Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Orang-Orang di Antara (Karya Avianti Armand)

Puisi "Orang-Orang di Antara" karya Avianti Armand bercerita tentang pengalaman emosional sepasang manusia yang berusaha bertahan dalam hubungan ...
Orang-Orang di Antara

Selamat pagi, senja.
Hari Sabtu yang baik 
untuk memulai minggu.

Di dasar ruang, atap-atap telah tenggelam
dalam suasana riang yang kelam.
Dan kamu telah berayun 
dari diam ke diam.

Apakah yang lebih indah dari awan
yang belum terbentuk?
Silau yang membuat mata tak berair
dan ngantuk?

Jangan pernah percaya
pada apa yang pernah kamu lihat. 
Bukankah bonekaku bersanding serasi
dengan bonekamu?

Kekasih,
jika saja kita bisa 
menghindari kontak mata,
kita tentu bisa bertahan.

2010

Sumber: Buku Tentang Ruang (2016)

Analisis Puisi:

Puisi "Orang-Orang di Antara" karya Avianti Armand menghadirkan lapisan makna yang kompleks, penuh dengan simbol, imaji, serta nuansa perasaan yang berkelindan antara kenyataan dan ilusi. Dengan gaya bahasa yang khas, penyair mengajak pembaca untuk merenungi relasi manusia, ruang, dan keheningan yang menyelubungi kehidupan sehari-hari.

Tema

Tema utama puisi ini adalah keterasingan dalam relasi manusia—sebuah kondisi di mana individu berada "di antara", tidak sepenuhnya menyatu, namun juga tidak sepenuhnya terputus dari yang lain. Tema ini sekaligus menyinggung soal kerentanan, kebisuan, dan batas-batas tak kasat mata dalam hubungan antarindividu.

Puisi ini bercerita tentang pengalaman emosional sepasang manusia yang berusaha bertahan dalam hubungan mereka, meski dibayang-bayangi keterasingan, jarak, dan kesunyian. Gambaran "boneka" yang bersanding serasi seolah menekankan kepalsuan atau keheningan yang dibangun dalam hubungan tersebut, sementara harapan untuk “menghindari kontak mata” memberi kesan bahwa kejujuran emosional justru bisa menjadi ancaman bagi keberlangsungan hubungan.

Makna tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah kritik halus terhadap ilusi kebersamaan dan relasi yang dibungkus diam atau kepura-puraan. Penyair ingin menunjukkan bahwa tidak semua yang tampak selaras benar-benar memiliki kedalaman makna. Bahkan, ada kalanya hubungan justru bertahan karena ketidakberanian untuk menyingkap kebenaran di balik tatapan mata. Di sisi lain, puisi ini juga bisa dibaca sebagai refleksi tentang bagaimana manusia menjalani kehidupan sosial dengan lapisan simbol, ilusi, dan peran yang harus dimainkan.

Suasana dalam puisi

Suasana dalam puisi ini adalah melankolis, ambigu, dan kontemplatif. Ada percampuran antara riang yang kelam, cahaya yang menyilaukan namun tidak meneteskan air mata, serta ajakan untuk berhati-hati terhadap apa yang tampak. Suasana ini mencerminkan kondisi batin yang gamang—antara ingin percaya pada keindahan, tetapi juga sadar akan keterbatasan dan kepalsuan.

Amanat / Pesan yang disampaikan

Amanat yang dapat ditarik dari puisi ini adalah bahwa tidak semua yang tampak selaras atau indah benar-benar memiliki makna yang sejati. Pembaca diajak untuk lebih kritis dalam melihat realitas, termasuk dalam hubungan antarindividu. Ada pesan untuk tidak larut dalam ilusi atau simbol yang diciptakan, tetapi juga pengakuan bahwa terkadang manusia memilih untuk bertahan dalam diam demi keberlangsungan relasi.

Imaji

Puisi ini kaya dengan imaji yang kuat, misalnya:
  • “atap-atap telah tenggelam dalam suasana riang yang kelam” → imaji visual yang menghadirkan kontras antara riang dan kelam.
  • “awan yang belum terbentuk” → imaji abstrak yang menyiratkan potensi, ketidakpastian, dan kemungkinan yang belum nyata.
  • “bonekaku bersanding serasi dengan bonekamu” → imaji simbolis tentang kepalsuan, representasi, atau keheningan dalam hubungan.

Majas

Beberapa majas yang tampak dalam puisi ini antara lain:
  • Personifikasi: “atap-atap telah tenggelam dalam suasana riang yang kelam” → suasana digambarkan seolah memiliki perasaan.
  • Metafora: “awan yang belum terbentuk” sebagai simbol dari sesuatu yang belum nyata atau hubungan yang belum jelas.
  • Paradoks: “suasana riang yang kelam” → dua hal yang bertolak belakang namun dipadukan untuk menggambarkan ambiguitas perasaan.
  • Simbolisme: “boneka” menjadi lambang kepalsuan, representasi diri yang tidak utuh, atau hubungan yang berjalan dalam kepura-puraan.
Puisi "Orang-Orang di Antara" karya Avianti Armand adalah refleksi mendalam tentang manusia yang hidup dalam ruang ambigu, di antara kenyataan dan ilusi, kejujuran dan kepura-puraan, kebersamaan dan kesendirian. Dengan pilihan imaji yang simbolis, majas yang subtil, serta suasana yang melankolis, puisi ini memperlihatkan betapa rapuh dan kompleksnya relasi manusia.

Avianti Armand
Puisi: Orang-Orang di Antara
Karya: Avianti Armand

Biodata Avianti Armand:

Avianti Armand lahir pada tanggal 12 Juli 1969 di Jakarta, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.