Puisi: Jakarta (Karya Husni Djamaluddin)

Puisi "Jakarta" karya Husni Djamaluddin menggambarkan kota Jakarta, ibu kota Indonesia, dari berbagai sudut pandang.

Jakarta

jakarta adalah bis kota
yang berjubel penumpangnya
bergerak antara kemacetan jalan raya
dan terobosan-terobosan tak terduga

jakarta adalah bos besar
gajinya sebulan empat milyar
adapun yang babu
tinggi sudah empat puluh ribu

jakarta adalah rumah-rumah kumuh
yang mengusik tata keindahan gedung-gedung pencakar langit
jakarta adalah gedung-gedung pencakar langit
yang mencakar wajah-wajah kemiskinan rumah-rumah kumuh

jakarta adalah komputer
yang mengutak-atik angka-angka nasib
dan memutar
nasib angka-angka

jakarta adalah ciliwung
sungai keringat dan mimpi rakyatnya
di situ pula mengalir
air mata ibukota

Jakarta, 22 Juni 1990

Sumber: Indonesia, Masihkah Engkau Tanah Airku? (2004)

Catatan:
Babu: pembantu rumah tangga.

Analisis Puisi:
Puisi "Jakarta" karya Husni Djamaluddin adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan kota Jakarta, ibu kota Indonesia, dari berbagai sudut pandang. Puisi ini menghadirkan gambaran yang kompleks tentang kota metropolitan ini.

Gambaran Tentang Hidup di Jakarta: Puisi ini memberikan gambaran tentang kehidupan di Jakarta dengan cara yang sangat konkret. Penyair menggambarkan Jakarta sebagai kota dengan bis kota yang penuh sesak, bos-bos besar dengan gaji tinggi, dan rumah-rumah kumuh yang bertentangan dengan gedung pencakar langit mewah. Ini menciptakan gambaran yang jelas tentang ketidaksetaraan sosial yang ada di kota ini.

Kontras dan Ironi: Puisi ini penuh dengan kontras dan ironi. Ada kontras antara bos besar yang menerima gaji besar dan pekerja domestik yang mendapatkan bayaran rendah. Kontras juga terlihat antara gedung pencakar langit yang mewah dan rumah-rumah kumuh. Ini mencerminkan ketidaksetaraan dan kontradiksi yang ada dalam struktur sosial Jakarta.

Personifikasi Jakarta: Penyair juga menggunakan personifikasi untuk menggambarkan Jakarta. Jakarta digambarkan sebagai "bos besar" dan "komputer" yang memutar nasib angka-angka. Ini menciptakan kesan bahwa kota ini memiliki karakteristik manusia, seperti keserakahan dan manipulasi.

Ciliwung Sebagai Metafora: Ciliwung, sungai yang mengalir di Jakarta, digambarkan sebagai "sungai keringat dan mimpi rakyatnya." Ini menggambarkan pentingnya sungai ini dalam kehidupan penduduk Jakarta dan bagaimana lingkungan alam bisa tercermin dalam kehidupan kota.

Pesan Sosial dan Politis: Puisi ini tidak hanya menggambarkan Jakarta secara fisik, tetapi juga mengandung pesan sosial dan politis. Penyair mencoba mengungkapkan ketidaksetaraan, tekanan sosial, dan masalah lingkungan yang dihadapi oleh penduduk kota ini. Puisi ini juga mengajak pembaca untuk merenungkan dampak dari urbanisasi yang cepat dan pertumbuhan kota yang tidak terkendali.

Puisi "Jakarta" karya Husni Djamaluddin adalah sebuah karya yang kompleks yang menggambarkan Jakarta sebagai kota yang penuh kontradiksi dan ketidaksetaraan. Puisi ini menghadirkan gambaran hidup di kota metropolitan modern dengan cara yang kuat dan memprovokasi pemikiran tentang isu-isu sosial dan lingkungan yang relevan dengan Jakarta dan kota-kota serupa di seluruh dunia.

Husni Djamaluddin
Puisi: Jakarta
Karya: Husni Djamaluddin

Biodata Husni Djamaluddin:
  • Husni Djamaluddin lahir pada tanggal 10 November 1934 di Tinambung, Mandar, Sulawesi Selatan.
  • Husni Djamaluddin meninggal dunia pada tanggal 24 Oktober 2004.
© Sepenuhnya. All rights reserved.