Puisi: Sajak Putih (Karya Chairil Anwar)

Puisi "Sajak Putih" karya Chairil Anwar mengekspresikan perasaan cinta, kehidupan, dan keberanian dalam menghadapi kematian.
Sajak Putih
(Versi Deru Campur Debu)

Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda

Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku

Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak membelah....

Sajak Putih
(Versi Surat-Surat 1943-1983)
buat tunanganku Mirat

bersandar pada tari warna pelangi
kau depanku bertudung sutra senja
di hitam matamu kembang mawar dan melati
harum rambutmu mengalun bergelut senda

sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
meriak muka air kolam jiwa
dan dalam dadaku memerdu lagu
menarik menari seluruh aku

hidup dari hidupku, pintu terbuka
selama matamu bagiku menengadah
selama kau darah mengalir dari luka
antara kita Mati datang tidak membelah...

Buat Miratku, Ratuku! kubentuk dunia sendiri,
dan kuberi jiwa segala yang dikira orang mati di alam ini!
Kucuplah aku terus, kucuplah
dan semburkanlah tenaga dan hidup dalam tubuhku...

18 Januari 1944

Analisis Puisi:
Puisi "Sajak Putih" karya Chairil Anwar adalah sebuah karya sastra yang kaya akan metafora dan gambaran keindahan alam.

Citra Alam dan Keindahan: Puisi ini memulai dengan gambaran alam yang indah, seperti tari warna pelangi, sutra senja, dan bunga mawar dan melati. Chairil Anwar menggunakan citra alam untuk menyampaikan keindahan dan ketenangan yang hadir dalam suasana malam.

Romantisme dan Cinta: Penyair menciptakan suasana romantisme dengan menggambarkan kecantikan dan daya tarik seorang kekasih. Matanya, rambutnya, dan kehadirannya di dunia menjadi sumber inspirasi dan kehidupan bagi penyair.

Kematian dan Kekuatan Hidup: Meskipun puisi ini melibatkan elemen kematian, seperti "Matilah yang datang tidak membelah," namun terdapat juga semangat kehidupan yang kuat. Penyair mengekspresikan tekadnya untuk terus hidup dan menciptakan dunianya sendiri, di mana ia memberi jiwa pada segala sesuatu yang dianggap mati.

Pencarian Identitas: Ada elemen pencarian identitas dalam puisi ini. Penyair menyerukan kepada kekasihnya, Mirat, untuk menciptakan dunianya sendiri dan menemukan kekuatan dan hidup di dalamnya. Hal ini mencerminkan perjuangan manusia untuk menemukan arti dan tujuan hidupnya di tengah kehidupan yang penuh dengan ketidakpastian.

Puisi "Sajak Putih" adalah sebuah puisi yang memadukan keindahan alam, romantisme, keinginan untuk hidup, dan pencarian identitas. Chairil Anwar menggunakan bahasa yang indah dan metafora yang kuat untuk mengekspresikan perasaan cinta, kehidupan, dan keberanian dalam menghadapi kematian. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang kehidupan, cinta, dan makna eksistensi manusia.
Chairil Anwar
Puisi: Sajak Putih
Karya: Chairil Anwar

Biodata Chairil Anwar:
  • Chairil Anwar lahir di Medan, pada tanggal 26 Juli 1922.
  • Chairil Anwar meninggal dunia di Jakarta, pada tanggal 28 April 1949 (pada usia 26 tahun).
  • Chairil Anwar adalah salah satu Sastrawan Angkatan 45.
© Sepenuhnya. All rights reserved.