Puisi: Persembahan (Diterjemahkan oleh Sapardi Djoko Damono)

Puisi "Persembahan" menggambarkan peran dan makna puisi dalam kehidupan penyair dan masyarakatnya.

Persembahan


Kau yang tak bisa kuselamatkan,
Dengarkan aku.
Cobalah pahami bicara sederhana ini sebab aku malu pada orang lain.
Demi Tuhan, aku tak akan menyihirmu.
Aku bicara padamu diam bagai seserpih akan atau sebatang pohon.

Apa yang menguatkanku? Kau membunuh pelan-pelan.
Kauaduk lewatnya suatu jaman dan awal jaman yang baru,
Kauaduk sumber kebencian dengan keindahan lirik,
Kauaduk kekuatan gila dengan bentuk yang sudah pasti.

Inilah lembah sungai-sungai dangkal Polandia. Dan
sebuah jembatan maha besar tersaput kabut putih. Inilah kota hancur.
Dan angin melemparkan jerit camar ke kuburmu
Ketika aku berbicara padamu.

Apa pula puisi yang tak menyelamatkan
Bangsa dan rakyat?
Sikap menutup mata terhadap kebohongan resmi,
Nyanyian serak pemabok yang akan segera dihukum mati,
Bacaan bagi gadis-gadis lepasan SMA.
Bahwa aku mendambakan puisi bagus tanpa menyadarinya,
Bahwa aku toh menemukan maksudnya yang menyehatkan jiwa raga;
Hanya dalam puisi inilah aku menemukan penyelamatan.

Mereka biasanya menebarkan berbagai biji-bijian
Memberi makan para leluhur yang datang menyamar sebagai burung.
Kuletakkan buku ini di sini untukmu, yang pernah hidup.
Agar tak usah lagi kau menengok kami.

1945

Sumber: Horison (Januari, 1981)

Analisis Puisi:
Puisi "Persembahan" yang diterjemahkan oleh Sapardi Djoko Damono adalah karya sastra yang mempertimbangkan peran puisi dalam kehidupan manusia, terutama dalam konteks Polandia dan penyairnya sendiri.

Puisi sebagai Komunikasi: Puisi ini membuka dengan penyair yang berbicara pada seseorang yang "tak bisa kuselamatkan." Ini mengisyaratkan bahwa puisi adalah bentuk komunikasi yang mungkin tidak selalu berhasil menyelamatkan atau mempengaruhi sasaran yang dituju. Penyair berbicara dengan nada sederhana dan diam, mengekspresikan kerendah-hatian dalam kata-katanya.

Penyair yang Merasa Malu: Penyair mengaku merasa malu pada orang lain. Ini mencerminkan sifat pribadi penyair yang sederhana dan tidak ingin tampil besar. Dia berbicara demi Tuhan dan berusaha untuk tidak "menyihirmu," yang bisa diartikan sebagai mencoba mempengaruhi atau menggoda seseorang.

Kekuatan Puisi: Puisi ini merenungkan kekuatan yang ditemukan penyair dalam puisi. Meskipun penyair merasa malu dan tidak ingin mengklaim kekuatan penyembuhan, dia menggambarkan puisi sebagai alat yang dapat "membunuh pelan-pelan." Ini bisa diartikan sebagai kemampuan puisi untuk merangsang pemikiran, emosi, dan refleksi yang dalam pada pembacanya.

Pengalaman Pribadi dan Bangsa: Puisi ini menggambarkan Polandia sebagai "lembah sungai-sungai dangkal" yang tampaknya mengalami masa-masa sulit dan krisis. Terdapat penggambaran kota hancur dan angin yang melemparkan jerit camar ke kubur, yang menciptakan gambaran penderitaan. Puisi ini bisa dianggap sebagai penyair yang mencerminkan pengalaman pribadi dan kondisi bangsanya melalui kata-kata.

Peran Puisi dalam Kehidupan Penyair: Penyair mengungkapkan bahwa hanya dalam puisi, dia menemukan "penyelamatan." Ini menunjukkan bahwa dalam menulis puisi, penyair menemukan makna, kedamaian, dan rasa penyelamatan. Dia menghadirkan bukunya sebagai persembahan kepada seseorang yang pernah hidup, mungkin sebagai cara untuk menyampaikan pesan atau berbicara pada orang tersebut.

Bijian dan Tradisi Budaya: Puisi ini menyebutkan "berbagai biji-bijian" dan "para leluhur yang datang menyamar sebagai burung." Ini bisa diartikan sebagai referensi terhadap tradisi dan budaya Polandia yang kaya. Puisi ini menempatkan dirinya dalam konteks budaya yang lebih luas.

Secara keseluruhan, "Persembahan" adalah puisi introspektif yang menggambarkan peran dan makna puisi dalam kehidupan penyair dan masyarakatnya. Puisi ini menggambarkan ketulusan dan sederhana dalam ekspresi serta memberikan penekanan pada pentingnya puisi sebagai sarana untuk merenungkan pengalaman, menyampaikan pesan, dan menemukan penyelamatan dalam kehidupan.

Puisi Sapardi Djoko Damono
Puisi: Persembahan
Diterjemahkan oleh: Sapardi Djoko Damono
Karya asli: Czesław Miłosz

Biodata Sapardi Djoko Damono:
  • Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
  • Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.

Biodata Czesław Miłosz:
  • Czesław Miłosz adalah seorang penyair yang berasal dari Polandia, yang lahir pada tahun 1911 dan mulai menyiarkan sajak-sajaknya pada tahun 30-an. Ia dianggap sebagai salah satu pelopor gerakan Pelopor Kedua, yang merupakan reaksi terhadap gerakan Skamander dan Pelopor Pertama dalam sastra Polandia.
  • Sajak-sajak Milosz kebanyakan menampilkan citraan yang sangat erat hubungannya dengan daerah Lithuania, yakni tanah kelahirannya. Dan istilah klasikisme yang diterapkan untuk puisinya menunjukkan bahwa karya Milosz menampilkan percobaan-percobaan yang masih erat kaitannya dengan puisi klasik Polandia. Karya-karya puisinya mencakup bentuk-bentuk yang banyak ragamnya, mulai dari puisi ejekan sampai catatan-catatan impian. Milosz sendiri mengatakan bahwa sajak-sajaknya merupakan naiv kekanak-kanakan tentang benda-benda.
  • Milosz meninggalkan Polandia di awal tahun 1951 dan tinggal selama 10 tahun di Prancis sebagai karyawan lepas. Ia juga mengajar sastra Slavia di Universitas California di Berkeley.
  • Sajak yang diterjemahkan ini diambil dari bunga rampai puisi Polandia sehabis perang, yang disunting dan diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris oleh Milosz sendiri, Post-War Polish Poetry (1970).
© Sepenuhnya. All rights reserved.