Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Larik Ombak (Karya Wayan Jengki Sunarta)

Puisi "Larik Ombak" karya Wayan Jengki Sunarta bercerita tentang tokoh liris—seorang pelaut muda—yang merasa pernah menjalin hubungan dengan ...
Larik Ombak

selarik ombak
tertulis di anjungan
mengabarkan wajahmu
yang hijau
digerus air garam

beribu tahun lampau
mungkin kau putri duyung
atau peri air penipu
yang suka menjebak dan membujuk
pelaut-pelaut muda yang mabuk
wangi mawar laut di geladak

pelaut muda itu mungkin aku
yang tiba di anjungan dengan perahu
dan layar robek tercabik angin kemarau
yang berseru pada senja dan cuaca kelabu
: daratan! daratan!

aku merasakan daratan
melihat kerajaan
dan kau,
putri duyung yang menunggu
di atas singgasana mutiara

pada ranum bibirmu
tiram-tiram mengulum kelam
hiu-hiu bermata biru saling terkam
ikan-ikan cahaya padam

menggigil dan gemetar
aku menunggu
titah penghabisan
di kerajaan bawah laut

kini di anjungan
selarik ombak tertulis
bau amis dan bau garam
menggerus biru tubuhmu.

2002

Sumber: Impian Usai (2007)

Analisis Puisi:

Puisi "Larik Ombak" karya Wayan Jengki Sunarta adalah karya liris yang memadukan romantisme laut, mitologi, dan simbol-simbol emosional untuk menghadirkan kisah metaforis tentang cinta, kehilangan, dan kegetiran hidup. Dalam puisi ini, laut bukan hanya latar, tetapi juga cermin jiwa dan ruang memori yang terus mengaduk perasaan, menghapus batas antara kenyataan dan fantasi.

Tema

Tema utama puisi ini adalah kerinduan dan pengkhianatan dalam bayangan romansa yang puitis dan mitologis. Penyair menggambarkan hubungan emosional antara tokoh liris dan sosok putri duyung—simbol dari cinta yang memikat namun membawa luka.

Puisi ini bercerita tentang tokoh liris—seorang pelaut muda—yang merasa pernah menjalin hubungan dengan makhluk mitologis (putri duyung atau peri air). Kisah itu seperti serpihan mimpi, diliputi oleh kabut romantik dan sekaligus getir. Sang pelaut mendekati daratan (yang mungkin adalah tubuh atau sosok sang putri), namun kemudian menyadari bahwa yang menyambutnya bukan cinta, melainkan ancaman dan penghakiman. Di akhir, kenangan itu tergores kembali lewat larik ombak yang mengabarkan aroma laut yang getir—“bau amis dan bau garam / menggerus biru tubuhmu.”

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah bahwa cinta kadang hadir dalam bentuk godaan atau ilusi, membuai dan menjerat, tetapi juga meninggalkan luka yang tak mudah dihapus waktu. Tokoh liris tampaknya menggambarkan pengalaman batin: jatuh cinta, dikhianati, atau ditinggalkan, yang kini hanya tinggal kenangan pahit yang terus menggerus, seperti ombak pada batu karang.

Putri duyung di sini bisa juga dimaknai sebagai simbol dari impian atau harapan besar yang tidak pernah benar-benar bisa diraih atau dimiliki, meskipun tampak dekat dan menggoda.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini mistis, melankolis, dan penuh gejolak emosional. Ada unsur magis yang dibawa oleh gambaran mitologis (putri duyung, kerajaan bawah laut), namun dibalut oleh nuansa kelabu dan getir, seperti “bau amis dan bau garam” serta suasana senja dan angin kemarau. Suasana ini menciptakan ketegangan antara keindahan dan penderitaan.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Pesan tersirat dari puisi ini adalah bahwa perjalanan hidup dan cinta sering kali penuh risiko, ilusi, dan pengorbanan. Kita bisa terpesona oleh sesuatu yang indah, tetapi keindahan itu bisa juga menyembunyikan bahaya atau kepedihan. Dalam menghadapi cinta dan kenangan, kita harus siap menerima luka sebagai bagian dari perjalanan batin.

Imaji

Puisi ini sangat kuat dalam menciptakan imaji visual dan emosional, seperti:
  • “selarik ombak tertulis di anjungan” — imaji visual metaforis, ombak seolah menulis kenangan di kapal.
  • “ranum bibirmu / tiram-tiram mengulum kelam” — gambaran sensual namun gelap, menyatukan cinta dan kehancuran.
  • “hiu-hiu bermata biru saling terkam / ikan-ikan cahaya padam” — imaji kekacauan dan ancaman di lautan emosi.
Imaji laut yang digunakan bukan hanya deskriptif, tetapi membawa beban emosional dan simbolis yang sangat kuat.

Majas

Beberapa majas menonjol dalam puisi ini antara lain:
  • Metafora: “selarik ombak tertulis di anjungan” menggambarkan kenangan yang membekas.
  • Personifikasi: Ombak seolah menulis atau mengabarkan wajah kekasih.
  • Hiperbola: “beribu tahun lampau / mungkin kau putri duyung”—membesar-besarkan jarak waktu untuk menekankan keabadian kenangan.
  • Simbolisme: Putri duyung melambangkan godaan, hasrat, dan cinta yang tak terjangkau.
  • Ironi: Kecantikan putri duyung ternyata menyimpan kegelapan (ikan cahaya padam, hiu saling terkam), menyiratkan bahwa cinta yang indah bisa berujung luka.
Puisi "Larik Ombak" karya Wayan Jengki Sunarta adalah puisi yang menyelami lautan perasaan: tentang cinta, mitos, dan kegetiran. Dengan kekuatan imaji yang tajam dan gaya bahasa yang liris, puisi ini menyuguhkan pengalaman batin yang universal: perasaan jatuh cinta dan dikhianati oleh sesuatu yang semula terlihat indah. Dalam dunia metaforanya yang khas, Wayan mengajak pembaca tidak hanya untuk memahami laut secara fisik, tetapi juga sebagai metafora jiwa yang gelisah dan penuh kenangan. Laut bukan hanya tempat berlayar, tetapi juga tempat luka-luka hati terhempas dan digerus waktu.

Wayan Jengki Sunarta
Puisi: Larik Ombak
Karya: Wayan Jengki Sunarta

Biodata Wayan Jengki Sunarta:
  • Wayan Jengki Sunarta lahir pada tanggal 22 Juni 1975 di Denpasar, Bali, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.