Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Sajak Anak-Anak (Karya Wiji Thukul)

Puisi "Sajak Anak-Anak" secara tajam menggambarkan realitas sosial dan dampak perubahan lingkungan perkotaan terhadap generasi muda.
Sajak Anak-Anak

anak-anak kecil
bermain di jalan-jalan
kehilangan tanah lapang

pohon tumbang
tembok didirikan
kiri kanan menyempit
anak-anak terhimpit

anak-anak itu anak-anak kita
ingatlah ketika kau mendirikan rumah
ingatlah ketika kau menancapkan
pipa pabrik

anak-anak kecil berdesakan
sepak bola di jalan-jalan
bila jendela kacamu berantakan
tengoklah anak-anak itu
pandanglah pagar besimu
sungguh luas halaman rumahmu

Solo, 9 Juni 1987

Sumber: Aku Ingin Jadi Peluru (2000)

Analisis Puisi:

Puisi "Sajak Anak-Anak" karya Wiji Thukul adalah sebuah ungkapan puitis tentang dampak pembangunan perkotaan dan urbanisasi terhadap kehidupan anak-anak. Puisi ini mengangkat isu sosial mengenai perubahan lingkungan kota yang berdampak pada hilangnya ruang bermain dan keterbatasan bagi generasi muda.

Anak-Anak dan Ruang Bermain: Puisi ini menggambarkan anak-anak kecil yang bermain di jalan-jalan, tetapi kini mereka kehilangan tanah lapang untuk bermain. Ini mencerminkan perubahan dalam lingkungan kota yang telah merampas kesempatan bagi anak-anak untuk memiliki ruang bebas dan lapang untuk bermain dan berkreasi.

Dampak Perkembangan Kota: Puisi ini menyuarakan dampak negatif dari perkembangan kota, seperti pohon yang ditebang dan tembok yang didirikan, yang mengakibatkan keterbatasan ruang dan kehilangan kesempatan bagi anak-anak untuk bermain dan tumbuh dengan bebas. Dengan menunjukkan pohon yang tumbang dan tembok yang dibangun, puisi ini menggambarkan perubahan yang mengurangi kualitas hidup anak-anak.

Panggilan untuk Ingat: Dalam bait-bait terakhir, puisi ini mengajak pembaca untuk ingat akan tanggung jawab kolektif dalam pembangunan kota. Penyebutan "anak-anak itu anak-anak kita" mengingatkan bahwa generasi muda adalah bagian dari masyarakat yang sama, dan penting untuk mempertimbangkan dampak perubahan lingkungan terhadap kehidupan mereka.

Solidaritas dan Kesadaran: Puisi ini menimbulkan kesadaran akan pentingnya memberikan ruang yang aman dan kreatif bagi anak-anak. Itu menggugah empati dan solidaritas untuk memastikan bahwa pembangunan kota tidak mengorbankan kebutuhan dan hak anak-anak.

Puisi "Sajak Anak-Anak" secara tajam menggambarkan realitas sosial dan dampak perubahan lingkungan perkotaan terhadap generasi muda. Melalui ungkapan puitisnya, puisi ini mendorong pembaca untuk merenungkan dampak pembangunan kota terhadap ruang bermain dan kehidupan anak-anak serta membangkitkan kesadaran akan perlunya menjaga hak-hak dan kesejahteraan mereka dalam perkembangan kota.

Puisi: Sajak Anak-Anak
Puisi: Sajak Anak-Anak
Karya: Wiji Thukul

Biodata Wiji Thukul:
  • Wiji Thukul lahir di Solo, Jawa Tengah, pada tanggal 26 Agustus 1963.
  • Nama asli Wiji Thukul adalah Wiji Widodo.
  • Wiji Thukul menghilang sejak tahun 1998 dan sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya (dinyatakan hilang dengan dugaan diculik oleh militer).
© Sepenuhnya. All rights reserved.