Puisi: Bunga (Karya Sapardi Djoko Damono)

Puisi "Bunga" oleh Sapardi Djoko Damono adalah kumpulan tiga bagian puisi yang mengeksplorasi tema bunga sebagai simbol kehidupan, keindahan, dan ....
Bunga (1)

(1)


Bahkan bunga rumput itu pun berdusta. Ia rekah di tepi
    padang waktu hening pagi terbit; siangnya cuaca
    berdenyut ketika nampak sekawanan gagak terbang
    berputar-putar di atas padang itu; malam hari. ia
    mendengar seru serigala.
Tapi katanya, "Takut? Kata itu milik kalian saja, para
    manusia. Aku ini si bunga rumput, pilihan dewata!"

(2)

Bahkan bunga rumput itu pun berdusta. Ia kembang di
    sela-sela geraham batu-batu gua pada suatu pagi, dan
    malamnya menyadari bahwa tak nampak apa pun
    dalam gua itu dan udara ternyata sangat pekat dan
    tercium bau sisa bangkai dan terdengar seperti ada
    embik terpatah dan ia membayangkan hutan terbakar
    dan setelah api ....
Teriaknya, "Itu semua pemandangan bagi kalian saja, para
    manusia! Aku ini si bunga rumput: pilihan dewata!"

Bunga (2)

mawar itu tersirap dan hampir berkata jangan ketika pemilik taman memetiknya hari ini; tak ada alasan kenapa ia ingin berkata jangan sebab toh wanita itu tak mengenal isyaratnya - tak ada alasan untuk memahami kenapa wanita yang selama ini rajin
menyiraminya dan selalu menatapnya dengan pandangan cinta itu kini wajahnya anggun dan dingin, menanggalkan kelopaknya selembar demi selembar dan membiarkannya berjatuhan
menjelma pendar-pendar di permukaan kolam

Bunga (3)

seuntai kuntum melati yang di ranjang itu sudah berwarna
    coklat ketika tercium udara subuh dan terdengar
    ketukan di pintu tak ada sahutan.
seuntai kuntum melati itu sudah kering: wanginya mengeras
    di empat penjuru dan menjelma kristal-kristal di udara
    ketika terdengar ada yang memaksa membuka pintu
lalu terdengar seperti gema "hai, siapa gerangan yang
    telah membawa pergi jasadku?"

1975

Sumber: Hujan Bulan Juni (1994)

Analisis Puisi:
Puisi "Bunga" oleh Sapardi Djoko Damono adalah kumpulan tiga bagian puisi yang mengeksplorasi tema bunga sebagai simbol kehidupan, keindahan, dan perubahan. Setiap bagian puisi menghadirkan pandangan yang berbeda tentang bunga, masing-masing memiliki makna dan refleksi yang mendalam.

Bunga (1)

Bagian ini menggambarkan bunga rumput yang tampak cantik dan tegar di berbagai situasi, meskipun dalam kenyataannya mungkin mengalami keterbatasan atau kesulitan. Pada pagi hari, bunga rumput tumbuh di padang rumput, tetapi malamnya ia mendengar seru-seruan serigala. Meskipun demikian, bunga rumput tersebut mengklaim bahwa kata takut adalah milik manusia dan ia adalah pilihan dewata. Ini menunjukkan bahwa bunga rumput menemukan kekuatan dan keberanian dalam keberadaannya yang unik.

Bunga (2)

Bagian kedua menggambarkan bunga mawar yang memiliki keindahan yang menarik perhatian. Pemilik taman memetik mawar tersebut, dan ada perasaan yang tersembunyi dari bunga tersebut, mungkin adalah perasaan penolakan. Bunga mawar merasa tidak dipahami oleh wanita yang merawatnya, dan kesenjangan antara makna yang ingin disampaikan oleh bunga dan pemahaman manusia menjadi jelas. Tindakan memetik bunga oleh pemilik taman bisa diartikan sebagai tindakan tidak menghargai atau mengabaikan makna atau perasaan bunga itu sendiri.

Bunga (3)

Bagian ketiga menggambarkan seuntai kuntum melati di ranjang yang mengalami perubahan warna dan kondisi seiring waktu. Meskipun pada awalnya melati terlihat segar dan harum, seiring waktu berlalu, melati menjadi kering dan wanginya mengeras. Saat pintu dibuka, suara yang terdengar seperti gema mengajukan pertanyaan tentang jasad yang pernah ada. Ini menciptakan suasana misterius dan merenungkan tentang hilangnya sesuatu yang dulu ada.

Tema Utama: Tema utama yang melintasi ketiga bagian puisi adalah refleksi tentang kehidupan, keindahan, dan perubahan. Bunga dalam puisi ini mewakili kehidupan manusia yang penuh dengan perubahan, tantangan, dan makna yang dapat berubah seiring waktu. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang kompleksitas keberadaan dan interpretasi yang berbeda terhadap pengalaman hidup.

Bahasa dan Gaya Sastra: Sapardi Djoko Damono menggunakan bahasa yang sederhana namun mendalam dalam puisi ini. Pengulangan frasa "pilihan dewata" pada setiap bagian memberikan kesatuan dan penguatan makna. Gaya bahasa dan imaji yang kuat menggambarkan perasaan dan emosi bunga dalam berbagai situasi.

Puisi "Bunga" karya Sapardi Djoko Damono menghadirkan serangkaian gambaran bunga dalam konteks yang berbeda, mengundang pembaca untuk merenungkan kehidupan, perubahan, dan makna yang ada di balik keindahan dan kelemahan. Setiap bagian puisi menyampaikan pesan yang dalam tentang manusia, alam, dan hubungan antara keduanya.

Puisi Sapardi Djoko Damono
Puisi: Bunga
Karya: Sapardi Djoko Damono

Biodata Sapardi Djoko Damono:
  • Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
  • Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.
© Sepenuhnya. All rights reserved.