Mantra Cinta
bersama allahuakbar
simpanlah umbar debar
sembunyikan samar kabar
hilangkanlah ambar mawar
hancurkanlah elok lembar gambar
bersama istigfar
hentikanlah lantang sesumbar
buanglah segantang rasa besar
singkirkanlah sedada loba mekar
campakkanlah segenggam rasa hambar
maka tibalah kau di puncak cahaya
mereguk anggur ria meneguk bahagia
sumber segala terang, obat segala bimbang
Malang, 2010
Sumber: Arung Diri (2013)
Analisis Puisi:
Puisi “Mantra Cinta” karya Djoko Saryono adalah karya yang menggabungkan nuansa spiritual, religius, dan filosofis. Judulnya, “Mantra Cinta,” bukan hanya menyinggung cinta dalam pengertian romantik, melainkan cinta yang bersumber dari kesucian dan keikhlasan spiritual. Melalui susunan kata yang menyerupai doa dan zikir, penyair menggambarkan proses penyucian diri menuju kebahagiaan sejati.
Tema
Tema utama puisi ini adalah pembersihan jiwa melalui cinta yang spiritual. Penyair menempatkan cinta bukan sebagai hasrat duniawi, melainkan sebagai kekuatan suci yang hanya dapat diraih dengan pengendalian diri dan penyerahan total kepada Tuhan.
Puisi ini bercerita tentang perjalanan batin seorang manusia untuk mencapai kesucian dan ketenangan melalui kekuatan iman. Penyair menggambarkan seseorang yang berusaha menundukkan ego, kesombongan, dan hawa nafsu dengan jalan dzikir (“bersama allahuakbar” dan “bersama istigfar”).
Dalam proses itu, manusia melepaskan segala yang fana: debar, kabar, ambar mawar, sesumbar, loba mekar — simbol dari godaan dunia dan kesombongan diri. Setelah melewati tahap penyucian, akhirnya manusia sampai pada puncak kebahagiaan sejati: “tibalah kau di puncak cahaya, mereguk anggur ria meneguk bahagia.”
Makna Tersirat
Makna tersirat dalam puisi ini adalah pencarian cinta ilahi dan pembebasan diri dari keterikatan duniawi. Penyair menyiratkan bahwa cinta sejati hanya bisa ditemukan ketika seseorang melepaskan keangkuhan, keserakahan, dan rasa ingin memiliki yang berlebihan.
Kata “mantra” dalam judulnya menggambarkan bahwa cinta sejati bukan sekadar emosi, tetapi juga kekuatan spiritual yang memurnikan hati dan menuntun manusia menuju ketenangan batin.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini terasa khusyuk, sakral, dan kontemplatif. Repetisi bunyi yang menyerupai doa memberikan irama spiritual yang mendalam, membuat pembaca seolah diajak masuk ke ruang meditasi batin. Ada keheningan dan kesungguhan dalam setiap lariknya, seperti seseorang sedang berdzikir dan menundukkan hati di hadapan Tuhan.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Pesan yang ingin disampaikan penyair adalah pentingnya penyucian hati dan penyerahan diri kepada Tuhan untuk mencapai kebahagiaan sejati. Dunia penuh dengan godaan dan kesombongan, tetapi hanya dengan kerendahan hati, istigfar, dan cinta yang tulus manusia dapat menemukan cahaya yang sesungguhnya.
Puisi ini juga mengajarkan bahwa cinta spiritual adalah obat segala bimbang, karena di sanalah sumber kedamaian sejati berada.
Imaji
Puisi ini sarat dengan imaji spiritual dan simbolik, seperti:
- “puncak cahaya” → melambangkan pencerahan atau kedekatan dengan Tuhan.
- “mabuk anggur ria” → metafora kebahagiaan rohani, bukan kenikmatan duniawi.
- “hilangkanlah ambar mawar” → simbol melepaskan keindahan palsu atau godaan dunia.
Imaji-imaji ini menciptakan visualisasi batin yang kuat dan membawa pembaca merasakan proses penyucian diri secara perlahan.
Majas
Puisi “Mantra Cinta” menggunakan berbagai majas untuk memperkuat daya puitisnya:
- Repetisi (pengulangan) – tampak dalam penggunaan kata “bersama allahuakbar” dan “bersama istigfar”, memberi efek seperti mantra yang diulang-ulang.
- Metafora – “puncak cahaya” sebagai lambang kedekatan spiritual dan kesempurnaan iman.
- Paralelisme – struktur larik yang berulang dengan pola ritmis menciptakan harmoni bunyi seperti lantunan doa.
Puisi “Mantra Cinta” karya Djoko Saryono merupakan refleksi spiritual yang menempatkan cinta sebagai kekuatan pembersih jiwa. Melalui struktur yang menyerupai doa, penyair menyampaikan pesan tentang pentingnya istigfar, keikhlasan, dan penyerahan diri kepada Tuhan sebagai jalan menuju kebahagiaan sejati.
Dengan tema pencerahan batin, imaji spiritual, dan majas repetisi serta metafora, puisi ini menghadirkan pengalaman rohani yang mendalam—sebuah perjalanan dari kegelapan menuju cahaya, dari ego menuju cinta ilahi.
Karya: Djoko Saryono
Biodata Djoko Saryono:
- Prof. Dr. Djoko Saryono lahir pada tanggal 27 Maret 1962 di kota Madiun.