksi dan penutupan di akhir tahun.

Puisi: Gerimis Sehabis Kemarau Panjang
Puisi: Gerimis Sehabis Kemarau Panjang
Karya: Faisal Baraas

Biodata Faisal Baraas:
  • Faisal Baraas lahir pada tanggal 16 Agustus 1947 di desa Loloan Barat, Negara, Jembrana, Bali.
© Sepenuhnya. All rights reserved.