Puisi: Jaza’ Kelambiomar (Karya Raedu Basha)

Puisi "Jaza’ Kelambiomar" karya Raedu Basha bercerita tentang pengalaman masa lalu dan transformasi batin sang penyair. Ia menggambarkan dirinya ...
Jaza’ Kelambiomar

Nak, aku punya cerita
di kepalaku dulu batu-batu
badannya dingin
bahkan sangat dingin
ketika itu aku masih seusiamu
dan belum menjadi pendekar asma’

Dulu guru madrasahku coba menghancurkannya
dengan parang tapi tak hablur jua
dulu ibuku mengutuknya menjadi air
tapi kepalaku batu terlalu dingin
ketika itu aku masih seusiamu
hanya pandai berpuisi
bermain-main diksi.

Tapi, Nak, lihatlah kini
kepalaku kini sepanas bara besi
yang dipandai mpu bermantera api
kelak kan ada suatu perang
kau akan mati di medan laga
tapi asma’ memberimu nyawa
dan bertaji selamanya.

2015

Analisis Puisi:

Puisi "Jaza’ Kelambiomar" karya Raedu Basha merupakan sebuah karya yang memadukan imaji personal, spiritual, dan simbolis dalam menggambarkan perjalanan hidup seseorang dari masa kecil hingga memperoleh kekuatan batin. Dengan gaya puitis yang khas, puisi ini menyampaikan pesan reflektif kepada generasi muda, terutama tentang proses pendewasaan, spiritualitas, serta kesiapan menghadapi tantangan kehidupan.

Tema

Tema utama puisi ini adalah perubahan diri dan kekuatan spiritual. Puisi menyoroti perjalanan batin seseorang dari masa kanak-kanak yang penuh kelemahan, menuju fase dewasa yang dipenuhi energi, kekuatan, dan kesadaran akan peran spiritual.

Puisi ini bercerita tentang pengalaman masa lalu dan transformasi batin sang penyair. Ia menggambarkan dirinya semasa kecil dengan kepala “sekeras batu” dan “dingin”, yang kemudian bertransformasi menjadi kepala yang “sepanas bara besi”. Perubahan ini tidak hanya bermakna secara fisik, tetapi juga spiritual, yakni melalui peran “asma’” (nama-nama suci dalam tradisi Islam) yang memberi kekuatan dan kehidupan abadi.

Makna tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah bahwa perjalanan hidup manusia selalu melalui proses transformasi. Masa kecil digambarkan penuh kebebalan dan ketidaktahuan (kepala keras, dingin), tetapi seiring waktu, pengalaman, dan spiritualitas, seseorang bisa berubah menjadi sosok yang kuat, penuh energi, dan bahkan abadi secara makna. Selain itu, puisi ini juga menyiratkan pesan tentang perlawanan dan pengorbanan, bahwa dalam hidup akan ada medan laga (ujian, tantangan, bahkan kematian), tetapi spiritualitas memberi kekuatan untuk melampauinya.

Suasana dalam puisi

Suasana puisi terasa reflektif, penuh renungan, sekaligus heroik. Ada nuansa kilas balik tentang masa lalu yang dingin dan bebal, tetapi juga semangat berapi-api yang membara saat bicara tentang masa kini dan masa depan.

Amanat / Pesan yang disampaikan

Pesan utama yang disampaikan adalah bahwa manusia harus melalui proses pendewasaan batin untuk menemukan kekuatan sejatinya. Spiritualitas (asma’) menjadi sumber kekuatan yang akan membuat manusia mampu bertahan menghadapi segala cobaan, bahkan hingga kematian. Puisi ini juga memberi dorongan bagi generasi muda agar tidak larut dalam kelemahan, melainkan menyiapkan diri menghadapi medan perjuangan hidup.

Imaji

Beberapa imaji kuat muncul dalam puisi ini, antara lain:
  • “Batu-batu, badannya dingin, bahkan sangat dingin” → imaji keras kepala, kaku, dingin, menggambarkan masa kecil yang keras dan membeku.
  • “Parang” dan “kutukan ibu” → menghadirkan imaji perjuangan menghancurkan kebekuan, tetapi sia-sia.
  • “Kepalaku sepanas bara besi” → imaji kekuatan, energi, dan semangat membara.
  • “Medan laga” → imaji peperangan, perjuangan hidup.
  • “Asma’ memberimu nyawa dan bertaji selamanya” → imaji spiritualitas yang memberi kekuatan abadi.

Majas

Puisi ini kaya dengan penggunaan majas, di antaranya:
  • Metafora – “kepalaku batu” menggambarkan kebebalan atau keras kepala pada masa kecil, dan “kepalaku sepanas bara besi” sebagai simbol energi dan kekuatan batin.
  • Hiperbola – “ibuku mengutuknya menjadi air” melebih-lebihkan ekspresi keputusasaan seorang ibu terhadap anaknya.
  • Personifikasi – “bara besi yang dipandai mpu bermantera api” seolah-olah besi bisa hidup dengan mantra.
  • Simbolik – “asma’” melambangkan doa, spiritualitas, atau kekuatan ilahiah yang melampaui dunia fisik.
Puisi "Jaza’ Kelambiomar" karya Raedu Basha menggambarkan perjalanan transformasi seorang individu dari masa kecil yang keras dan dingin menuju fase dewasa yang penuh api semangat dan kekuatan spiritual. Tema utama yang diangkat adalah perubahan diri dan kekuatan batin yang diperoleh melalui spiritualitas. Dengan imaji kuat seperti batu, bara besi, medan laga, dan asma’, puisi ini menghadirkan suasana reflektif sekaligus heroik. Amanat yang dapat dipetik adalah bahwa manusia harus siap menghadapi kehidupan dengan kekuatan spiritual, karena hanya dengan itu perjuangan hidup bisa dihadapi hingga akhir.

"Puisi Raedu Basha"
Puisi: Jaza’ Kelambiomar
Karya: Raedu Basha
© Sepenuhnya. All rights reserved.