Api Menari
ia kembali bertaucang panjang
bukan kecintaanku api menari
ia kemari hatinya batukarang
betapa tanganku kan memeluknya
sekadar senyuman kudapat juga di jalanan
sekadar keremajaan sekadar ciuman
betapa bibirku kan mengecupnya
ia telah bertengger di dadaku tapi tak hadir
api hidup menari padam di matanya
betapa kan terbuka dadaku menerimanya
berhadapan dada dan muka
bicara sendiri-sendiri karena ianya tak tiba
kunang-kunang di mataku ia menggigit bibirku luka
betapa kan terbuka dadaku memeluknya
8/9 Februari 1955
Sumber: Majalah Seni (September, 1955)