Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Surau Mewariskan Naskah yang Berisi Pengetahuan

Surau Tarok, warisan budaya Minangkabau, tempat ibadah sekaligus pusat naskah kuno Arab-Melayu. Mari lestarikan sejarah dan pengetahuan yang patut ...
Surau Tarok

Saat memasuki area Surau Tarok, di samping terdapat 3 makam berderet di sebelah kanan surau. Pada nisan makam, tertulis nama Pakiah Datuak, Si Oema, dan Darwis. Pada awalnya bangunan berbentuk rumah gadang, rumah adat tradisional Minangkabau, sekarang surau dalam tahap renovasi. Walaupun demikian surau tetap mempertahankan bentuk aslinya. Saat masuk ke dalam surau, para mahasiswa pasrah dan sempat berpikir sepertinya penjaga surau sedang tidak berada di sini.

Surau di Minangkabau bukan hanya dikenal sebagai tempat ibadah tetapi bisa juga sebagai tempat pendidikan umum dan agama (belajar mengaji, menuntut ilmu agama, kehidupan sosial dengan masyarakat dan adat istiadat).

Adapun keberadaan naskah kuno di surau ini tujuannya untuk memberitahu masyarakat bahwasanya dengan adanya naskah kuno, para pendahulu memiliki keinginan agar kita bisa mengetahui dan mempelajari ilmu pengetahuan yang sudah didapat semasa dahulu.

Surau Mewariskan Naskah yang Berisi Pengetahuan

Peninggalan yang ada dijaga dan dilestarikan, naskah yang ada bisa dipakai untuk keperluan penelitian dan berguna jika dipelajari lebih mendalam lagi. Tidak hanya sekadar teori tetapi bisa juga diterapkan di dalam kehidupan.

Sebanyak 3 mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia berkunjung ke Surau Tarok di Kec. Kuranji. Para mahasiswa menunggu selama 2 jam dan sempat pasrah, saat akan beranjak pergi, penjaga surau datang dan mereka merasa lega, “akhirnya bapaknya datang,” ujar salah satu mahasiswa bernama Bila.

Salah satu mahasiswa bernama Putri bertanya kepada Bapak tersebut, “Pak, di sini ada naskah kuno, Pak?” Bapak menjawab, “Ada”. Beliau langsung membukakan ruangan dan mempersilahkan masuk. “Silahkan cari yang mau dicari. Bapak tinggal, ya. Nanti kalau sudah selesai tutup saja pintunya”. “Baik, Pak. Terimakasih”, ujar mahasiswa secara bersamaan.

Mereka merasa senang karena tidak sia-sia rasanya menunggu. Naskah kuno disimpan di lemari kayu di dalam ruangan seperti gudang, karena surau direnovasi. Naskah berada di dalam lemari. Ada yang berukuran besar dan menengah, kertas lama, dan tulisan yang sudah tidak jelas dan mungkin dimakan rayap.

Mahasiswa melihat dan mencoba untuk membaca huruf Arab-Melayu pada naskah. Mereka tidak mengerti sepenuhnya cara membaca dan arti dari naskah tersebut. Isi teks jika dicari tahu berisi ajaran moral yang dapat dipelajari dan diterapkan oleh masyarakat. Ada 2 naskah kuno yang saya foto. Ada ukuran yang besar dan ukuran menengah. Naskah kuno ini ditulis dalam aksara Arab-Melayu (Jawi) dan isinya berkaitan dengan ajaran tasawuf atau sufisme. Teks ini membahas konsep-konsep spiritual dalam Islam, khususnya mengenai makrifatullah (mengenal Tuhan) dan hakikat diri manusia. Naskah ukuran besar membahas konsep-konsep mistis seperti "syuhud" (menyaksikan kebesaran Tuhan), "fana" (penghancuran diri), dan "baqa" (kekekalan bersama Tuhan). Naskah ukuran sedang membahas konsep-konsep mistis seperti "sirr" (rahasia), "qalb" (hati), dan "ruh" (roh), yang merupakan tingkatan-tingkatan dalam batin manusia menuju makrifat.

Naskah Kuno

Naskah di surau merupakan peninggalan benda yang diwariskan turun-temurun agar bisa diketahui dan dipelajari. Isinya memuat doa, petuah dan pengetahuan lokal yang relevan dengan kehidupan sekarang. Sayang sekali rasanya jika naskah yang masih ada tidak dipergunakan sebaik mungkin.

Dapat kita lihat kondisi fisik naskah yang sudah tidak terawat karena perkembangan zaman. Kertas yang menguning, rapuh, tulisan yang memudar, dan halaman-halaman yang sudah tidak pada tempatnya.

Kunjungan ke surau membuat mahasiswa tak hanya belajar teori, tetapi juga bisa melihat dan mempelajari secara langsung naskah kuno. Diharapkan kegiatan ini terus dilakukan agar rasa peduli dan keingintahuan bertambah. Banyak pelajaran yang bisa diambil dari naskah tersebut. Naskah kuno yang ada harus dilestarikan dan sangat berguna untuk kehidupan saat ini dan masa yang akan datang. Surau Tarok memiliki peninggalan berupa naskah bertuliskan huruf Arab berbahasa Melayu. Sebanyak delapan koleksi naskah surau ini, termasuk dalam 160 naskah kuno, yang dipamerkan di Museum Adityawarman pada 2007.

Referensi:

  • https://id.wikipedia.org/wiki/Surau_Tarok

Nabila Qhairani

Biodata Penulis:

Nabila Qhairani lahir pada tanggal 30 April 2005 di Bukittinggi. Saat ini ia aktif sebagai Mahasiswa Sastra Indonesia, di Universitas Andalas.

© Sepenuhnya. All rights reserved.