Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Nafi-isbat (Karya Aldian Aripin)

Puisi "Nafi-isbat" karya Aldian Aripin bercerita tentang pengalaman rohani seseorang yang mencapai kesadaran bahwa segala sesuatu di dunia adalah ...
Nafi-isbat

Tuhan. Telah tiba aku pada ketika
di mana segala pun jadi tiada.
 
Dan aku pun luruh
maka Engkau pun lengkap, utuh.

1976

Sumber: Elipsis (Sastera Leo Medan, 1996)

Analisis Puisi:

Puisi "Nafi-isbat" karya Aldian Aripin merupakan puisi pendek yang sarat makna spiritual. Judulnya merujuk pada istilah dalam tradisi tasawuf, yaitu kalimat tauhid “lā ilāha illā Allāh” (tiada Tuhan selain Allah), yang terdiri dari bagian nafi (peniadaan) dan isbat (penegasan). Dengan gaya sederhana dan padat, puisi ini menyelami hubungan eksistensial manusia dengan Tuhan, khususnya momen ketika manusia menanggalkan keakuannya dan menemukan keutuhan dalam diri Ilahi.

Tema

Tema utama puisi ini adalah spiritualitas dan kepasrahan total kepada Tuhan. Penyair mengungkapkan perjalanan batin menuju titik kefanaan diri (fana), di mana keberadaan manusia larut dalam keesaan Tuhan.

Puisi ini bercerita tentang pengalaman rohani seseorang yang mencapai kesadaran bahwa segala sesuatu di dunia adalah fana, sedangkan hanya Tuhan yang kekal. Saat manusia meluruh dan meniadakan dirinya, maka Tuhan tampil sebagai yang Maha Utuh dan Sempurna.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah bahwa hakikat pencarian hidup manusia berujung pada pengakuan keesaan Tuhan. Keakuan manusia hanyalah semu; ketika ia lenyap dalam kerendahan diri, justru di sanalah ia menemukan kebersatuan dengan yang Ilahi.

Suasana dalam Puisi

Suasana puisi ini adalah hening, khusyuk, dan penuh ketundukan. Ada kesan perenungan mendalam yang menggiring pembaca untuk ikut merasakan suasana spiritual menuju kepasrahan.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Pesan yang dapat ditangkap dari puisi ini adalah bahwa manusia seharusnya menyadari kefanaan dirinya dan menyerahkan sepenuhnya hidupnya kepada Tuhan. Dalam kerendahan hati dan kepasrahan, manusia justru menemukan makna sejati dan keutuhan spiritual.

Imaji

Puisi ini menggunakan imaji abstrak dan spiritual, antara lain:
  • “segala pun jadi tiada” → imaji tentang kefanaan dunia.
  • “aku pun luruh” → imaji tentang kerendahan diri, kehancuran ego.
  • “Engkau pun lengkap, utuh” → imaji keesaan Tuhan yang sempurna.

Majas

Beberapa majas yang muncul dalam puisi ini adalah:
  • Metafora – “aku pun luruh” sebagai gambaran kerendahan ego atau kefanaan diri.
  • Antitesis – peniadaan diri manusia (tiada) berlawanan dengan keutuhan Tuhan (utuh).
  • Elipsis – kesederhanaan larik tanpa penjelasan panjang justru memperkuat kedalaman makna.
  • Simbolisme – konsep “tiada” dan “utuh” sebagai simbol perjalanan spiritual menuju tauhid.
Puisi "Nafi-isbat" karya Aldian Aripin adalah karya singkat namun mendalam, yang mencerminkan inti ajaran spiritual tentang kefanaan manusia dan keesaan Tuhan. Tema spiritualitas, imaji sederhana, dan majas simbolis yang digunakan memperkuat kesan khusyuk dalam puisi ini. Dengan bahasa yang padat, penyair berhasil merangkum perjalanan batin menuju kesadaran bahwa manusia hanyalah fana, sedangkan Tuhan adalah keutuhan yang abadi.

Aldian Aripin
Puisi: Nafi-isbat
Karya: Aldian Aripin

Biodata Aldian Aripin:
  • Aldian Aripin lahir pada tanggal 1 Agustus 1938 di Kotapinang, Sumatera Utara.
  • Aldian Aripin meninggal dunia pada tanggal 15 Oktober 2010 di Medan
  • Aldian Aripin merupakan Penyair Angkatan '66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.